Setelah membaca blognya pak Budi Raharjo yang mempertanyakan apakah HP lama bisa untuk IOT (Internet Of Things), saya ingin berkomentar , tapi karena panjang jadi saya tulis saja jadi posting blog tersendiri.
HP sudah ada cukup lama, saya memakainya sejak 1999, dan sekarang sudah ada banyak generasi HP. Generasi awal biasanya bisa dimanfaatkan sebagai modem SMS, baik menggunakan kabel data serial ataupun FBUS/MBUS. LCD Nokia tertentu (misalnya 5110) bisa dikanibal untuk menjadi display (bahkan sekarang LCD ini masih dijual di Aliexpress dan berbagai situs lain). Generasi berikutnya yang mendukung GPRS bisa dipakai menjadi modem.
Dulu sempat ada usaha juga membuat firmware alternatif untuk Nokia tertentu. Dengan firmware tersebut, teorinya kita bisa menggunakan ponsel sebagai “otak†sebuah benda iOT. Untuk ponsel berbasis TI Calypso (misalnya Motorolla C115/123/140/155, Sony Ericsson J100i) firmware dari OsmocomBB bisa digunakan (proyek ini masih aktif).
Sekilas ponsel yang mendukung J2ME bisa diprogram untuk mengendalikan benda lain via bluetooth/IR/Internet. Pada praktiknya ini sulit karena biasanya tiap kali akan melakukan koneksi, user akan ditanya dulu: boleh atau tidak. Jaman dulu sebuah aplikasi harus minta ijin user untuk melakukan koneksi apapun. Supaya bisa diset agar tidak minta ijin, kita perlu menandatangani secara digital (inipun tidak universal, signing dengan certificate dari pihak tertentu kadang hanya berlaku di beberapa merk HP saja).
Ponsel dengan OS Symbian, Palm OS (sempat ada beberapa smartphone berbasis PalmOS), Windows Mobile cukup terbuka untuk bisa diprogram melakukan apa saja. Saya dulu pernah memprogram driver untuk Windows Mobile dan tidak perlu code signing.
Ponsel dengan OS modern seperti Android dan iOS bisa dimanfaatkan dengan dua cara. Pertama ponsel bisa menjadi otak, dan pengendalian benda bisa dilakukan dengan bluetooth, WIFI, USB dan bahkan NFC. Koneksi Bluetooth iOS hanya bisa dilakukan di versi baru dengan BLE (Blutooth Low Energy) sedangkan bluetooth di Android bisa dikoneksikan ke modul hardware murah (sekitar 4 USD). Beberapa ponsel Android mendukung mode Host sehingga bisa dihubungkan ke device USB apa saja.
Pemanfaatan kedua adalah memanfaatkan sensor di ponsel (yang jumlahnya sangat banyak) dan datanya distream ke Raspberry atau benda lain. Bagian ini belum saya coba, tapi sudah ada saudara yang mencoba:
Sejujurnya: meskipun ponsel dan hardware lama masih bisa dimanfaatkan, saya lebih suka membeli hardware baru saja. Dokumentasi lebih banyak, harga juga relatif terjangkau, jadi saya tidak mengorbankan banyak waktu ataupun biaya. Tapi jika Anda punya banyak ponsel yang ingin dimanfaatkan, mungkin beberapa hal yang saya share ini bisa berguna.