Mengenal Frida untuk Reverse Engineering

Salah satu tools reverse engineering yang sering saya pakai adalah Frida. Frida memungkinkan kita meng-intercept fungsi dalam C/native code (di berbagai sistem operasi), Java (di Android) dan Objective C (di macOS/iOS) dengan menggunakan JavaScript. Mungkin bagi sebagian orang deskripsi ini masih agak terlalu mengawang-awang, jadi akan saya berikan contoh nyata apa maksudnya mengintercept fungsi.

Saya berikan contoh program kecil seperti ini dalam C, yang hanya melakukan loop membuka satu file, mencetak sebaris dari file tersebut, lalu program akan sleep selama 1 detik. Program ini akan saya intercept dengan Frida.

Saya mengisi file1 dengan string “Yohanes Nugroho” dan file2 dengan string “Risnawaty”, jadi ketika dijalankan outputnya seperti ini:

Jenis intercept pertama adalah hanya sekedar memonitor pemanggilan fungsi. Dalam kasus ini saya memakai cara mudah memakai frida-trace dan meminta agar fungsi “open” ditrace. Pertama kita jalankan test-open di satu window, dan frida-trace di Window lain.

Sebagai catatan: fungsi C fopen akan memanggil fungsi “open”. Jadi kita juga bisa mengintercept “open”, dan hasilnya seperti ini:

Saya lebih suka bekerja dengan fungsi yang levelnya lebih dekat ke kernel, karena tidak perlu khawatir dengan berbagai detail implementasi di library C. Contohnya: fungsi fwrite akan membuffer penulisan ke file, sedangkan jika kita memakai write, akan langsung dituliskan. Contoh masalahnya ketika memakai fwrite kadang bingung: loh kenapa isi filenya masih sama? oh ternyata belum di-flush.

Dari contoh ini sudah bisa terlihat satu kegunaan tools ini: untuk melihat parameter sebuah fungsi. Dalam kasus tertentu ini sangat berguna, misalnya Kita bisa melihat key apa yang dipakai oleh sebuah fungsi enkripsi dengan memonitor fungsi enkripsi. Selain memonitor, kita bisa mengubah mengganti sesuatu, tidak sekedar memonitor.

Program frida-trace akan otomatis membuat file javascript sesuai nama fungsinya di direktori __handlers__. Dalam kasus ini didapati ada dua fungsi open: didalam libc dan libpthread. Dalam kasus ini yang akan terpakai adalah open di dalam libc. File Javascript yang dihasilkan oleh frida-trace seperti ini:

Intinya adalah: ketika masuk ke fungsi open, maka log/cetak parameter fungsinya. Sekarang kita bisa mengganti agar jika file1 dibuka, kita ganti dengan file2, seperti ini:

Sekarang kita bisa mencoba lagi menjalankan frida-trace. Di Window atas adalah program sebelumnya. Di bawahnya saya menjalankan frida-trace (dengan Javascript yang sudah dimodifikasi). Hasilnya di awal program akan mencetak “Yohanes Nugroho”, dan ketika frida-trace dijalankan, file yang dibuka diganti dengan file2 yang berisi “Risnawaty”. Ketika frida-trace dihentikan, fungsi dikembalikan seperti semua.

Perhatikan bahwa saya tidak mengubah sama sekali program test-open. Program tersebut dijalankan apa adanya seperti semula. Dengan kemampuan untuk mengubah parameter (dan juga kembalian fungsi, dalam onLeave), maka kita bisa membypass berbagai proteksi sederhana misalnya membuat isJailbroken() mengembalikan false, atau membuat layar administrator di aplikasi mobile bisa diakses user biasa. Dalam kasus tertentu ini bisa gawat jika ternyata checking hanya dilakukan lokal dan bukan di server.

Ketika mengintercept fungsi, Frida bisa memetakan dari calling convention menjadi objek javascript, misalnya register RDI di calling convention x86_64 menjadi isi args[0], dan ketika mengubah args[0] ini dipetakan agar mengubah RDI. Translasi calling convetion ini otomatis, jadi kita tidak perlu tahu di ARM memakai register apa untuk parameter pertama. Selain intercept fungsi, frida juga bisa mengintercept alamat tertentu (satu titik). Di mode ini, kode kita akan dipanggil tiap kali alamat tersebut dilewati (seperti breakpoint di debugger) tapi tidak ada pemetaan register atau stack ke argumen, jadi register dan memori perlu diakses manual.

