Salah satu dari materi di pelajaran Language Arts adalah memahami dictionary order (lexicographical order) . Materi ini sangat mudah dimengerti, bahwa AAA muncul sebelum AAB. Beberapa latihan dalam materi ini adalah mempraktikkan mencari kata di kamus dan mengurutkan kata berdasarkan urutan kamus.
Seperti biasa, kadang Jonathan belajar di samping saya yang sedang bekerja di depan komputer. Jadi saya mencoba menguji Jonathan dengan soal sederhana, seperti, jika kita cuma punya 4 huruf dan kita urutkan berdasarkan urutan kamus, maka setelah AAAA, AAAB, AAAC adalah? jawabannya tentunya adalah AAAD. Nah setelah AAAZ berikutnya apa? saya membantu jawab dengan AABA, berikutnya Jonathan sudah tahu bahwa setelah AAZZ berikutnya adalah ABAA. Saya menggunakan Microsoft Word dengan font yang saya perbesar untuk bisa dengan cepat menjelaskan hal seperti ini.
Saya jelaskan juga bahwa sebenarnya cara kita berhitung dalam basis 10 juga seperti itu. Setelah digit terakhir (paling kanan) menjadi 9, maka berikutnya menjadi 0, dan kita menambahkan ke digit sebelumnya. Tadi ada 26 simbol untuk A-Z sedangkan untuk bilangan desimal ada 10 bilangan (0-9). Bagaimana jika kita cuma punya 0 dan 1 (biner). Saya mulai dengan 0000, apa berikutnya? gampang sekali dipahami bahwa ini menjadi 0001. Jonathan perlu berpikir sedikit untuk mengingat bahwa digit “2” tidak ada, jadi 1 kembali menjadi 0, dan digit berikutnya dinaikkan, hasilnya 0010. Berikutnya lagi kita tambah satu lagi menjadi 0011.
Sekarang saya memberi label desimal di sebelah kiri urutannya:
0 0000 1 0001 2 0010 3 0011
Dengan melihat tabel ini bisa dilihat bahwa 3 desimal sama dengan 0011 dalam biner. Saya bisa saja menjelaskan lebih lanjut mengenai cara singkat konversi dari biner ke desimal, tapi karena saya hanya menyisipkan materi di language arts maka tidak saya teruskan.
Sebenarnya masalah berhitung biner ini sudah pernah dibaca Jonathan, salah satunya dari buku Lift-The-Flap Computers and Coding.
Seperti kebanyakan buku, yang diajarkan biasanya lebih ke cara cepat konversi biner ke desimal, dan bukan mengapa cara berhitungnya seperti itu.
Ini sekedar cerita bahwa dengan metode homeschooling, sebagai pengajar saya bisa menyisipkan berbagai materi lain yang berhubungan dengan sebuah mata pelajaran, meskipun sepertinya pelajaran tersebut jauh sekali dari pelajaran saat ini. Saya juga bisa menjelaskan dengan cara yang menurut saya terbaik untuk Jonathan.
Sebagai catatan, hal seperti ini bukan cuma dilakukan oleh saya, banyak orang tua lain yang berusaha menjelaskan konsep kompleks kepada anaknya. Contoh yang saya baca baru-baru ini adalah: Conversations with a six-year-old on functional programming.
Sebenarnya banyak yang sudah menyadari betapa pentingnya menyambungkan satu konsep dengan konsep lain dengan istilah thematic learning (metode pembelajaran tematik). Tapi sering kali yang saya dapati dalam praktik adalah: materinya agak dipaksakan dan fokus yang salah. Mengenai materi yang dipaksakan ini bisa dilihat dari contoh-contoh yang kurang masuk akal di buku. Tema yang dianggap berhubungan juga biasanya terbatas, padahal banyak hal yang berhubungan di dunia ini.
Mengenai fokus yang salah biasanya karena gurunya berkonsentrasi hanya di bidang yang dikuasai atau disukainya. Kadang ini menyebabkan pelajaran tetap tidak bisa dipahami dan tidak berbekas di ingatan anak.
Contohnya: jika topiknya adalah tentang siklus air (water cycle) dan gurunya adalah tipe yang suka seni maka banyak waktu dihabiskan menggambar, mewarnai siklus air, membuat prakarya. Untuk tipe yang kurang menyukai seni seperti Jonathan, kegiatan seperti itu sangat membosankan. Seringkali ini juga jadi tidak tepat sasaran: yang suka seni hanya ingat bahwa tadi membuat gambar burung kecil di atas gunung, tapi tidak bisa menjelaskan water cycle, sementara anak lain yang tidak suka menggambar bisa menjelaskan secara lisan seluruh water cycle tapi merasa bosan berjam-jam mewarnai.
Demikian cerita singkat mengenai pelajaran basis bilangan ketika mengajar Jonathan.