Pelajaran dari Kebanjiran Chiang Mai 2024

Waktu banjir di akhir September 2024 lalu, saya pernah berniat menuliskan pelajaran apa yang didapatkan dari peristiwa kebanjiran. Ternyata, belum sempat menuliskannya, eh banjirnya datang lagi di awal Oktober 2024.

Setelah sempat menunda karena sibuk bebersih dan beberes rumah, saya akan menuliskan beberapa pelajaran dan sisi positif yang didapatkan dari peristiwa kebanjiran.

Lebih Memperhatikan Prakiraan Cuaca

Sejak mengalami kebanjiran, saya jadi lebih memperhatikan peringatan yang dikeluarkan terkait dengan cuaca. Sempat juga ada perasaan khawatir setiap membaca hujan deras yang berlangsung agak lama, tetapi sekarang semakin lega karena Chiang Mai mulai memasuki musim dingin yang artinya curah hujan sudah tidak akan sebanyak musim moonsoon.

Sebenarnya saya sudah mulai sering memperhatikan prakiraan cuaca sejak di Chiang Mai. Memang terkadang diperkirakan hujan, tapi ternyata nggak hujan di rumah, karena mungkin hujannya di sisi kota yang lain. Tapi secara umum prakiraan cuaca di Chiang Mai sekarang semakin akurat. Perkembangan teknologi sensor dan komputasi tentunya sudah semakin mendukung akurasi prakiraan cuaca.

Jangan ragu untuk mengungsi

Peringatan cuaca yang disertai peringatan banjir biasanya disertai dengan data ketinggian pintu air yang ada. Walaupun sudah beberapa kali disebutkan tentang data pintu air yang ada di kota Chiang Mai, baru tahun ini saya memperhatikan juga data pintu air lainnya yang menjadi sumber air di Chiang Mai.

Ketika banjir di 26 September 2024, kami sempat terlalu yakin bahwa airnya tidak akan sampai tinggi. Kenyataan kami sempat terkepung air walau tidak masuk ke rumah, membuat kami memutuskan berusaha keluar dari rumah dan mencari tempat kering. Apalagi saat itu belum diketahui apakah air masih akan naik atau segera surut. Ternyata, di bulan September kami cukup menginap 1 malam saja dan keesokan harinya banjir sudah surut dan kami bisa kembali ke rumah.

Peringatan banjir di awal Oktober berjarak sekitar 1 minggu sejak air surut. Rasanya ingin menolak kenyataan, tetapi ya melihat data pintu air yang akan turun ke Chiang Mai, kami bergegas untuk segera mengungsi. Keputusan yang sangat tepat, karena ternyata kali ini memang airnya lebih tinggi dan bahkan sampai masuk ke rumah.

Kami pergi mengungsi sejak hari Kamis tanggal 3 Oktober 2024, sebelum air masuk ke dalam komplek perumahan. Lebih baik mengamankan diri dan juga membawa mobil pergi. Total kami mengungsi sekitar 5 hari, sampai akhirnya kembali lagi ke rumah di hari Selasa, 8 Oktober 2024.

Kami mengungsi masih di tempat yang sama dengan sebelumnya, di seberang restoran Indonesia di daerah turis Old City Chiang Mai. Bersyukur juga di sana bisa dapat harga penginapan yang cukup murah. Urusan makan juga lebih mudah karena bisa pesan ke teman yang buka warung.

Sebenarnya di hari Senin, 7 Oktober, air sudah mulai surut, Joe memulai bebersih rumah di pagi hari, dan saya datang di siang hari meneruskan sampai sore. Targetnya memang supaya bisa segera mengajak anak-anak kembali ke rumah.

Kegiatan di pengungsian

Selama 5 hari mengungsi, kami berusaha untuk tetap melakukan hal yang biasanya kami lakukan seperti di rumah. Kami tetap usahakan jalan pagi dan sore, walaupun kadang hujan dan tidak bisa jalan. Jam makan pagi, siang dan sore juga tetap sama. Bedanya memang karena anak-anak tidak harus ke sekolah dan tidak bawa banyak mainan, mereka jadi banyak bermain dengan gawai.

