Harusnya yang menulis ini Risna, tapi karena waktu luangnya Risna masih sedikit, jadi saya(Joe) aja yang nulis. Tapi karena akhirnya diedit sama Risna, maka Risna yang posting. Salah satu motivasi penulisan ini adalah melihat sebagian orang yang suka mengucapkan "harus ASI ekslusif ya!" ketika mengucapkan selamat atas kelahiran bayi seseorang. Ucapan semacam itu sering menambah stress ibu-ibu baru, dan malah menambah masalah. Ditambah lagi ada pendapat bahwa "semua ibu pasti bisa memberi ASI yang cukup". Sebelumnya, perlu dicatat bahwa sampai saat ini Risna berhasil memberi ASI kepada Jonathan dengan sangat baik, pertumbuhan Jonathan juga lebih dari rata-rata (lahir 3 kg, dalam 2.5 bulan sekarang sudah 6 kg). Akan tetapi kami ingin menekankan bahwa yang terutama adalah kesehatan ibu dan anak, bukan semata-mata gengsi buat memberi asi atau asi eksklusip.
Saya ingin membahas beberapa hal yang penting:
- Kadang proses kelahiran tidak lancar atau bayi memiliki masalah, sehingga perlu segera diberi minum (biasanya susu formula)
- Menyusui kadang tidak semudah teori (terutama bagi ibu baru).
- Posisi menyusui setiap pasangan ibu dan bayi belum tentu sama, semuanya merupakan proses pembelajaran dari ibu dan bayi.
- Ada ibu-ibu yang memang tidak bisa memproduksi susu sama sekali
- Ada ibu-ibu yang memang produksi susunya kurang
- Ada ibu-ibu yang merasa produksi susunya kurang
- Ada ibu-ibu yang salah dalam teknis menyusui yang menyebabkan susunya kurang, padahal seharusnya bisa cukup
Sejak mulai hamil, Risna sudah mengikuti milis yang membahas masalah menyusui, kami juga ikut birthing class, yang salah satu pengajarnya adalah ahli laktasi dari Inggris. Selain diberi pengajaran tatap muka, kami juga diberi materi dari berbagai sumber untuk dibaca di rumah. Tapi ternyata proses awal pemberian ASI tidak semudah itu. Kendala utama adalah masalah posisi menyusui yang nyaman untuk bayi dan ibu. Ada berbagai posisi sesuai teori, tapi akhirnya Risna dan Jonathan menemukan stylenya sendiri yang ga persis dengan teori.
Sebagian ibu memang sangat beruntung, kelahiran anaknya bisa normal, tidak ada masalah apa-apa, dan ASI mengalir lancar bahkan sebelum bayinya lahir. Tapi tidak semua orang mengalami seperti itu. Dalam kasus Risna, karena ada infeksi rahim, bayi kami harus diberi antibiotik selama beberapa hari, bayinya juga sempat mengalami hypothermia dan dehidrasi. Dalam kondisi seperti itu dokter memutuskan memberi susu formula di hari pertama bahkan tanpa memberi tahu kami. Apakah kami merasa dikhianati oleh susu formula? tentu saja tidak, tindakan dokter kami anggap merupakan tindakan yang perlu untuk Jonathan.
Beberapa teman kami pun proses kelahirannya tidak lancar, ada yang bayinya kuning karena ASI tidak segera keluar dan ada juga karena kasus ABO incompatibility. Proses kelahiran yang tidak lancar ini bisa membuat ibu merasa stress karena belum belum sudah merasa gagal ASIX. Dan ini membuat produksi ASI semakin terhambat.
Rumah sakit tempat Jonathan lahir sangat mendukung ASI (dan punya lactation expert yang membantu kami). Semua proses pemberian susu formula di rumah sakit dicatat (waktu pemberian, jumlah cc), dan rumah sakit tidak boleh memberi tahu merk susu yang dipakai (karena akan dianggap sebagai iklan). Jumlah total susu formula yang sempat diminum Jonathan selama di rumah sakit kurang dari 150 cc. Selebihnya Risna bersusah payah berusaha memberi minum Jonathan walaupun hanya 2 – 3 menit dan ASI nya sendiri belum keluar banyak.
