eSIM fisik dengan eSIM.me

Di tulisan ini saya ingin membahas mengenai eSIM dalam bentuk physical SIM. Ini praktis untuk menambah fitur eSIM pada ponsel yang tidak punya eSIM, dan praktis juga untuk membeli eSIM yang ingin dipindah ke mobile hotspot 4G (dikenal juga sebagai MIFI atau modem 4G/5G).

eSIM (embedded SIM) adalah versi digital dari SIM (Subscriber Identity Module) card. Meski standard untuk teknologi ini sudah ada cukup lama (2016), teknologi ini masih relatif eksklusif (biasanya ada di ponsel high end saja). Beberapa ponsel baru (misalnya iPhone yang dijual di Amerika) sudah tidak lagi memakai SIM fisik dan hanya memiliki eSIM.

Paket dari eSIM.me

SIM vs eSIM

SIM adalah smart card yang berisi informasi pelanggan dan di dalamnya key digital yang digunakan untuk validasi pelanggan dan juga untuk enkripsi. Pada SIM Card fisik (kadang disebut juga pSIM/Physical SIM), key ini diset oleh provider dan tidak bisa diekstrak . Andaikan key bisa diekstrak, maka bisa dibuat clonenya (belasan tahun yang lalu, SIM card jenis tertentu bisa diekstrak, yang baru sudah lebih aman).

SIM card fisik bentuknya adalah kartu kecil yang dimasukkan ke ponsel, di dalam kartu ini sebenarnya ada chipnya (universal integrated circuit card/UICC). Di dalam ponsel, eSIM juga memiliki bentuk fisik berupa sebuah chip eUICC (embedded UICC). Perbedaan sederhananya: key pada eUICC dirancang bisa diprogram ulang dengan relatif mudah.

Ketika kita membeli eSIM dari sebuah provider, kita akan diberikan QR Code (atau link), dan software bawaan yang ada di ponsel akan “menginstall” informasinya ke dalam eSIM.

eSIM ini memiliki kelebihan:

  • Satu ponsel bisa memiliki banyak eSIM (walau biasanya hanya satu yang aktif)
  • Jika pergi ke suatu negara tidak perlu antri membeli SIM card fisik, cukup beli dan diaktifkan online

Kekurangannya:

  • Tidak bisa sembarangan memindahkan nomor ke device lain, jadi misalnya ponsel rusak (misalnya jatuh) atau habis batere, maka tidak bisa kita ambil eSIMnya untuk segera dipindahkan ke ponsel lain.
  • Teorinya memindahkan eSIM ke device baru bisa dilakukan dengan mudah, jika kedua ponsel bisa online/tidak rusak. Praktiknya: kebanyakan service provider mewajibkan kita datang ke gerainya untuk memindahkan eSIM ke device baru
  • Masih sedikit ponsel yang support eSIM

iPhone dan Android terbaru teorinya mendukung transfer eSIM mandiri, tapi jika tidak diaktifkan oleh provider, maka tidak bisa dilakukan. Bahkan yang bisa mandiri pun kadang gagal karena butuh verifikasi ekstra.

Tidak semua eSIM bisa ditransfer

Kartu eSIM fisik

Chip eUICC bisa ditaruh ke dalam bentuk SIM card fisik, dengan ini kita bisa memiliki SIM fisik, tapi nomornya bisa ditambah/diganti seperti eSIM. Untuk menginstall nomor/paket baru, kita perlu memakai software khusus untuk menuliskan ke chip ini.

Beberapa kelebihan pendekatan ini:

  • Ponsel yang tidak mendukung eSIM jadi bisa memakai eSIM
  • Bisa membeli eSIM online (tidak antri), dan bisa dituliskan ke SIM fisik
  • SIM fisik ini bisa ditukar-tukar dengan mudah, misalnya dimasukkan ke MIFI
  • Satu SIM fisik bisa diisi banyak nomor (hanya satu yang bisa aktif setiap waktu)

Ada beberapa alternatif kartu yang bisa dipakai:

  • eSIM.me
  • 5ber
  • kartu sendiri (sulit, perlu mencari chip yang sesuai dan menyolder ukuran kecil), lalu memakai program opens source openeuicc

Sebagai catatan: konfigurasi eSIM dalam bentuk fisik hanya bisa dilakukan melalui aplikasi Android (API-nya tidak tersedia di iOS). Setelah konfigurasi diaktifkan, SIM card bisa dipindah ke device mana saja, iOS/Android, atau termasuk juga MIFI 4G/5G.

