Banjir yang datang lagi di Chiang Mai bulan Oktober 2024 mulai surut perlahan sejak tanggal 6 Oktober 2024. Hari Senin, 7 Oktober kami sudah bisa mulai membersihkan rumah dan hari Selasa, 8 Oktober 2024 kami memutuskan untuk kembali ke rumah, setelah menginap 5 hari di pengungsian.
Bersih-bersih Pasca Banjir
Karena banjir sudah diketahui sejak sebelumnya dan di pekan sebelumnya sudah banyak yang terkena, jasa profesional untuk bebersih rumah sudah tidak ada yang tersedia. Padahal mereka menaikkan harga jauh di atas normal.
Walau awalnya saya agak dipaksa Joe, akhirnya ya kami memulai membersihkannya berdua saja. Dibantu dengan mbak yang biasa datang ke rumah, akhirnya pelan-pelan rumah kami semakin bersih. Bukan cuma bersih, rumah kami juga berkurang banyak isinya.
Banjir memaksa mengurangi isi rumah
Setelah sekitar 2 pekan kembali ke rumah dari pengungsian banjir, akhirnya rumah mulai terasa lebih bersih dan barang-barang juga mulai kembali ke tempatnya, walaupun masih ada saja yang menumpuk.
Kegiatan rutin tidak bisa ditunda karena anak-anak juga harus kembali ke sekolah. Tumpukan barang dirapihkan sedikit demi sedikit saja.
Sebenarnya tulisan ini sudah ingin dituliskan sejak kembali ke rumah, tetapi entah kenapa ada sedikit kekhawatiran untuk menyatakan semua kembali normal.
Banjir yang terjadi berselang hanya seminggu, membuat setiap kali membaca peringatan hujan badai ada sedikit was-was apakah akan ada banjir edisi berikutnya. Tapi ya sudahlah, banjir awal Oktober bisa dinyatakan usai dan kembali normal.
Tentunya tidak ada yang mengharapkan banjir datang berkali-kali, tetapi untuk yang tinggal di area lebih utara lagi dari kami, ada yang mengalami banjir lebih dari 2 kali sejak akhir Agustus silam. Fakta seperti ini yang terkadang bikin was-was lagi.
Kabar baiknya, musim dingin segera datang, musim moonsoon akan segera berakhir. Pemerintah kota Chiang Mai juga masih tetap aktif bebersih kota dengan mengangkat tumpukan sampah korban banjir dari setiap sudut kota. Jalanan juga berkurang debunya, setelah disiram berkali-kali dan juga adanya hujan badai beberapa hari ini.
Beberapa yang rusak dan harus dibuang
Kalau dipikir-pikir, karena kami sudah lebih bersiap dengan banjir yang ke-2 ini. Walaupun saya ingin menolak kenyataan, tetapi banjir toh tetap datang. Saya jadi ingat bagaimana ketika banjir di akhir September saya mengingatkan anak-anak, kalaupun air sampai masuk ke rumah, berarti Tuhan memang mengijinkan dan kita pasti sanggup mengatasinya.
Dan kali ini, banjir yang memecahkan rekor ketinggian di Chiang Mai yang katanya pernah dicatat dalam 50 tahun terakhir, memang masuk ke rumah. Bukan hanya kami yang mengalami, berbagai area yang tidak pernah kebanjiran dan agak jauh dari pinggir sungai juga kebagian kiriman air masuk rumah.
Sebenarnya tidak seluruh kota Chiang Mai terkena banjir, area kota tua tempat kami mengungsi sampai kami kembali pulang aman dari banjir. Beberapa tempat ke arah gunung juga aman dari banjir. Tapi cakupan area yang terkena banjir kali ini memang lebih luas dibandingkan sebelumnya.
Kalau dibandingkan dengan banyak korban banjir lainnya, kami merasa banjir ini hanya sedang mengajarkan kami untuk mengurangi isi rumah. Memang saat banjir sebelumnya, kami selamat dan saya sudah memutuskan untuk membereskan berbagai mainan anak-anak yang sudah lama tak dimainkan, tetapi ya… akhirnya ada juga sedikit yang terkena banjir.
Banjir yang masuk ke rumah sukses membuat kami harus membuang 4 rak kayu, 1 lemari kayu, dan 1 meja belajar yang semuanya terbuat dari bahan partikel board alias bukan kayu sungguhan. Untungnya banyak buku dari rak tersebut sudah dipindahkan sebelumnya, tetapi sayangnya tetap ada saja buku yang terkena di bagian dasarnya.
Urusan membuang sampah pasca banjir ini sempat jadi pikiran juga. Konon kabarnya menyewa mobil pick up yang bersedia membuang sampah ke tempat pembuangan sementara harganya naik dari 800 baht (sekitar 400 ribu rupiah) sampai jadi 1400 baht (sekitar 650 ribu rupiah). Untungnya saat belum jadi memanggil mobil sewaan untuk buang sampah, ada teman sesama Indonesia yang bersedia membantu kami mengangkut sampah kami.
Setelah mengurangi berbagai rak kayu tersebut, saya juga sudah sukses mengurangi isi rak-rak kayu dan mencarikan pemilik barunya. Sekarang ruang depan jadi terasa kosong, dan siap untuk diisi lagi. Tentunya akan diisi dengan rak yang lebih tahan banjir.
Bagian yang agak sulit dari banjir di rumah kami ini terutama karena lantai rumah terbuat dari kayu. Ada banyak bagian yang terlepas dan tentunya walau sudah kering dan bersih, ada banyak goresan di mana-mana. Tapi ya, urusan ganti lantai tentunya bukan urusan mudah. Seandainya pemilik rumah bersedia ganti lantai, kami yang akan terganggu kalau ada yang bertukang di rumah.
Melengkapi peralatan bebersih rumah
Setelah berkali-kali di pel, sekarang ini lantai kayu sudah lebih bersih dan enak diinjak. Bau jamur yang sempat terasa juga sudah menghilang. Kami juga sudah menyemprotkan vinegar 5% selain mencampurkan cairan detol untuk memastikan lantainya bebas kuman.
Ada berbagai perlengkapan bebersih rumah yang selama ini tidak kami miliki dan akhirnya kami beli untuk keperluan bebersih dari banjir. Tapi walaupun sudah punya perlengkapan bebersih dari banjir, tentunya kami berharap jangan ada banjir lagi di Chiang Mai apalagi sampai masuk ke rumah.
Kalau banjir di Chiang Mai menjadi sesuatu yang rutin, sepertinya perlu mencari rumah tinggal yang baru. Tapi hal ini bisa dipikirkan sampai menjelang musim hujan berikutnya, hehehe.