Sepulang dari rumah sakit, pemberian ASI sudah mulai lancar, dan kami tidak membeli susu formula sama sekali. Dalam kasus Risna, pemberian susu formula merupakan hal darurat, setelah itu semua lancar. Sebenarnya tidak 100% lancar, karena beberapa hari pertama di rumah sempat terjadi engorgement tapi berhasil diatasi dengan bantuan guru birthing class kami (dia adalah pelayan gereja, dan itu bagian dari pelayanannya). Bagi sebagian ibu lain, mungkin tidak semudah itu. Padahal emosi dari ibu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kelancaran produksi asi.
Bantuan secara langsung merupakan pertolongan yang sangat membantu. Apalagi Risna selalu diberi semangat. Sebagian orang akan memilih menggunakan donor ASI. Ini merupakan pilihan. Saat ini di berbagai tempat belum ada bank susu. Susu dari bank susu terjamin. Tapi sayangnya bank susu baru ada di beberapa tempat, sehingga alternatif lain adalah donor ASI.
Jika ingin memakai donor ASI, sebaiknya carilah yang sangat dikenal, karena ada beberapa risiko: pertama adalah kesehatan donor. Perlu diketahui obat apa yang sedang dikonsumsi donor yang mungkin sampai ke susu. Sebagian donor bahkan tidak tahu bahwa mereka punya penyakit tertentu. Kedua adalah: penanganan ASI jika tidak disusui langsung mungkin menimbulkan masalah (misalnya botol ASI yang mungkin kurang bersih, atau terkena suhu terlalu tinggi). Sebagai catatan Dalam sebuah riset dari Stanford, 3.3% Ibu yang berusaha mendonorkan ASI ke sebuah bank susu yang merasa dirinya tidak punya penyakit apa-apa ternyata menderita penyakit serius (HIV, hepatitis B, dsb).
Sebagian besar ibu baru, ASI-nya belum keluar atau belum lancar di beberapa hari pertama. Dalam kondisi susu belum keluar, orang-orang yang menekan untuk "memberi ASI ekslusif" (dan sekedar ngomong di facebook) akan menambah stress si Ibu saja. Masalahnya stress akan mempersulit produksi susu. Orang yang mau datang langsung dan membantu akan membuat ibu lebih tenang dan senang, serta hal itu akan membantu memproduksi susu. Dukungan dari orang serumah juga sangat dibutuhkan terutama suami. Contoh bantuan real misalnya meminjamkan breast pump elektrik (jika ibu itu hanya punya yang manual), memberi makanan yang disarankan (jangan cuma bilang: banyak-banyak makan X ya), dsb.
Sebagian ibu juga sudah sangat anti susu formula sejak bayinya belum lahir, mungkin ini diakibatkan salah menyerap apa yang dibaca dari media mengenai penakan asi. Banyak ibu-ibu di milis asi yang menganggap tercemar susu formula seperti tercemar racun saja padahal susu formula itu sudah melewati penelitian bertahun-tahun dan bukan sekedar asal saja. Ketika ada masalah dengan anaknya, dan perlu diberi minum, sementara susunya belum keluar, ibu itu menjadi bingung. Mau memakai donor ASI tapi takut risiko kesehatan, mau memakai formula tapi merasa gagal tidak bisa memberi ASI. Akhirnya dia menjadi stress, dan akhirnya ASI-nya lebih susah lagi keluar.
Saran kami adalah: jangan menanamkan anti susu formula di kepala, tanamkan niat untuk memberi bayi ASI. Jika keadaan mengharuskan pemberian susu formula, Anda tidak akan stress (masih untung ada susu formula daripada air tajin). Lalu perlu diingat juga ada beberapa penyakit/gangguan yang bisa menyebabkan susu sama sekali tidak keluar, atau sangat sedikit. "Memaksa" orang seperti itu agar menyusui bayinya secara ekslusif akan menyakiti hati mereka. Buat kami yang kami tanamkan adalah yang terpenting adalah bayi sehat. ASI diusahakan tapi bukan segalanya.