Memakai eSIM.me di Singapore

Saya akan bercerita pengalaman memakai eSIM.me ketika ke Singapore baru-baru ini. Saya memakai eSIM.me karena kebetulan pernah mendengar ini dulu dibandingkan yang lain. eSIM.me ini bisa diisi dengan beberapa nomor eSIM (tergantung paket yang dibeli, bisa sampai 15 nomor), nomor yang sudah dibeli juga bisa dihapus (misalnya jika sudah kadaluarsa).

Langkah pertama adalah membeli paket eSIM. Saya memakai Singtel karena ada paket murah 12 USD 100GB (plus paket 3GB yang kami pakai di Malaysia ketika pergi ke Legoland).

Paket yang cukup generous.

Jika saya membeli SIM fisik, maka ketika sampai saya perlu datang membawa paspor dan mendapatkan SIM card fisiknya. Proses pembelian SIM ini bisa sebentar, bisa agak lama, tergantung antrian. Dengan membeli eSIM, saya tidak perlu datang ke counter.

Metode aktivasi eSIM bebagai negara/provider sangat berbeda. Untuk Singtel, kita diwajibkan menginstall aplikasi “hi!App”. Aktivasi eSIM hanya boleh dilakukan di Singapore. Jadi tidak bisa kita aktifkan sebelum berangkat (beberapa negara/provider mengijinkan aktivasi di mana saja, jadi bisa sebelum berangkat).

Untungnya ada WIFI gratis di Changi. Di aplikasi saya perlu memasukkan nomor paspor, tanggal lahir, dan juga foto paspor dan foto selfie. Setelah menunggu beberapa menit, eSIM sudah diaktifkan di sisi provider dan bisa diinstall.

Sebenarnya kedua ponsel yang saya pakai saat ini mendukung eSIM (Samsung S22 dan iPhone 15 Pro Max), andaikan saya hanya ingin memakai ini di ponsel, saya tinggal scan QR codenya. Tapi saya ingin memakai SIM card di mobile hotspot 4G saya (saat ini masih sedikit sekali access point seluler yang mendukung eSIM, dan harganya masih sangat mahal).

Langkah pertama yang saya lakukan adalah menaruh SIM card esim.me ke Samsung S22. Lalu saya screenshot QR code dari email , dan kodenya diberikan ke aplikasi eSIM.me. Tidak berapa lama profile eSIM didownload dan masuk ke SIM card eSIM.me

Perlu diperhatikan: jangan disable SIM Card esim.me dari Android. Ini akan sangat merepotkan untuk enablenya lagi (perlu root). Lengkapnya silakan baca FAQ-nya:

Sebagai catatan: di Samsung S22 saya, ketika setup saya perlu mengeluarkan semua SIM card dan memasukkan card eSIM.me saja karena aplikasi setting di Android selalu crash. Tapi setelah semua aktif, saya bisa menambahkan lagi card yang lama, dan berjalan normal.

Profil sudah terdownload (catatan: itu saya manual memasukkan angka 50GB dan 7 hari, harusnya 100GB dan 14 hari)

Setelah saya pastikan data bisa diakses, saya pindahkan cardnya ke mobile hotspot 4G. Dan dari situ saya bisa sharing internet ke semua device (Joshua membawa iPad, dan Jonathan membawa iPhone).

Penutup

Teknologi eSIM teorinya sangat bagus dan praktis (mudah membeli SIM, tidak perlu antri, bisa dibeli dari negara lain dengan mudah), tapi implementasinya masih kurang bagus (sulit dipindah, repot kalau ponsel rusak/habis batere), dan ponsel yang ada juga masih terbatas. Dengan kartu semacam eSIM.me, kelebihan eSIM (bisa dibeli online, tidak perlu antri) bisa digabungkan dengan kepraktisan SIM card (gampang dipindah, disupport semua ponsel bahkan yang tidak smart).

Sekarang ini baik SIM card fisik maupun eSIM ada yang paketnya hanya data saja (tidak bisa SMS/menelpon), jadi pastikan paket yang dibeli sesuai yang diharapkan.

Kadang kartu eSIM tidak selalu jadi pilihan terbaik, contohhya untuk Singtel: ada paket SIM card sepaket dengan kartu MRT. Jika butuh kartu MRT, mungkin opsi itu akan lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.