Menurut beberapa sumber yang saya baca di Internet, kebanyakan anak umur 5-6 tahun (kadang kurang) sudah bisa diajari naik sepeda tanpa roda pembantu (training wheels). Tapi tidak semua anak bisa dan tidak semua anak mau diajari. Ini sekedar cerita bagaimana mengajari Jonathan yang agak telat, baru bisa bersepeda tanpa roda pembantu di usia 8 tahun.
Waktu saya baca di Internet, banyak juga orang tua yang bingung: anaknya sudah berusia X tahun (dengan X lebih dari 6), tapi belum bisa naik sepeda, perlukah dipaksa belajar? jawabannya pun beraneka ragam, ada yang bilang ini penting, dan ada yang bilang tidak penting. Tapi ada beberapa hal yang disetujui hampir semua orang:
- Sepeda merupakan alat transportasi yang praktis, misalnya untuk dalam kampus atau tempat wisata tertentu
- Bisa naik sepeda akan membantu nanti kalau mau naik motor, dan bahkan ketika naik mobil (belajar memperhatikan jalan dan lalu lintas)
Sejak umur 6 tahun itu sebenarnya Jonathan sudah dicoba untuk naik sepeda tanpa roda pembantu, tapi masih gagal. Masalah utama Jonathan adalah: tidak punya keinginan untuk bisa naik sepeda biasa. Di berbagai forum yang saya baca juga sama, masalah utama adalah: anaknya tidak mau belajar. Selalu ada alasan: panas, pengen pipis, jatuh sedikit bilang sakit lalu minta berhenti, dsb. Setelah dicoba beberapa kali akhirnya saya menyerah. Tahun berikutnya dicoba lagi, hasilnya masih sama, jadi saya menyerah lagi.
Di tahun sebelumnya saya juga pernah menunjukkan beberapa video Youtube tentang belajar naik sepeda. Tapi itupun masih tidak bisa diikuti. Sebagai catatan, tidak semua metode bisa dicoba karena alasan teknis:
- banyak metode yang butuh tempat dengan karakteristik tertentu. Misalnya: tempat yang cukup landai tapi agak menurun dan luas
- sebagian menyarankan melepas pedal sepeda, sedangkan tidak semua sepeda bisa mudah dilepas
Terpikir juga: mungkin sepedanya sudah terlalu kecil, jadi kami ganti sepeda, tapi tetap tidak berhasil.
Sekarang sedang masa liburan Jonathan, jadi tanggal 5 Juni lalu kami memutuskan untuk mencoba lagi. Hari pertama dan kedua masih sama: tidak ada niat belajar dan dalam 10 menit Jonathan sudah menyerah. Akhirnya saya suruh sendiri cari video belajar naik sepeda di Youtube yang menurutnya paling gampang.
Setelah Jonathan mencari-cari beberapa video, dia ingin mencoba-coba yang dia lihat, tapi masih gagal juga. Akhirnya salah satu cara yang agak berbahaya dicoba: didorong oleh saya sampai kecepatan yang agak tinggi, lalu saya lepaskan agar dikayuh sendiri. Ini sebenarnya berisiko karena kalau belum bisa seimbang, jatuhnya bisa lumayan keras di aspal. Tapi ternyata Jonathan bisa mengayuh beberapa kayuhan. Dan setelah diulangi lagi: beberapa kayuhan lagi bisa. Sepanjang pagi itu saya terus mendorong dia. Walau sudah bisa mengayuh, dia sudah merasa capek setelah 15 menit latihan dan minta berhenti.
Esok harinya, tanggal 9, saya masih meneruskan mendorong. Tapi Jonathan akhirnya kepikiran berlari sedikit di atas sepeda, lalu pas sepeda mulai jalan, dia bisa mengayuh sampai beberapa meter. Ini titik di mana saya anggap dia sudah bisa: tidak dibantu mulainya, bisa mengayuh, bisa berhenti sendiri.
Setelah itu pelajaran masih terus berlanjut: dia harus bisa lebih lama lagi menyeimbangkan diri, tidak hanya beberapa kayuhan. Setelah beberapa hari, akhirnya keseimbangannya sudah lebih bagus. Sekarang semangatnya tinggi sekali untuk naik sepeda sendiri. Sekarang setelah bisa, dia menganggap naik sepeda itu fun, bahkan ketika gerimis pun ingin latihan. Kemarin Jonathan sudah bisa keliling kompleks rumah tidak saya temani.
Senang rasanya akhirnya berhasil mengajari Jonathan. Walau masih khawatir juga kalau dia akan jatuh. Sepupunya yang sudah bisa naik sepeda pernah jatuh dan harus dijahit lalu trauma belum mau naik sepeda lagi. Sebagai hadiah saya pergi bersama Jonathan membelikan sepeda baru, saya juga sekalian membeli sepeda lipat supaya bisa masuk mobil jika ingin dibawa ke tempat wisata yang tidak ada penyewaan sepedanya.
Dari pengalaman mengajari Jonathan, kesimpulan saya: Tiap anak tidak sama, harus ditunggu niatnya dan kemampuannya naik sepeda. Tapi bukan berarti harus ditunggu dengan pasif, menurut saya tetap harus dicoba sambil diberi semangat. Kalau sudah dicoba beberapa kali dan tidak ada kemajuan, mungkin memang belum saatnya dan perlu dicoba lagi beberapa bulan ke depan.
Belakangan populer sepeda untuk anak dengan sebutan “balancing bike”, Mas. Sepedanya tanpa pedal, bentuk rangkanya juga khusus sehingga anak lebih mudah belajar keseimbangan.
Salah satu merk yang cukup bagus adalah Strider, bobot sepedanya ringan dan dalam beberapa hari anak sudah mulai belajar keseimbangan. Setelah lancar, biasanya hanya perlu beberapa hari untuk belajar naik sepeda beneran.
Saya kurang tahu apakah ada yang jual sepeda tersebut di Bangkok atau tidak.
Maaf, maksud saya “Saya kurang tahu apakah ada yang jual sepeda tersebut di Thailand atau tidak”.
Wah jadi ingat, lupa nulis: pernah beli sepeda itu (masih ada sampai sekarang), tapi waktu itu masih ga mau juga, sampai udah besar sepedanya jadi kekecilan, dan udah males beli sepeda seperti itu lagi.