Posting ini ga ada hubungannya dengan kasak kusuk kenaikan BBM, hanya tulisan ngalor ngidul setelah membaca artikel di reader digest edisi bulan ini mengenai bagaimana melakukan Go Green dengan cara yang sangat mudah.
Seperti biasa, ketika membaca, pikiran mengembara dan bertanya-tanya. Sekarang ini di tempat perbelanjaan, banyak dijual tas yang disebut bersahabat dengan lingkungan karena bukan dari plastik dan bisa dipakai berulang-ulang. Masalahnya terkadang sepertinya kalau belanja di hypermarket, 1 tas besar saja tidak akan cukup, lalu apa gunanya membeli tas kalau akhirnya ga kepake?
Lalu tiba-tiba terpikir, membayangkan suasana di awal manusia menemukan plastik, menemukan betapa mudahnya menyimpan banyak benda di dalam tempat plastik, lalu belakangan ini betapa mudahnya kita membuat sampah dengan minuman-minuman botolan ataupun sachetan. Pertanyaanya sekarang, bisakah kita hidup tanpa plastik?
Terbayang, kalau tidak ada lagi yang menjual air minuman mineral dalam botol, lalu setiap orang harus memasak air minumnya sendiri dirumah. Pertanyaannya: memasaknya pake energi juga yah, kira ada yang pernah hitung situasi mana yang lebih baik: menggunakan energi untuk memasak air minum, atau membeli minuman dalam botol yang bisa ditukar sehingga tidak perlu dimasak lagi? Tapi pertanyaanya kalau tidak ada minuman botol plastik lalu bagaimana? ah jadi ingat teh botol sosro yang dijual dalam kemasan botol kaca (loh kok malah jadi ke teh botol sosro sih, ngaco nih).
Jadi merasa bersalah dengan lingkungan. Saya belanja masih pakai plastik, karena tas yang ada tak pernah cukup. Saya masih minum kopi sachet karena lebih praktis. Saya masih beli minuman dalam botol (teh hijau, coke zero dll), saya masih beli sayuran yang dibungkus plastik. Saya masih banyak menghasilkan sampah plastik setiap harinya. Arghh..bisakah saya hidup tanpa plastik. Yang paling parah lagi, saya masih belum memisahkan sampah berdasarkan kategorinya. Arghh..saya tidak ramah lingkungan ternyata … higs higs …
Anyway, setidaknya setiap hari saya belajar menghemat energi yang saya pakai. Saya tidak suka mundar mandir pake mobil, saya pilih jalur terhemat. Saya coba menghemat listrik dirumah. Ah tapi ini sih hubungannya dengan ekonomi rumahtangga, bukan dengan gerakan peduli lingkungan.
Well, apa mau dikata. Mungkin harus ada orang yang bisa menemukan, cara memanfaatkan plastik jadi sumber energi yang bisa diubah menjadi energi yang berguna dalam hidup sehari2? Entahlah, sepertinya saya masih harus berterimakasih kepada penemu plastik dan minta maaf kepada lingkungan karena masih belum bisa hidup tanpa plastik.
Mbak Risna, hemat listrik itu peduli lingkungan juga kok. Soalnya kan mengurangi pemakaian energi, jadi mengurangi panas yang dikeluarkan ke bumi. Bisa nolongin beruang kutub yang mulai kehilangan habitatnya hiks.
Moga makin banyak orang2 yang mau penduli lingkungan kayak mbak Risna.
Knapa berat ya? padahal buat kita2 dan anak2 kita juga?