Rute perjalanan kami kemarin menggunakan air asia sebagai berikut:
berangkat : CM-KL-MDN
pulang : MDN- KL, menginap di KL 2 malam, KL-SGP, menginap di SGP 2 malam, SGP-BKK-CM Penerbangan Air Asia dari Chiang Mai langsung ke Medan masih belum tersedia, rute alternetifnya adalah Chiang Mai – Kuala Lumpur, lalu menunggu beberapa jam untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Medan.
Penerbangan CM – KL
Kami tiba di airport Chiang Mai cukup awal, tapi ternyata tidak cukup awal. Untuk pertama kalinya di Chiang Mai kami menyadari kalau banyak sekali orang Malaysia yang berkunjung ke Chiang Mai. Sebelum kami ada rombongan wisata dari Malaysia yang hendak kembali ke KL. Bukan ingin mengeneralisasi, tapi sepertinya mereka tidak kenal kata Antri. Semua orang pingin berdiri paling depan. Melihat orang yang di depan banyak sekali tanpa antrian yang jelas, membuat kami dengan mudah diserobot oleh rombongan tour lain (yang sepertinya dari Filipina).
Agak sebal juga dengan orang Air Asia, mereka tidak menyiapkan petugasnya untuk menangani rombongan yang banyak itu *sigh*. Setelah urusan check-in dan bagasi beres, baru deh merasa tenang. Pelajaran yang dipetik adalah: jangan bersaing dengan rombongan tour, biarkan saja mereka selesai lebih dulu. Mendingan duduk manis daripada berdiri tapi ga jelas antriannya. Entah kenapa Air Asia mendahulukan rombongan tour daripada perseorangan. Tapi ya sudahlah, mungkin juga mereka memang sudah menjalin kerjasama, cuma sepertinya sistem group check-in Air Asia di Chiang Mai emang masih kurang ok.
Penerbangan berjalan dengan lancar, malahan kami tiba lebih cepat dari yang dijadwalkan. Waktu penerbangan CM-KL cukup untuk menyelesaikan 1 topi rajutan untuk ponakanku :). Setelah mendarat di LCC Terminal KL, kami harus jalan dikit dari pesawat ke tempat pengambilan bagasi. Ga terlalu jauh sih, tapi ya lumayan lah jalannya. Sebelum mengambil bagasi, kami harus melewati imigrasi dulu.
Di imigrasi kami harus bersaing dengan penumpang pesawat yang baru tiba dari Macau. Kurang jelas juga apakah mereka penduduk malaysia atau orang asing, tapi bisa dibilang kelakuannya mengenai antrian sama saja dengan yang di airport Chiang Mai. Walaupun ada jalur antriannya, beberapa orang masih mencoba untuk memotong antrian hanya karena satu orang temannya sudah duluan berdiri disitu.
Ada kira-kira 5 orang yang merasa berhak untuk mengantri di belakang temannya itu dan memotong antrian di depan kami, tapi karena kami memang duluan ngantri, kami ga ijinkan 5 orang itu untuk memotong antrian kami. Kesan pertama tentang KL: duh kok serasa udah di Indonesia saja yah. Tidak seperti di Thailand, Singapore atau Indonesia, di Malaysia kita tidak perlu mengisi kartu kedatangan atau kartu keberangkatan. Kita hanya ditanya saja nomor penerbangan yang membawa kita nomor berapa.
Petugas Imigrasi Malaysia juga hampir sama saja dengan petugas Imigrasi Indonesia. Mereka terlihat sedikit ‘menakutkan’, apalagi karena kami baru sekali masuk ke Malaysia. Joe hampir tidak lolos Imigrasi karena passportnya expired kurang dari 6 bulan mendatang. Untungnya kami mengeprint semua tiket perjalanan kami. Setelah menunjukkan bahwa kami hanya singgah sebentar dan akan melanjutkan perjalanan sore itu juga menuju Medan, akhirnya Joe boleh lewat dari Imigrasi. Ga tau juga di mana peraturan itu tertulis, tapi memang di beberapa negara ada aturan begitu. Susahnya lagi, di KBRI sendiri tidak boleh memperbaharui passport kalau umur passport belum sampai kurang dari 6 bulan masa berlakunya. Jadi kalau Anda akan berperjalanan keluar negeri (atau dari luar negeri) dan passportnya pas banget 6 bulan lagi expired, ya siap-siap repot saja.
