Coba hitung, berapa alamat e-mail yang Anda punya? Mari menghitung alamat mail saya. Yahoo Mail 1, Gmail 2, Vfemail 1, Mail dari kampus 2, Mail dari domain 1, Mail dari ISP 1, Mail yang terlupakan….ada lebih dari 5, lupa di mana saja daftarnya, dan juga lupa bagaimana cara loginnya, lupa apa passwordnya dan sudah tentu yang terlupakan tidak pernah diperiksa lagi.
Lalu kenapa sih butuh banyak sekali alamat e-mail? dan apakah semua masih diperiksa? apakah saya menggunakan userid yang sama untuk semua domain e-mail tersebut? jawabannya adalah…saya juga ga tau kenapa tiba-tiba jadi punya banyak e-mail. Terus terang ga semua e-mail diperiksa ataupun dibaca. Alamat yang aktif sampai sekarang cuma yang di Gmail, yang lainnya hanya untuk backup saja dan dulu mungkin dibuat untuk menampung miling-list. User-id nya pun berbeda-beda, sejak tidak diperbolehkannya menggunakan 4 karakter di Gmail, akhirnya saya yang dulu selalu takut untuk menggunakan nama sebenarnya di Internet, akhirnya mengalah dan memberi nama saya yang sebenarnya.
Apakah perlu sebanyak itu? sebenarnya tidak sih…Yahoo mail dulu menjadi andalan tapi sejak ada Gmail (dengan tersedianya layanan pop tanpa bayar), saya meninggalkan Yahoo (apalagi sekarang Yahoo banyak spammnya). Dan kemarin, saya baru mempop semua e-mail saya sejak tahun 2004. Ternyata…jumlahnya banyak sekali. Ada ribuan e-mail dan itu hanya dari tahun 2004, terbayang e-mail di mailbox yang sudah terlupakan, entah berapa jumlahnya.
Niat awal sih, ingin merapikan ke dalam folder-folder sambil membaca ulang (siapa tahu ada yang terlewat). Tapi…sepertinya ide itu bukan ide yang baik. Beberapa e-mail membuat beberapa kejadian yang kurang menyenangkan terbayang lagi. Rasanya sangat tidak menyenangkan. Saya memutuskan untuk menghentikan kegiatan merapikan e-mail itu dan memberi tanda semua sudah terbaca saja.
Jadi ingat, ada tumpukan surat pos (snail mail) yang pernah saya peroleh pada jaman internet belum menjadi trend. Surat-surat di awal perantauan ke kota Bandung. Surat dari kakak, orang tua, dan sahabat. Surat yang sangat tebal berlembar-lembar sampai saya tidak sanggup membacanya ulang ataupun membuangnya. Entah mau diapakan surat itu. Sampai sekarang belum bisa menentukan. Mungkin suatu hari akan terbuang (tapi setidaknya bukan hari ini).