La Leche Leauge merupakan lembaga internasional yang tujuan utamanya adalah menghimbau ibu untuk breastfeeding tapi mereka juga mengakui adanya penyakit/gangguan yang mempersulit pemberian ASI. Berikut ini beberapa artikelnya:
- Supporting Mothers with Mammary Hypoplasia
- Polycystic Ovary Syndrome
- The Impact of Thyroid Dysfunction on Lactation
Mereka juga mengakui bahwa jika bayi kekurangan ASI, maka perlu diberi suplemen (Supplementing the Breastfeeding Baby). Nah di sini kadang terjadi kesalahan juga: sebagian Ibu menyangka produksi ASI-nya kurang, lalu memberi susu formula kepada anak tersebut. Waktu Risna baru mulai breastfeeding, kami juga seperti itu, sempat khawatir Jonathan masih kurang minum karena pemberian ASI-nya singkat sekali padahal Jonathan tidak rewel waktu itu, jadi kami memanggil suster untuk memberi tambahan susu formula. Suster memeriksa refleks lapar bayi, lalu memeriksa log pemberian ASI dan formula (semua dicatat selama di rumah sakit), serta mengecek juga bilirubinnya. Suster kemudian menyatakan: tidak perlu diberi apa-apa, bayinya sudah cukup minum.
Dan ternyata suster tersebut benar, Jonathan tidak rewel sampai saatnya pemberian minum berikutnya. Terakhir adalah: kadang ada kasus di mana seharusnya produksi susu ibunya cukup (tidak ada masalah kesehatan), tapi sang Ibu kurang memahami proses produksi susu. Misalnya: memompa terlalu sering sementara bayi belum bisa meminum bisa menyebabkan engorgement, dan jika tidak ditangani dengan benar, maka produksi susu malah bisa berkurang.
Kasus lain bisa juga bayinya rewel terus menerus karena masalah dengan pencernaanya, lalu sebagai ibu baru biasanya berpikir: wah jangan-jangan dia masih haus, asi saya kurang, lalu serta merta memberikan formula. Padahal ada beberapa hal yang bisa di cek selain apakah bayinya haus kalau bayi rewel: apakah pampersnya basah? apakah udara terlalu panas/dingin? apakah perutnya kembung? Masalah perut kembung biasanya masalah paling umum menjadi penyebab bayi rewel.
Saya tidak akan berteori banyak mengenai hal ini, tapi jika merasa belum tahu, sebaiknya bacalah buku dan aneka artikel di Internet. Banyak juga konsultan laktasi yang bisa dipanggil ke rumah untuk memberi tahu cara-cara yang benar. Jika tidak ada yang membantu secara langsung, carilah bantuan secara langsung itu ke klinik laktasi terdekat.
Sebagai penutup: menurut saya jangan langsung mengintimidasi "ASI ekslusif ya" pada orang yang baru melahirkan. Tanyakan dulu kesehatan ibunya, kesehatan bayinya, bagaimana kondisinya (misalnya jika mereka di luar negeri, apakah ada kerabat yang datang). Kalau Anda memang care dengan pemberian ASI, tanyakan apakah ada masalah atau tidak dalam pemberian ASI, lalu butuh bantuan atau tidak. Jika sang ibu butuh bantuan, maka bantulah, datanglah, jangan hanya menambah banyak nasihat yang tambah membuat stress lagi.
Untuk ibu-ibu baru yang memang asi belum cukup, jangan berkecil hati dan patah semangat, tetaplah bersukacita karena bayi Anda yang lucu selalu sehat adanya. Jangan juga serta merta memutuskan memberi susu formula secara penuh, selama masih ada asi, silakan berjuang sampai tetes asi penghabisan. Hati yang gembira bisa membantu produksi asi, tetap berpikir positip karena bukan saja bisa membantu produksi asi tapi juga karena apa yang Anda rasakan biasanya mempengaruhi si kecil.
I really like this post! You don’t judge people just because they choose to feed their babies with suplement. I do support exclusive breastfeeding but there are others who may have different opinion or in the situation where breastfeeding is not possible. I do agree with the tips of supporting post partum women. Jangan menambah nasehat yang akhirnya akan membuat ibu baru menjadi lebih stress. Asli bener banget! Help by action, not just words.