Kalo menurut wikipedia, fanboy/girl:
Fanboy is a term used to describe a male who is highly devoted and biased in opinion towards a single subject or hobby within a given field. Fanboy-ism is often prevalent in a field of products, brands or universe of characters where very few competitors (or enemies in fiction, such as comics) exist.
Saat ini saya batasi saja pada fanboy di bidang IT, atau singkatnya orang yang cinta mati merk atau perusahaan tertentu. Apa yang dilakukan perusahaan tersebut dibela mati-matian, meskipun jelas-jelas salah. Mungkin saat ini yang paling banyak ditemui: Fanboy Apple, fanboy iOS, fanboy Android. Yang lain juga ada, tapi (saat ini) nggak sebanyak itu.
Beberapa yang “lucu” (konyol) yang saya temui akhir-akhir ini misalnya, saya membaca komplain seseorang tentang Apple: iOS sekarang sering error dalam hal penggunaan space oleh “other”. Beberapa orang “marah” dan “membego-begoin” penulis blog itu: kan tinggal restore aja. Di sini terlihat bahwa fanboy ini mereka tidak mengakui bahwa itu masalah serius, mereka juga tidak menyadari jika kapasitas devicenya besar, bisa butuh waktu beberapa jam untuk me-restore datanya. Sebagian lagi menyarankan: datang aja ke Genius Bar di apple store. Orang itupun ke sana, dan hasilnya: tetap sama saja. Dan akhirnya dia harus memecahkan persoalannya sendiri dengan software pihak ketiga. Dan anehnya lagi, tidak ada orang yang berkomentar di situ (atau di diskusi hackernews) yang menyarankan penggunaan software phonedisk/iexplorer untuk memperbaiki masalahnya.
Atau kelucuan lain adalah pembela Apple, yang mati-matian membela keputusan Apple menggunakan peta baru di iOS. Sampai-sampai bilang: Google Maps juga ada salahnya. Lucunya, sampai mengambil contoh yang mengada-ada bahwa Google menyarankan Anda untuk berjalan di atas air. Padahal Google menyarankan beberapa route untuk berjalan, dan yang paling cepat adalah berjalan plus mengambil jalur ferry (tapi opsi: berjalan saja juga, kalau mau 33 jam). Kelemahan yang relatif kecil ini tidak bisa dibandingkan dengan Apple yang mencantumkan tanda “Rumah Sakit” di toko dealer Ford dan di Dollar Store. Andaikan Anda dalam keadaan setengah darurat (misal kecelakaan kecil memakai alat berat, yang tidak perlu sampai memanggil ambulans), Anda menanyakan peta rumah sakit terdekat di peta Apple, lalu ketemunya dealer mobil, apakah Anda tidak kesal? Untuk darurat yang lebih penting, dan Anda sedang di dalam kota, sebaiknya Anda menelpon nomor darurat dan menunggu ambulance.
Pasti peta Apple akan membaik, tapi pertanyaan pentingnya adalah: apakah Anda mau dijadikan kelinci percobaan dan membela mati-matian? Lebih baik ikut mengkritik supaya Apple mendengar keluhan penggunaanya dan cepat memperbaikinya.
Dua contoh tersebut kebetulan saja Apple, sebenarnya banyak juga “kelucuan-kelucuan” lain dari fans Android, tapi karena kebetulan saja sekarang ini Apple baru merilis iOS6 dan iPhone 5, maka dua contoh itu yang baru saya temui. Beberapa kekonyolan kedua belah pihak adalah merasa satu fitur tidak ada di device yang lain, atau merasa yang satu meniru yang lain, karena mereka tidak mengenal device yang lain. Misalnya dulu ada yang memuji “wah cerdas nih apple, kalau mengetik password, karakternya muncul sebentar, terus berubah jadi bulet hitam, jadi bisa kelihatan masukin passwordnya bener apa nggak, nggak seperti device lain yang cuma munculin bintang-bintang”, mereka tidak tahu bahwa fitur itu sudah ada di Nokia sejak beberapa tahun sebelumnya.
Saya sendiri dulu hampir “ngefans banget produk Apple”. Sejak tahun 2005 saya sudah memakai iBook, dan setelah itu beralih ke MacBook. iPod juga punya. Bahkan seluruh workstation di kantor saya sekarang memakai produk Apple karena saya yang menyarankan. Pertama kali memakai produk Apple, komentar saya adalah: produknya indah, layanannya juga bagus sekali (beberapa kali ada masalah, langsung diganti), sistem operasinya berbasis UNIX, tapi tidak perlu diutak-atik seperti memakai Linux. Oh iya bahkan tahun 1994-an, sebelum orang mulai ngefans Apple, saya juga memakai Apple ][/e yang sudah kuno sekali.
Tapi lama-lama saya juga menemukan banyak kelemahan memakai berbagai produk Apple. Ribuan foto yang sempat saya masukkan ke iPhoto, ternyata membuat iPhoto menjadi lambat dan bahkan terkadang error. Membuat slide yang sederhana dan indah mudah dilakukan dengan keynote, tapi jika harus dishare ke orang lain, export ke ppt tidak selalu lancar. Banyak package command line tidak berjalan dengan baik, terutama setiap kali ada update OS (banyak package MacPorts yang tidak jalan, harus menunggu patch). Aplikasi Numbers bagus untuk membuat sheet sederhana, tapi banyak fitur (misalnya pivot) sampai sekarang masih belum ada. Kompilasi program juga lebih lambat di bandingkan Linux. Secara teknis, filesystem Mac secara umum ketinggalan jaman dibanding filesystem yang dimiliki Linux, hasilnya: manipulasi file dalam jumlah banyak akan terasa lambat. Dan masih banyak lagi keluhan besar dan kecil lainnya.
Hardware yang tidak bisa “dioprek” juga membuat saya semakin malas menggunakan produk Apple. Saya sudah pernah mengganti sendiri harddisk Macbook Pro, harddisk iMac (seri tahun 2007) juga sudah pernah saya ganti. Dua-duanya tidak mudah, untuk MacBook pro perlu membuka 27 baut. Mengganti batere iPod Nano juga pernah saya lakukan .Tapi produk-produk Apple terbaru semuanya tidak bisa diganti/diperbaiki sendiri.
Pernah juga saya memakai hp Android. Cukup suka dan sangat customizable, tapi itu kadang yang membuat saya menghabiskan waktu terlalu banyak mengoprek HP. Sebagai orang yang lebih sering di kantor dan di rumah, saya sadari bahwa saya tidak terlalu butuh membawa smartphone yang terlalu pintar. Sekarang saya hanya memakai BlackBerry, itupun jarang saya sentuh (chat BBM menggunakan tinycontroller di desktop), jadi sekarang saya tidak memakai Android ataupun iPhone.
Meski dengan keluhan mengenai Apple, sampai sekarang, saya masih tetap memakai iMac di kantor. Saya tetap membelikan iPad 3 untuk anak saya, dan mungkin akan segera membeli iPod Touch terbaru. Tapi saya masih menghindari membeli macbook baru, dan iphone. Tapi saya juga tetap memakai Windows dan Linux di rumah, memakai tablet Blackberry PlayBook, dan tetap memakai tablet Android. Menurut saya nggak ada gunanya ngefans buta produk tertentu. Produk akan berlalu dengan cepat, bahkan perusahaan yang besar juga bisa berlalu dalam waktu belasan atau puluhan tahun. Apa yang cocok untuk saat ini, ya pakailah produk itu (misalnya: saat ini lebih banyak aplikasi edukasi di iPad dibanding Android).
Bagi anak saya: iPad atau Android sama saja, yang penting ada permainannya