Dalam banyak kasus, Frida bisa menggantikan peran debugger. Biasanya ketika melakukan RE Native Code, saya akan membaca kodenya, memahaminya, lalu biasanya perlu tahu nilai sebuah register atau isi memori tertentu. Dengan debugger, saya akan melakukan breakpoint di sebuah fungsi, lalu melihat isi registernya di titik itu atau mengubah nilai registernya. Dengan Frida, saya bisa menulis skrip untuk mengintercept alamat tertentu, dan di situ saya bisa melakukan aksi apapun dengan Javascript, misalnya:

  • Memprint isi register (atau mengubah registernya)
  • Mencetak backtrace fungsi (mengetahui fungsi mana yang memanggil fungsi ini)
  • Memprint isi memori (atau bahkan mengubahnya)

Perlu diperhatikan bahwa: kita perlu tahu dengan tepat fungsi apa yang perlu diintercept. Ini bisa dilakukan dengan static analysis (menggunakan disassembler/decompiler). Seperti contoh yang saya berikan: kita bisa melakukan intercept pada fungsi/API yang umum (open) tanpa mengetahui kodenya.

Cara kerja Frida

Ada banyak tulisan mengenai Frida, tapi kebanyakan hanya membahas satu hal kecil saja (kebanyakan untuk intercept API di Android saja). Di sini akan saya bahas sedikit lebih luas, supaya bisa memakai Frida di platform mana saja, bukan hanya untuk intercept aplikasi mobile.

Secara umum sebagian besar kode Frida ditulis dalam C dan bahasa Vala. Karena Frida memakai Javascript sebagai bahasa untuk mengontrol target, sebagian API Frida ditulis dalam Javascript. Tools command line Frida ditulis dengan Python, dan API utama Frida adalah dalam C. API Frida juga bisa diakses berbagai bahasa (Python/Java/.NET/Node dsb).

Hal pertama yang harus dipahami adalah: Frida perlu berjalan di address space proses yang menjadi target. Ada beberapa cara frida bisa masuk ke address space proses lain:

  • Kita compile source code kita dengan menginclude library Frida (dengan frida-gum-devkit, atau frida-gumjs-devkit)
  • Kita load library Frida (frida-gadget) dengan fitur OS tertentu, misalnya LD_LIBRARY_PATH di berbagai OS sejenis Unix (misalnya Linux), atau injeksi dylib di iOS/macOS. Intinya kita mengubah program atau lingkungan program agar library Frida diload sebelum program berjalan.
  • Injeksi program yang sudah berjalan menggunakan ptrace atau API sejenis. Injeksi bisa dilakukan secara langsung atau menggunakan frida-server.

Injeksi ke proses menggunakan API ptrace hanya bisa dilakukan jika kita memiliki permission untuk melakukan debugging pada proses tersebut (di iOS kita butuh jailbreak jika ingin memakai cara ini). Program frida-server berguna jika kita ingin mengakses API dari device lain, misalnya di Android yang sudah di-root, kita bisa memakai frida-server untuk melakukan injeksi dan sekaligus menjadi jembatan agar API-nya bisa diakses dari PC.

Saya tidak akan membicarakan dengan detail bagaimana melakukan berbagai langkah di atas, karena tiap OS butuh penjelasan yang detail. Contoh di iOS (tanpa jailbreak) kita harus mengekstrak IPA (harus unencrypted), mengcopy library, mengedit load command di binary utama, menandatangani file IPA. Masing-masing langkah butuh penjelasan yang tidak singkat. Intinya adalah: kita harus bisa membuat Frida berjalan di aplikasi target.

Setelah bisa berjalan di address space target, Frida akan menulis ulang implementasi assembly fungsi yang kita intercept supaya melakukan jump ke library frida yang sudah ada di address space proses tersebut. Di sini ada magic yang dilakukan Frida: frida akan mengubah return address (mengganti stack di X86 atau LR di ARM) agar bisa memanggil onLeave.

