Sejak dulu saya orangnya malas banget ke dokter gigi. Umumnya ketemu dokter apapun malas rasanya. Uhm mungkin awalnya takut, takut ini dan itu lalu jadi malas untuk bertemu dokter. Ada banyak ketakutan yang sebenernya kurang beralasan sih. Tapi setelah bertemu dengan dokter gigi di Chiang Mai kesan itu berubah.
Setiap kali saya cerita saya ada jadwal ke dokter gigi, teman saya akan bertanya-tanya: emang giginya kenapa? ya mungkin sayapun dulu hanya akan ke dokter gigi kalau giginya kenapa napa. Bahkan sudah tau giginya kenapa-napa aja suka malas untuk bolak-balik ke dokter gigi. Malas membayangkan suara bor dari luar ruang praktek dokter dan malas membayangkan harus duduk menunggu berjam-jam untuk menyelesaikan masalah gigi yang ada.
Karena kurangnya kesadaran saya merawat gigi dari kecil, sejak saya kuliah gigi geraham saya ada lubangnya. Ada yang lubang kecil ada yang lubang lumayan. Bahkan 2 gigi geraham saya sudah dicabut karena tidak tertolong lagi. Gigi saya selalu ngilu kalau makan sesuatu yang manis ataupun dingin. Tapi tetep aja udah banyak keluhan begitu saya keras kepala ga mau ketemu dokter gigi. Saya lebih tahan ngilu atau sakit sesekali daripada saya harus buka mulut lama di dokter gigi atau menghabiskan waktu berjam-jam mendengar bunyi bor yang menyayat hati (berlebihan yak :P).
Joe juga ga beda dengan saya, dan saya rasa kebanyakan kita memang ga begitu mau ketemu dokter gigi kalau ga terpaksa. Tahun lalu, gigi Joe yang udah ditunda masalahnya 5 tahun akhirya harus di urus juga. Akhirnya Joe memutuskan membereskan semua masalah giginya sekalian. Well penundaan yang dilakukan Joe ternyata cukup membawa kesakitan yang lumayan pas gigi itu harus diurus. Dari situ saya belajar, saya ga mau mengalami penderitaan yang sama. Jadi mumpung belum memburuk kondisinya saya putuskan untuk menambal semua gigi berlubang dan juga membereskan urusan gigi yang sensitif (ini ternyata awalnya karena saya menyikat gigi terlalu keras dengan sikat yang terlalu keras dan cara yang salah).
Sejak 6 bulan lalu, saya mulai rajin ke dokter gigi. Enaknya di sini kami menemukan klinik yang cukup profesional. Kita bikin janji dulu untuk datang, lalu waktu yang dibutuhkan sekitar sejam saja. Kita ga perlu berjam-jam buat nunggu pasien laen, karena pasien lain punya jam ketemunya sendiri. Dokternya juga ramah dan mau mengerti keluhan pasien. Misalnya karena saya ga tahan buka mulut lama-lama dokternya mengadjust cara perawatannya dengan memberikan saya istirahat menutup mulut setiap satu fase selesai. Yang menyenangkannya lagi adalah pertama kali saya datang ke sana 4 gigi selesai ditambal dalam waktu sejam. Ini untungnya kalau giginya belum bermasalah, jadi bisa langsung dituntaskan.
Gimana dengan masalah bayarannya? Well dulu saya inget, waktu masih di Bandung, saya harus hitung2 jumlah gigi yang ditambal untuk bayarannya. Nah di sini, 4 gigi itu itungannya tetep sama dengan 1 jam kerja di dokter gigi. Kalau cuma setengah jam ya kita bayar setengahnya. Sebenernya memang agak lebih mahal kalau di bandingkan dengan harga 1 gigi di boromeus, tapi kalau dikali-kali waktu tunggu dan harus bulak baliknya saya rasa di sini jauh lebih baik. Seengaknya biaya disini masih terjangkau lah.
Saya ga tau kondisi klinik gigi di Indonesia sekarang ini, bisa dibilang pengalaman saya dengan dokter gigi sangat minim. Tapi setelah berurusan dengan dokter gigi di sini dan melihat kesadaran para pasien lain yang bahkan membawa anaknya sejak kecil ke dokter gigi untuk pemeriksaan dan perawatan, pola pikir saya berubah. Setiap 6 bulan sekali perawatan gigi itu perlu, setiap ada gigi yang bolong/busuk sebaiknya langsung di tangani sebelum akhirnya membawa penderitaan kalau gigi sakit.
Seperti kata lirik lagu: lebih baik sakit hati daripada sakit gigi ini (eh atau kebalik ya:P). Well intinya sakit gigi atau sakit hati sama-sama ga enak deh. Jadi rawatlah gigi sebelum sakit. Bukankah lbih baik mencegah daripada mengobati?. Lagipula gigi itu akan dipakai seumur hidup. Ga enak banget kan kalau masih muda tapi makan jadi ga enak karena gigi dan gusi bermasalah.
Semoga pas balik ke Indonesia bisa nemu klinik gigi yang bagus juga. Jadi pola pikir ini ga harus balik lagi jadi ogah ketemu dokter hehehe.
dulu juga paling gak mau ke dokter gigi,
tapi sejak tahun lalu terpaksa ke dokter gigi, jadi seneng juga. udah gitu bu dokter giginya baik banget lagi ^_^
baik hati dan cantik si bu dokternya ya pet :D, iya kadang2 kita males karena ada asumsi awal yg ga enaknya sih