Tiba-tiba terinspirasi ingin menuliskan “jaman dulu”. Saya yakin suatu saat saya akan lupa banyak hal, jadi saya ingin menuliskan hal-hal yang saya ingat.
Terlalu banyak hal-hal yang bisa dituliskan, jadi saya menulis seingatnya saja, dan kapan-kapan diupdate lagi.
Saya dulu lahir dan dibesarkan di Sukoharjo, sampai umur 6 tahun baru pindah ke wilayah Cimanggis (dulu Bogor, sekarang masuk Depok). Sampai saya meninggalkan Sukoharjo, listrik belum masuk desa kami. Sampai umur 6 tahun saya cuma bisa berbahasa Jawa.
Contents
Di Kampung
- Rumah kami berdinding gedek (anyaman bambu), lantainya tanah
- Mainan saya dulu sedikit: bekicot, hewan2 lain, mobil-mobilan dari jeruk.
- Hiburan saya dulu adalah dongeng dan lagu nenek.
- Orang memakai kompor kayu, dengan kayu dari hutan.
- Kadang buang air di kali, cebok dengan batu dan atau daun dan air
- Kadang orang masih mencuci di kali. Lalu berikutnya kami punya sumur timba. Pakai pompa manual juga pernah.
- Masak nasi butuh waktu lama sekali. Sekarang kami memakai microwave, 9 menit sudah masak.
- Penerangan yang dipakai: lampu dian, lampu petromaks.
- Kalau jalan malam-malam (jarang, kecuali ada keperluan, misalnya nonton wayang), kami memakai senter. Supaya hemat batere, senter dinyalakan sesekali saja tiap beberapa meter
- Dulu punya TV hitam putih, menggunakan aki/batere mobil. Jika habis, gambarnya akan goyang-goyang, saatnya dibawa ke pasar untuk dicharge (menggunakan generator yang berbahan bakar diesel).
- Siaran radio dulu banyak di MW dan SW.
Foto/kamera
Saya bukan pencinta fotografi. Dulu pernah jadi seksi dokumentasi di beberapa acara Natal SMU. Pernah juga sekali meminjam kamera SLR untuk foto kenang-kenangan waktu jalan-jalan perpisahan SMP.
- Foto biasanya cuma dibuat pada event tertentu saja
- Perlu keahlian memasang film di kamera, juga keahlian melepasnya lagi untuk kamera SLR (kamera point and shot biasanya punya fungsi auto rewind)
- Film bisa stuck di kamera. Pernah di tengah event natalan, filmnya stuck, jadi dibawa ke tukang foto, di dalam ruang gelap posisi film dibereskan (nyangkut)
- Setelah memfoto, membawa film ke tukang cuci cetak, menunggu beberapa hari sampai mendapatkan hasilnya.
- Dulu banyak tukang foto instan di berbagai tempat wisata dengan kamera polaroid
- Kualitas foto menurun. Jika kena air foto bisa rusak.
Kamera digital pertama saya adalah Casio Exilim yang seukuran kartu kredit, resolusinya cuma 2 Megapixel, dikredit dengan kartu kredit Niaga (benda pertama dan terakhir yang saya kredit dengan kartu kredit). Dulu MMC masih mahal, jadi kalau memfoto, kadang harus dihemat, menggunakan resolusi rendah, supaya muat banyak.
TV/Film
Kami baru punya TV tahun 1988, tak lama setelah itu RCTI mengudara. Tadinya tidak perlu decoder, lalu perlu decoder, lalu tidak perlu lagi. Dulu ada banyak acara bagus dan edukatif di TV (Saya belajar bahasa Inggris dari sesame street, belajar banyak fakta dari 3-2-1 Contact, dsb).
- Sebelum ada RCTI, dulu tidak kenal iklan di televisi
- Kebanyakan TV yang saya temui tidak menggunakan remote
- Film seri di TV dinanti-nantikan, jika terlewat maka susah sekali bisa menonton episode yang sama. Dulu kesel banget kalau terlewat episode MacGyver. Sekarang sudah bisa menonton kapan saja, tapi malas :).
