Hari ini gue melihat acara Good Morning di sebuah stasiun TV swasta, ada beberapa berita yang membuat gue ga bisa berkata apa-apa… Pikiran gue jadi mengembara kemana-mana, dari berita menjadi bertanya mau jadi apa bangsa ini???
Berita pertama : seorang bocah berusia 8,5 tahun bunuh diri karena DEPRESI, catat: DEPRESI, bagaimana mungkin anak kecil yang seharusnya masih mengalami masa indahnya bermain mengalami penyakit orang dewasa? Gue inget-inget umur 8 tahun dalam hidup gue merupakan umur dimana gue ga punya masalah sama sekali, gue bahkan tidak pernah tau kalau bokap gue pernah di PHK, atau bahkan gue ga tau kalau adik gue badannya kurus karena masa itu keluarga kami kurang mampu untuk memenuhi gizi yang disarankan, gue ga tau apa aja masalah orang tua gue. Well bukan karena gue orang yang “tidak peka” tapi karena orang tua gue yang menutupi masalah-masalah yang ada sehingga gue ga perlu tau dengan “kejamnya dunia”. Orang tua gue mencegah gue dari terkena DEPRESI, gue berterimakasih kepada mereka karena mereka menjaga gue dari hal-hal yang memang belum waktunya gue ketahui.
Cerita anak depresi itu dimulai dari masa dia harus putus sekolah, dia hanya sempat sekolah kelas 1 SD saja, setelah itu orangtuanya tidak mampu membiayainya, setiap pagi dia terlihat sering melamun memandangi teman-teman sebayanya pergi ke sekolah. Pertanyaan yang muncul di kepala adalah : loh katanya mo bikin sekolah gratis sampai usia wajib belajar 9 tahun, kok masih ada kasus anak depresi karena cuma bisa sekolah kelas 1 SD doang? katanya subsidi BBM mau dialihkan ke subsidi pendidikan dasar, harga minyak baik minyak tanah, bensin, solar sampai gas juga udah dinaikkin, tapi kok program untuk pendidikannya juga belum jalan yah?
Cerita berikutnya yang tidak kalah memilukan adalah cerita terjadinya kekurangan gizi di suatu daerah di Indonesia, anak-anak itu harusnya udah bisa jalan, tapi…karena kurang protein kulit mengelupas, perut menggembung dan pertumbuhan? jangankan berjalan, dia tidak bisa bergerak, cuma tidur aja dengan beberapa selang yang masuk ke tubuhnya. Penghasilan orangtua? yah…paling cukup buat makan yang mengganjal perut, bapak tukang becak, ibu pedagang kue keliling.
Pikiran mengembara….agak ga nyambung sih, tapi gue jadi mempertanyakan, kenapa mereka punya anak kalau ga sanggup ngasih makan anak? ngapain sih melahirkan anak yang tidak meminta dirinya lahir ke dunia ini kalau akhirnya harus hidup menderita dan mengalami kejamnya dunia? Berkaca ke diri sendiri, sering kali gue ditanyain : kok belum nikah juga? kalau udah kepala 3 sulit loh punya anak, and so on and so on. Dalam hati gue berkata : apa gue udah sanggup yah menjadi ibu? kalau liat temen2 gue sih, kadang-kadang rasanya lucu juga punya anak, pengen juga membuktikan diri kalau gue juga bisa. Banyak yang bilang : ah ga usah merasa ga siap, ntar juga kalau udah punya anak pasti bisa sendiri lah jadi ibu, itukan natural aja. Apa iya begitu? Lalu bagaimana dengan nasib anak yang busung lapar itu? apakah itu bukan karena kegagalan orangtuanya? menurut gue YA, ga perlu nyalahin siapapun selain orangtuanya. Orangtua yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak, bukan hanya tau membuat anak aja, tapi harus tau membesarkan dan merawat anak itu, jangan sampai depresi, jangan sampai tidak bahagia.
Semakin ga nyambung, pikiran mengembara lagi, teringat dengan cerita adanya sebuah reality show kawin gratis, ceritanya orang-orang yang tidak mampu di beri biaya untuk pernikahannya. Pertanyaan pertama gue waktu tau ada acara itu adalah: duit yang diberikan untuk biaya nikah saja atau dikasih modal hidup? kalau hanya dikasih biaya pesta sederhana untuk pernikahan doang itu artinya mengundang lebih banyak lagi orang menderita. Gue kuatir, kalau orang yang dinikahkan gratis itu tetap tidak berhasil dalam usahanya, tidak bisa mencari duit yang cukup untuk membesarkan anaknya, ntar anaknya jadi satu korban lagi, entah itu kekurangan gizi entah itu depresi karena ga bisa sekolah.
Ah..entahlah, entah mau jadi apa bangsa ini. Setidaknya gue bersyukur dengan keadaan gue, gue bersyukur punya orangtua yang menjaga gue dari depresi, gue bersyukur blum membuat orang lain menjadi menderita, gue bersyukur karena Tuhan selalu memberikan yang terindah pada waktunya. Lebih baik seperti saat ini, setiap orang punya waktunya masing-masing.
Yap! Merdeka, Ris! :))))))) Gila, kobaran semangatnya sampe menghanguskan monitor komputer gua.
*peace*
hari ini ada lagi anak SD yg bunuh diri, beritanya ada di PR.Coba dulu ga diberitain, pasti anak-2 kecil ga data gantung diri sebagai salah satu solusi penyelesaian masalah.Payah dhe media di Indonesia.
Ada surat terbuka di Suara Pembaharuan berjudul “Tolong! Anakku Bukan Jenius!” Intinya adalah bahwa bagi yang sekolah pun, kurikulum sekarang cukup membuat stres sehingga mau bunuh diri. Ada anak SMP yang mau bunuh diri karena merasa tidak bisa menghapal Biologi.
hmm yang masalah kawin gratis sih mendingan kata gue dikasi biaya buat merit memang
daripada mereka ngga merit secara sah alias kumpul kebo.. getu loh……
Dengan menuliskan dan menyebarkan cerita ini di blog saja, sudah sangat membantu anak-anak tadi. Siapa tahu ada orang yang membaca menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu untuk mereka. Termasuk saya jadi semangat terus, setelah melihat masih banyak orang yg peduli dengan nasib mereka 🙂
Semua ini akibat dari tidak di aturnya kita dengan aturan islam
walo basi tetap komen aaaah.. masalah anak, sepakat. IMNSHO adalah ortu yang bertanggungjawab. semiskin-sekere apapun ortu, ortu yang baik lebih rela ga makan tiga hari tapi anaknya bisa makan. dan ini adalah pengalaman pribadi (walu ga sampe tiga hari sih)