Kegiatan lain selain kegiatan rutin buat kami orang dewasa biasanya memantau perkembangan banjir, selain itu bertukar kabar dengan sesama teman yang daerahnya juga kebanjiran. Sesekali kami juga ikut membantu untuk mempersiapkan makanan yang akan didonasikan oleh teman yang buka warung untuk dikirim ke lokasi banjir.

Untuk saya pribadi, niatnya sih pengen bisa ke salon untuk manicure pedicure, tapi akhirnya hanya sempat cuci rambut saja di salon. Lumayan untuk melupakan sejenak dari berita banjir. Dipikir-pikir, untung juga nggak jadi manicure pedicure, sayang juga kalau kukunya udah cantik, trus dipakai bebersih rumah dari banjir, hehehe.

Oh ya, setelah bebersih rumah di hari Senin, kami akhirnya mencoba Thai massage yang lokasinya juga di sebelah warung Indonesia. Lumayan juga ternyata hasil pijatnya untuk mengurangi rasa pegal dari bebersih rumah akibat banjir. Bulan ini kami total sudah 3 kali pijat! Memang sudah beberapa tahun ini kami tidak pijat lagi, sepertinya sejak Covid, tukang pijat langganan kami tidak pernah menghubungi kami lagi, dan karena malas mencari pengganti, ya kami jadi jarang pijat.

Oh ya, di tempat mengungsi, saya sempat mengajar online 1 kali, jadi ada juga kegiatan mempersiapkan bahan ajar dan juga mengajar. Tapi rasanya tetap saja kurang fokus. Kalau Joe di pengungsian lebih sibuk lagi, karena dia ada beberapa deadline yang penting dan tidak bisa ditunda. Untungnya semua bisa dikerjakan dengan baik walaupun berada di pengungsian.

Dipaksa mengurangi isi rumah

Sebelum banjir, sampai setelah banjir pertama, saya sudah tahu kalau kami perlu mengurangi isi rumah. Mainan dan buku anak-anak yang sudah lama tidak disentuh sudah harus dicarikan pemilik barunya. Setelah ditunda-tunda, beberapa rak tempat meletakkan buku dan mainan itu rusak terendam air, isinya ada juga sedikit jadi korban. Nah sebelum akhirnya dibuang oleh banjir, mainan dan buku yang tersisa segera kami carikan pemilik barunya. Gak bisa ditunda terlalu lama, karena rumah juga harus segera dirapihkan supaya bisa kembali merasa normal.

Setelah kehilangan rak-rak yang terbuat dari partikel board, kami belajar untuk lebih memperhatikan memilih perabot rumah. Perabot yang bertahan dari banjir itu tentunya yang bukan dari kayu. Kotak plastik besar lebih berguna daripada kotak yang bukan dari bahan plastik. Kaki meja juga perlu diperhatikan terbuat dari besi daripada yang dari kayu.

Kami juga mengganti rak dan meja kayu dengan rak dari besi. Untuk meja juga kami perlu mengganti dengan mencari meja yang kakinya dari besi. Hasilnya sekarang ini rumah jadi terasa lebih lega karena banyak yang sudah dikeluarkan dari rumah dibandingkan rak penggantinya.

Tetap Bersyukur

Pelajaran paling penting dari kebanjiran adalah tetap bersyukur. Walaupun air masuk ke rumah dan mengharuskan bebersih yang lumayan berat, kami bersyukur kalau kami selamat dan tetap sehat. Barang-barang yang jadi korban juga tidak seberapa kalau melihat kondisi di sekitar Chiang Mai.

Banjir kali ini memang berat, banyak orang yang tidak sempat mengamankan barang-barangnya. Ada juga yang mengalami banjir masuk rumah dan masuk ke tempat usahanya di September dan Oktober. Beberapa orang yang berada di apartemen yang tinggi juga ternyata mengalami efek dari banjir, misalnya saja pasokan air bersih terhenti, atau ada juga yang harus evakuasi setelah jalan mengarungi banjir yang sampai ke pinggang.

Berbagai cerita dan pengalaman yang mengalami banjir di Chiang Mai kali ini membuat saya tetap bersyukur kalau kami bisa melaluinya dengan baik, tapi tentunya tetap berdoa semoga hal ini tidak terjadi lagi di tahun-tahun mendatang.

(foto menyusul)

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.