Frida kemudian akan bisa memanggil kode Javascript yang kita tulis. Ada dua opsi engine Javascript yang bisa dipakai: V8 dan Duktape, secara umum V8 lebih cepat, tapi butuh lebih banyak memori, dan duktape sebaliknya: lebih lambat tapi hemat memori. Ketika melakukan detach, frida akan mengembalikan kode yang diubah kembali seperti semula.

Modul Frida

Jika melihat halaman release frida, akan ada banyak sekali file yang bisa didownload. Ini mungkin akan sangat membingungkan buat pemula, jadi akan saya jelaskan secara singkat berbagai file yang bisa didownload di situ.

Frida tertarget sangat spesifik untuk sistem operasi tertentu, jadi ada banyak rilis Berdasarkan sistem operasi (android, ios, windows, dsb). Frida juga perlu dicompile spesifik untuk arsitektur CPU tertentu, jadi ada banyak arsitektur CPU: x86-64, arm, arm64, dsb. Jadi pertama kita bisa menyaring untuk OS dan CPU mana yang ingin kita pakai.

Frida dipisahkan menjadi banyak modul:

  • Kita bisa menginjeksikan kode langsung dengan memanggil API Frida dalam C. Jika ingin melakukan ini downloadlah frida-core-devkit
  • Jika kita ingin memakai frida di aplikasi yang ada source codenya, kita bisa mendownload frida-gum-devkit atau frida-gumjs-devkit
  • Jika kita ingin menginjeksi satu proses saja di iOS/Android, kita bisa memakai frida-inject
  • Jika kita ingin menginjeksi berbagai proses mengaksesnya dari device lain (misalnya injeksi Android/iOS dan akses API-nya dari PC) kita bisa memakai frida-server
  • Jika kita ingin manual memasukkan library dengan LD_LIBRARY_PATH atau dylib injection, kita bisa memakai frida-gadget

Selain kode di atas, ada beberapa API bindings untuk berbagai bahasa: Python, nodejs, Java, QML (Qt), Swift, dan .NET. Untuk pemula: sebaiknya gunakan Python saja, ada banyak contohnya, sedangkan untuk bahasa lain masih minim.

Secara praktis, berikut ini yang perlu dilakukan untuk pemula:

  • Di desktop: “pip install frida frida-tools” ini sudah cukup untuk debugging aplikasi lokal di desktop
  • Di Android: sebaiknya root HP Anda, lalu gunakan frida-server
  • Di iOS (karena Jailbreak semakin sulit): gunakan frida-gadget

Penutup

Sudah ada banyak sekali contoh penggunaan Frida di berbagai situs lain, misalnya untuk: disable certificate pinning, mendapatkan key enkripsi, bypass jailbreak check, dsb. Jadi silahkan dicari sendiri sesuai kebutuhan. Di Artikel lain saya akan membahas beberapa trik yang saya pelajari setelah cukup lama memakai Frida.

Menurut saya Frida merupakan tools yang sangat powerful yang bisa membantu banyak task reverse engineering. Tahun lalu saya banyak menyelesaikan Flare-On dengan Frida. Bahkan saya juga memakai Frida ini untuk debugging secara umum di aplikasi saya yang ditulis dalam C/C++.

Meskipun demikian Frida juga memiliki berbagai masalah: dokumentasi Frida cukup terbatas dan sering kali saya harus membaca source codenya untuk memahami berbagai hal. Selain itu Frida juga masih terus diupdate, sering kali versi baru membawa banyak fitur baru, tapi seringkali juga membuat error baru. Tadinya saya ingin membuat contoh yang lebih sederhana, tapi terkena error ini (saat artikel ini ditulis: belum ada solusinya).

Saran saya: cobalah memakai Frida. Tools ini masih terus dikembangkan secara aktif. Frida juga cross platform, jadi toolsnya akan terpakai di banyak tempat tidak seperti tools spesifik OS tertentu (misalnya WinDBG yang hanya untuk Windows).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.