- Film cuma bisa dinikmati di TV atau Bioskop (sekarang bisa di HP, Tablet). Dulu cuma ada video cassete dan VCR (saya tidak pernah sempat punya VCR)
- Susah mencari tahu aktor/aktris film. Sekarang gampang sekali memakai IMDB.
- Dulu ada banyak bioskop kecil (bukan cuma 21), banyak film Indonesia di bioskop. Sering ada layar tancep
- Setiap jam 9-9.30 ada Dunia Dalam Berita. Acara layar emas RCTI (setiap Rabu) diteruskan setelah dunia dalam berita
- Malam hari, acara TV akan habis, sebelum habis ada nyanyian pulau kelapa
Musik
Saya bukan pencinta musik, jadi tidak bisa banyak bercerita mengenai musik.
- Orang mendengarkan musik dari radio, atau dari tape cassete.
- Minta lagu ke radio menggunakan Surat atau kartu pos. Jarang ada yang menggunakan telepon.
- Jika ingin kaset yang lagunya custom, maka bisa bikin mix tape ke toko kaset
- Kaset bisa kusut, biasanya perlu dibetulkan dengan diputar menggunakan pensil atau jari
- Kaset yang sudah rusak biasanya pitanya dijadikan mainan. Lucu berkilap-kilap kena sinar matahari
- Menyalin lagu perlu tape bagus yang punya dua deck.
- Orang yang punya uang akan membawa-bawa walkman. Saya sendiri nggak pernah punya walkman waktu masih remaja
MP3 player pertama yang saya miliki adalah Siemens SL-45. Ponsel Java yang bisa memplay MP3. Kapasitas MMC-nya 32 MB, lama banget transfer MP3 menggunakan serial port.
Game
Dulu saya sempat punya NES, Sega MegaDrive. Dulu kami main game sekedarnya saja. Saya kurang suka main game, jadi tidak ada cerita mengenai WarCraft dan sejenisnya.
- Cheat game susah didapat, dulu menunggu tabloid Fantasi untuk berbagai trik main game (peta dunia Mario Bross, jurus-jurus Mortal Kombat).
- Game tidak punya savegame, adanya dalam bentuk kode yang perlu dicatat
- Berbagai rental tidak mengijinkan komputernya dipakai main game (katanya nanti keyboardnya takut cepet rusak).
- Dulu kagum dengan game doom, menginspirasi belajar 3D
Komputer
Saya belajar komputer mulai kelas 2 SMP dengan komputer PC XT. Komputer pertama yang saya miliki adalah Apple II/e.
- PC XT akan boot ke BASIC, sehingga bisa dimainkan tanpa OS
- Sebagian besar monitor dulu monokrom, dan bekerja di mode teks.
- Output program adalah speaker internal.
- Mouse belum populer sebelum Windows populer.
Komunikasi
- Dulu orang menggunakan surat, telegram, kartu pos untuk komunikasi pribadi. Sekarang ini dokumen-dokumen masih dikirim via pos, kuis juga via kartu pos, tapi sepertinya sudah jarang yang berkirim surat pribadi (selain kartu ucapan). Surat pribadi terakhir yang saya terima berasal dari almarhum Paman saya.
- Dulu untuk menelpon ke rumah, orang-orang memakai telepon umum. Untuk telepon interlokal atau ke HP, bisa memakai kartu telepon atau memakai kartu TelePIN
- Phone book bentuknya kertas tercetak. Saya menghapalkan nomor telepon semua teman yang punya telpon.
- Pertama kali pakai handphone, pulsanya mahal. Handphone pertama saya adalah Erricson T10.
- SMS Lintas operator dulu tidak bisa. Sampai ada yang membuatkan layanan (berbayar) supaya bisa.
