Panggilan ini dibuat Jonathan (waktu masih berusia sekitar 4 tahun) untuk membedakan panggilan ke orangtua Joe. Orang jawa biasa menyebut eyangti atau eyang putri. Tapi Jonathan menyebut mereka Eyang boy dan eyang girl. Sedangkan untuk mama saya, Jonathan memanggilnya oppung. Karena papa saya sudah tidak ada, Jonathan hanya punya 1 oppung jadi dia tidak menambahkan boy dan girl diakhir.
Duka di Keluarga Kami
Eyang Girl baru berulang tahun ke 64, tanggal 21 April kemarin. Kami hanya bisa mengucapkan selamat dengan video call. Beberapa hari lalu, kami juga baru teleponan lagi. Memang dengan adanya telepon pintar dan internet, kami bisa lebih sering telepon sambil tatap muka.
Tadi malam, kami tidur agak awal dari biasa. Lalu sekitar jam 11 malam, ada telepon masuk ke HP Joe dari adiknya. Telepon tengah malam, untuk kami yang tinggal jauh di negeri orang ini selalu bikin jantung berdebar lebih kencang. Setengah tak percaya kami ulangi lagi. Tapi isinya tak berubah. Emak, demikian Joe dan adik-adiknya memanggil ibunya ternyata sudah pergi menemui sang pencipta.
Eyang memang sudah lama sakit Diabetes. Belakangan juga sudah ada beberapa komplikasi. Sejak Jonathan lahir, eyang sudah beberapa kali masuk rumah sakit dan bikin kami deg-deg an. Tapi ternyata, Tuhan baik, eyang dikasih umur panjang sampai bisa melihat dan bermain dengan 7 cucu dari 3 putra nya. Dia bahkan baru main dengan 2 cucunya malam kemarin sebelum dipanggil Tuhan.
Pertanyaan pertama untuk kami tentunya: bisa pulang gak ke Indonesia? Menurut informasi, semua penerbangan internasional di Indonesia dan di Thailand sama-sama sedang memperpanjang masa pelarangan terbang sampai akhir Mei. Adapun informasi untuk repatriasi ke Indonesia, penerbangan terdekat tanggal 2 Mei dari Bangkok ke Jakarta. Tapi, itupun belum pasti, dan harus mendapat ijin dari pemerintah lokal Chiang Mai sebelum ke Bangkok.
Pertanyaan berikut: kalau pulang ke Indonesia, kapan akan kembali ke Thailand? jawaban ini tidak pasti, tergantung si pandemi. Mungkin Juni, atau bisa jadi Juli. Itupun belum tentu dari cengkareng bisa ke Depok, karena jelas dalam 2 provinsi yang berbeda. Kami tak punya pilihan. Kami serahkan semua ke adik-adik dan bapak untuk mengatur acara pemakaman eyang, walau sesungguhnya pastilah ada keinginan melihat eyang untuk yang terakhir kali.
Tuhan menyediakan semuanya untuk keluarga kami. Adik-adik Joe bekerja sama dengan cepat untuk mengurus surat kematian, mendandani eyang sampai semua persiapan bunga tabur untuk di pemakaman. Pengurus dari gereja juga bersedia datang dari jam sebelas malam sampai jam 2 pagi.
Hari ini, semua ibadah pemakaman sudah berjalan dengan baik. Tuhan memudahkan semuanya. Saya salut untuk pengurus gereja GPIB Gideon yang sangat cepat bekerjanya. Peti, Salib, Ambulans, Tata ibadah lengkap dengan nama yang dimulai jam 10. Acara pemakaman eyang selesai sekitar jam 1 siang.
Dalam situasi normal tanpa pandemi, kami bahkan belum tentu sudah tiba di Depok jam segini. Mungkin saja masih harus menunggu pesawat transit dari Bangkok ke Jakarta.
Kami mengucapkan terimakasih juga untuk semua orang yang sudah hadir di pemakaman Eyang walaupun ditengah pandemi. Terimakasih juga untuk semua ucapan dari teman-teman yang ada di Facebook yang belum bisa kami jawab satu persatu.
