Tanggal 4 Mei 2023 kemarin, kami sudah genap 16 tahun tinggal di Chiang Mai. Siapa yang sangka kalau dulu tidak pernah tau nama kota ini karena tidak pernah mengikuti berita olahraga, dan tidak banyak teman sebangsa dan setanah air di kota ini, sekarang malah di sini ada warung yang menyediakan masakan Indonesia. Tentunya bikin makin betah di Chiang Mai.
Saya masih ingat, kesan pertama tentang kota ini: udaranya adem dan mirip Bandung. Tetapi tentu saja kesan itu sudah lama dihapus setelah mengetahui faktanya bulan Mei itu masih musim panas dan suhunya bisa sampai 40 derajat Celcius. Hari ini saja suhu udara sampai dengan 40 derajat dengan terasa seperti 44 derajat Celcius.
Kalau dulu kami sengaja datang di bulan Mei untuk menghindari polusi udara berkurang, tahun ini sampai dengan bulan Mei polusinya masih belum benar-benar pergi. Memang langit mulai terlihat bersih, tetapi ya pada dasarnya langitnya masih bisa lebih biru lagi di bulan Juni. Setidaknya gunung Suthep sudah mulai terlihat sih dari kota.
Saya juga masih ingat, kalau dulu saya pikir saya akan bisa lancar berbahasa Thai dan bisa baca tulis kalau sungguh-sungguh belajar, ternyata … setelah berkali-kali belajar tetap saja saya belum lancar untuk baca tulis. Untungnya untuk urusan komunikasi sudah lebih baik walau belum bisa dibilang seperti native. Ada kemungkinan saya kurang sungguh-sungguh belajarnya ya.
Kalau dulu saya pikir anak-anak akan bisa lebih mudah belajar bahasa Thai, ternyata karena mereka tidak punya teman yang diajak ngobrol bahasa Thai, ya kemampuan bahasa Thainya ya masih perlu berlatih dan berlatih lagi. Masih ada kesempatan sih untuk terus belajar dan belajar lagi.
Banyak hal yang terjadi selama 16 tahun. Dan saya tidak akan bilang kalau waktu tersebut tidak terasa berlalunya. Dengan banyaknya tulisan di blog ini tentang kota ini, saya bisa lihat kalau setiap April dan Mei itu tagihan listrik pasti membengkak naik. Udara panas luar biasa dan polusi juga sudah jadi rutin yang tidak bisa dielakkan.
Waktu kami baru datang, disebutkan kalau kota ini mengalami siklus banjir antara 4 atau 6 tahun sekali. Tetapi, selama 16 tahun kami di Chiang Mai, banjir yang terjadi cukup besar itu hanya ada 2 kali. Kami bisa melihat bagaimana usaha pemerintah kota ini untuk meminimasi terjadinya banjir. Namanya saja tinggal di dekat sungai, ada saja kemungkinan kiriman air dari arah gunung dan banjir tak terelakkan. Harapannya tentu saja tidak akan ada banir besar lagi di tahun-tahun mendatang.
Walaupun kota Chiang Mai bukan kota yang sempurna, kami masih belum menemukan kota yang lebih baik dari kota ini di Indonesia. Makanya nih sampai sekarang masih betah tinggal di sini.
Walaupun kami tidak terlalu lancar berkomunikasi dalam bahasa Thai, walaupun saya tetap belum bisa baca tulis bahasa Thai dengan lancar, walaupun orang Indonesia di kota ini tidak sebanyak di Bangkok, walaupun kota ini bukan kota besar, walaupun kota ini masih mengalami masalah polusi di awal tahun, walaupun ada kejadian banjir sesekali, walaupun belum ada penerbangan langsung dari Indonesia ke kota ini, tetapi rasanya kota ini cukup nyaman untuk kami.
Kami tidak tahu masih akan berapa lama lagi tinggal di kota ini. Yang pasti sekarang masih di sini.