- Dulu orang tidak menghitung resolusi layar ponsel dalam piksel, tapi dalam “jumlah baris teks”
- Dulu mengakses internet menggunakan modem, dengan bunyinya yang khas
- Dulu hampir semua orang memakai IRC (sekarang IRC masih dipakai, tapi lebih elit), ICQ juga marak
- Di ITB ada server thunderbolt dimana orang-orang bisa ngerumpi (tb.ee.itb.ac.id)
- Waktu memakai Nokia 3650 (smartphone pertama saya), kami memakai Agile Messenger, sudah bisa kirim gambar dan voice note via GPRS. Indosat dulu punya promo internet unlimited 25 ribu sebulan
- Telepon rumah yang dikunci bisa diakali dengan Switch hook dialer
.
Dulu saya pernah berhasil menemukan eksploit kartu telepin, sehingga pulsanya tidak berkurang. Caranya dulu gampang: kalau kita masukkan 12 digit awal telepin, lalu kita cancel, dan memasukkan 16 digit yang benar, maka pulsa kita tidak pernah berkurang.
Uang
- Uang jajan saya sepanjang 6 tahun SD: 100 rupiah setiap hari. Waktu saya SD, sabtu tidak libur.
- Dulu orang mengirim uang menggunakan wesel pos. Sekarang saya menggunakan rekening bank, paypal, credit card, virtual credit card. Bahkan bapak saya sudah bisa mobile banking
- Dulu pelajar banyak yang menabung di tabanas
- Angkot 100 rupiah untuk pelajar
- SPP saya waktu saya kuliah S1: 450 ribu rupiah
- Honor artikel mikrodata/antivirus media waktu saya s1: 100-150 ribu rupiah per artikel
- Honor asisten mata kuliah satu semester: 80 ribu rupiah
Digital Storage
- Dulu orang membawa-bawa floppy disk, sekarang orang-orang membawa-bawa USB. Sepertinya ini masih akan bertahan lama sampai semua cloud based.
- Disk penting yang perlu dibawa-bawa adalah DOS, dan word processor
- Floppy disk relatif mahal. Bisa diformat dengan program semacam 2M untuk menaikkan kapasitasnya.
- Floppy drive yang jelek bisa merusak disket. Jamur bisa merusak disket.
- MMC pertama saya: 32MB, diakses via serial port
- Harddisk pertama saya kapasitasnya: 1 GB. Supaya muat banyak saya memakai “DriveSpace” untuk mengkompres harddisk.
Buku dan majalah
Saya suka membaca, tapi orang tua saya bukan orang yang mampu. Dulu saya banyak membaca majalah Bobo, Kawanku, dsb yang bekas, terbitan beberapa tahun sebelumnya. Tiap kali nemu perpustakaan, saya akan berusaha sebanyak mungkin membaca buku yang ada di situ. Di SMP, saya hapal hampir semua judul buku yang ada, dan di mana posisinya (itu tempat nongkrong favorit saya).
Bagi kebanyakan orang, buku dan majalah belum banyak berubah, tapi bagi saya sudah banyak.
- Dulu buku sulit dicari, sekarang hampir semua ada di Internet, secara legal maupun tidak
- Majalah komputer jadi sumber pembelajaran terkini, sekarang website dan dokumentasi jadi sumber pembelajaran teknologi terbaru. Uang jajan saya kumpulkan tiap minggu cuma untuk membeli tabloid Komputek.
- Dulu saya membawa-bawa buku yang berat-berat. Sekarang saya membawa kindle, dan saya juga bisa membaca di tablet saya. Jumlah buku yang muat di Kindle saya, bisa lebih dari jumlah buku yang ada di perpustakaan SMP saya dulu.
Lain-lain
- Dulu saya nggak punya kulkas sampai sekitar usia SMP. Menakjubkan sekali teknologi kulkas, bisa beli makanan untuk beberapa hari ke depan.
- Dengan GPS saya nggak takut nyasar lagi. Dulu kadang terbangun di bus, sambil bertanya-tanya: ini bener bus jurusan kampung rambutan?
- Dulu harus masak air untuk mandi air hangat
- Dulu sering jalan-jalan di Bandung Electronic Center, sekarang pakai internet buat browsing barang-barang yang mau dibeli
Cukup dulu posting kali ini, kapan-kapan disambung lagi.