Eyang dalam kenangan
Eyang perempuan hebat, punya 3 anak laki-laki semuanya lulusan perguruan tinggi negeri. Yang 2 orang menyelesaikan sampai Master degree, yang 1 malah sudah PhD. Eyang cuma lulusan SMP, tapi bisa membesarkan anak-anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Eyang tidak pernah marah sama cucu-cucunya, sama saya juga tidak pernah walaupun kadang kalau lagi pulang ke Depok, saya bangun siang hehehe. Eyang selalu nanya mau dimasakin apa sebelum kami sampai Depok. Masih di mobil perjalanan dari Cengkareng ke Depok kami sudah bisa menikmati bakwan atau tempe goreng bikinan Eyang Girl.
Sampai rumah di Depok, masih banyak lagi makanan lainnya sesuai pesanan. Mau sup buntut? mau bebek goreng? mau sayur pecel? mau opor? mau apa aja tinggal sebut, semua biasanya sudah tersedia ketika kami tiba di Depok. Bahkan kalau ke Chiang Mai, eyang suka sekali memasak berbagai makanan untuk kami. Eyang memang hobi memasak, saya belajar masak bakwan dan bikin tempe juga ya dari eyang girl. Dia gak pernah marahin saya walaupun saya malas masak, tapi katanya, bisa masak itu bagus jadi anak-anak gak suka jajan makanan di luar. Cukup dengan makanan yang ada di rumah saja.
Waktu tau Jonathan suka makan ketan yang berisi daging, Eyang masakin pulut ketan atau dibikin jadi lemper. Waktu saya tau Eyang bisa masak bubur sumsum lalu saya minta dimasakin, Eyang dengan senang hati membuatkan bubur sumsum buat saya sarapan pagi. Padahal harusnya kan saya yang masakin sarapan buat eyang ya hehehe. Kadang-kadang, cuma nanyain tukang mpek-mpek depan jualan gak ya? atau di mana ya jualan lupis, tak lama kemudian saya dikasih tau kalau makanan yang saya cari sudah ada di meja makan.
Setiap kali kami kembali dari Depok ke Chiang Mai juga pasti dibekali mie goreng sampe ayam goreng setidaknya bisa untuk makan malam dan sarapan pagi. Eyang rela bangun pagi-pagi walaupun pesawat kami terkadang harus berangkat jam 7 dari Jakarta. Soal makanan, eyang sangat memanjakan kami.
Kami Ikhlas
Terakhir kami bertemu eyang tahun baru 2019. Kami pulang sebulan di Depok, padahal rencana kita mau jalan-jalan bersama. Eyang sakit dan masuk rumah sakit hanya beberapa hari sebelum kami pulang ke Depok. Untungnya eyang sudah sembuh sebelum sebelum kami kembali ke Chiang Mai.
Manusia bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Kami sudah berencana untuk pulang di bulan April 2020 ini, apa daya pandemi terjadi. Padahal sudah menyusun rencana jalan-jalan dengan eyang girl ke Bandung. Lalu kemarin waktu telepon masih berjanji, setelah pandemi berlalu kami akan ke Depok. Ternyata Tuhan berkehendak lain.
Menurut iman kepercayaan Kristen, barang siapa yang sudah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dia akan diselamatkan setelah mati. Karena kami tahu bagaimana eyang di masa hidupnya sudah menerima Yesus, kami juga ikhlaskan eyang bertemu dengan penciptanya.
Eyang sudah tenang bersama Bapa di Surga. Eyang tidak perlu mengeluh sakit ini atau itu lagi. Eyang tidak perlu kuatir akan apapun lagi. Hidup eyang di dunia ini sudah selesai. Tugas eyang untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya juga sudah selesai. Semua yang dia harapkan juga sudah didapatkan.
Terimakasih buat Emak (saya juga memanggil mertua saya dengan sebutan emak). Terimakasih sudah memberi contoh nyata menjadi ibu yang selalu berdoa untuk keluarga. Menjadi ibu yang selalu memanjakan anak dan menantunya. dengan kasih sayang.
Terimakasih untuk emak yang sudah membesarkan anak tertuanya yang sekarang menjadi suami saya dan mengajarkan saya untuk selalu berpikir positif dalam melihat hidup ini. Sampai nanti kita bertemu lagi. Yang pasti emak akan selalu ada dalam hati kami.