Dulu, kalau dengar misalnya artis ngaku-ngaku dia di-homeschool, saya mikirnya ah itu alesan aja tuh, paling bilang gitu biar ga ditanyain kenapa ga pernah ke sekolah. Ya, kalau diterjemahkan bebas homeschool itu sekolah di rumah, dan dulu saya belum banyak tahu kalau homeschool itu ada begitu banyak metode dan kurikulum yang tinggal dipilih sesuai dengan yang kita mau, dan homeschool itu bukan berarti anaknya terserah aja mau belajar atau nggak.
Homeschool itu anaknya tetap belajar seperti halnya anak yang dikirim ke sekolah, dan pada level tertentu bisa ikut ujian/test atau dievaluasi untuk mengetahui apakah anaknya memang pantas disebut di level yang sesuai dengan usianya. Tapi sebelum kami menjalani homeschooling, kamipun punya banyak pertimbangan dan pertanyaan yang bikin kami maju mundur.
Sejak Jonathan masih belum sekolah, kami sudah mulai sering bertemu dengan keluarga yang menghomeschool anaknya. Di Chiang Mai banyak komunitas homeschooling baik itu orang asing maupun orang Thailand. Di Indonesia saya juga mengenal teman yang memutuskan homeschool anaknya, dan setelah tau lebih banyak saya jadi kagum dengan orangtua yang komit menghomeschool anaknya.
Dari sejak Jonathan masih kecil, Joe dan saya sudah sepakat kalau suatu saat kami akan menghomeschool Jonathan. Kami tetap kirim Jonathan ke preschool sampai SD kelas 1 karena kami ingin dia punya kesempatan merasakan sekolah.
Banyak alasan orang menghomeschool anaknya, ada yang alasannya ga percaya dengan sistem sekolah (lihat video di atas), ada yang merasa di sekolah lebih banyak pengaruh buruk daripada baik, di Amerika sekarang ini semakin banyak orang memilih homeschooling karena banyaknya kasus penembakan massal di sekolah. Alasan lain juga misalnya karena mereka sering berpindah-pindah negara/kota karena pekerjaan,misalnya sebagai missionaris, ada juga karena tinggal di kota kecil yang tidak ada sekolah yang menurut mereka cocok untuk anaknya.
Beberapa orangtua pengen memberikan kesempatan untuk anak mengembangkan minat bakat tanpa membebani dengan pelajaran yang akhirnya cuma lewat doang. Harus diakui banyak pelajaran yang saya pelajari selama sekolah dulu tidak begitu terpakai dan banyak yang sudah lupa, andaikan butuh mengingat bisa digoogle juga sekarang ini. Alasan lain bisa juga karena faktor kesehatan anak, faktor anak kebutuhan khusus dan bisa juga masalah ekonomi. Atau seperti artis yang memang butuh waktu khusus untuk belajar karena jadwalnya tidak memungkinkan untuk belajar di sekolah biasa.
Apapun alasannya, sekarang ini homeschooling sudah menjadi satu pilihan untuk mendidik anak dan mempersiapkan mereka untuk bersaing di masa depan. Semua orangtua tentunya ingin yang terbaik untuk anak, baik itu dengan mengirimkan anak ke sekolah ataupun yang menghomeschool dengan metode yang paling tepat buat mereka. Alasan kami menghomeschool Jonathan sekarang ini sudah dituliskan Joe pada posting sebelumnya.
Seperti halnya tidak ada individu/anak yang sama dan tentunya cara belajar tiap anak juga berbeda-beda. Tidak ada satu metode yang bisa diseragamkan dalam homeschooling ini. Dengan homeschooling kita memberikan metode yang sesuai dengan cara anak belajar dan tidak seperti disekolah yang cenderung menyeragamkan banyak hal dengan berbagai standarisasi.
Kami sepakat kalau pendidikan anak itu tanggung jawab orangtua dan berasal dari rumah. Kecenderungan yang terjadi waktu kami kirim Jonathan ke sekolah adalah, kami kurang memberikan waktu untuk mengasses Jonathan dan kami pikir sekolah pasti akan memberi masukan yang sesuai dengan kondisi Jonathan. Saya jadi terlalu santai.
Sejak umur 6 tahun, Jonathan sudah mulai bisa membaca, dan saya pikir wah lumayan ga harus ajarin Jonathan membaca. Berbeda dengan kebanyakan orangtua yang resah karena anaknya belum bisa baca ketika masuk SD, saya tidak pernah kuatir kalaupun Jonathan terlambat membaca, karena Joe bilang dia baru lancar membaca kelas 2 SD. Kami bersyukur Jonathan ga mengalami kesulitan belajar membaca. Untuk pelajaran matematika, Jonathan juga tidak mengalami kesulitan, dia bisa dengan cepat mengerti konsep yang baru diajarkan.
Sejak Agustus 2017 di masa bridging semester, kami memutuskan untuk menghomeschool Jonathan. Awalnya karena dia sakit dan kami minta beberapa pekerjaan dari sekolah untuk dikerjakan di rumah. Kami lihat kalau dia bisa mengerjakan dengan cepat dan setelah kerjaan sekolah selesai dia punya banyak waktu untuk istirahat. Kami tanya ke Jonathan dia mau homeschool atau tetap ke sekolah, dan dia bilang dia lebih suka belajar di rumah.
Masalah di awal, kami bisa dibilang ga punya persiapan untuk homeschooling. Kami belum memutuskan mau pakai metode mana dan kurikulum mana. Untuk mengisi kekosongan supaya ga kenapa ga belajar, kami membeli buku dan flash card brainquest dan juga buku Kumon untuk pelajaran matematika dan bahasa Inggris. Sisanya kami berikan kebebasan Jonathan mau baca buku apa. Kami juga belikan beberapa buku lift the flap dari Usborne yang menarik buat dia.
Bulan Oktober akhirnya kami menemukan kurikulum yang sesuai dengan kami atas saran seorang teman. Pilihan jatuh ke kurikulum dari CLE karena materi dan cara penyajiannya sesuai dengan cara belajar Jonathan. Mengenai pertimbangan dan alasan dalam memilih kurikulum ini akan saya tuliskan di posting saya berikutnya.