Semua penerbangan Air Asia dilakukan dari Low Cost Carrier Terminal (LCCT) KL, untuk penerbangan lainnya ada yang di LCCT ada juga di KLIA. Kesan tentang LCCT KL: mirip Indonesia!. Orang-orang di luar pada merokok. Toiletnya ga ada tissue dan semprotan airnya pada ilang kepalanya (jadi cuma ada selangnya saja). Untungnya ga pake harus bayar.
Berhubung kami di KL cuma butuh RM buat makan (karena Mc D tidak bisa dibayar dengan kartu kredit), ya kami tukarkan saja uang Baht ke RM di money changer yang ada di KL (nilai tukarnya ga bagus, masih lebih bagus ngambil tunai dari ATM). Untuk mendapatkan uang Ringgit, tadinya kami akan tukar di Airport Chiang Mai. Herannya, walaupun segitu banyaknya orang Malaysia yang mengunjungi Chiang Mai, ternyata mata uang Ringgit tidak ada di Money Changer Chiang Mai, akhinya kami bawa Baht saja sedikit.
Setiba di KL, kami tukarkan uang Baht kami ke Ringgit Malaysia. Gak ngerti kenapa Thailand tidak mau menerima penukaran Ringgit ataupun Rupiah ke Baht, kalaupun ditukar di Bank, sepertinya nilai tukarnya sangat merugikan. Setelah menukar uang, kami ambil bagasi, lalu keluar untuk pindah dari terminal kedatangan ke terminal keberangkatan. Ada yang aneh, waktu keluar dari terminal, tidak ada petugas yang memeriksa nomor bagasi kami. Bahaya banget kalau ada orang yang secara sengaja mengambil bagasi orang lain.
Di LCCT tidak banyak yang bisa dilihat, terminalnya kecil. Selain Mc D, ada 1 lagi tempat makan (lupa namanya), lalu ada 1 toko buku plus oleh-oleh yang tidak terlalu besar. Setelah perut kenyang terisi Mc D dan melihat-lihat toko yang sedikit itu, kami check-in untuk melanjutkan perjalanan kami ke Medan. Kami harus melewati petugas imigrasi lagi sebelum sampai ke ruang tunggu.
Di ruang tunggu keberangkatan LCCT ada free hotspot. Sambil menunggu, sempat juga browsing-browsing internet. Sempet chatting segala lagi. Berbeda dengan ruang tunggu Airport Chiang Mai yang menyediakan terminal internet dengan koin 10 baht, di KL tidak ada terminal untuk berinternet. Ya setidaknya dengan adanya free hotspot itu sudah cukuplah.
Penerbangan KL-Medan
Menjelang waktu boarding, Kuala Lumpur diselimuti awan gelap. Hujan yang cukup deras turun. Awalnya, kami yang membayar express boarding sudah dipanggil dan berjalan menuju pesawat. Tinggal beberapa meter dari pesawat, tiba-tiba pramugarinya berubah pikiran. Kami harus kembali lagi ke ruang tunggu. Lumayan juga jadinya jalannya. Awalnya dibilang kalau pesawat ditunda berangkatnya sampai hujan berhenti (tidak ditentukan berapa lama), karena dikuatirkan pesawat disambar petir. Ternyata, baru duduk sekitar 10 menit, kami sudah diminta untuk jalan lagi ke pesawat. Memang hujannya sudah mulai reda sih.
Perjalanan KL – Medan sebenarnya sangat singkat, pesawatnya lebih kecil dibanding pesawat dari Chiang Mai sebelumnya. Hujan yang tadinya sudah mereda ternyata turun lagi sebelum pesawat lepas landas. Beberapa menit pertama sungguh menegangkan. Kami benar-benar menembus badai. Berasa banget diluar ada kilat dan geledek, dan kami terbang melewati awan gelap!. Pesawat bergetar… entah berapa menit pertama keadaan sangat menegangkan.
Sampai ke medan cuaca masih hujan, tapi sudah tidak separah sebelumnya. Hebatnya, ternyata pesawat kami tiba di Medan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Sepertinya pilotnya Air Asia hobi ngebut, makanya mereka selalu tiba lebih awal dari jadwal, atau jangan-jangan jadwalnya yang dibikin lebih lambat selalu ya? :P.
Sampai di medan perasaan legaaaa banget. Oh ya, waktu keluar dari KL dan sebelum masuk Medan kami harus melewatin petugas imigrasi lagi. Keluar dari KL sih ga masalah, tapi pas masuk ke Medan, masalah lagi deh. Kami ga punya pulpen untuk mengisi kartu kedatangan, pulpen yang tersedia di akuisisi oleh calo yang menawarkan jasa mengisi form yang tentunya tidak gratis. Untungnya ketemu petugas di bagian visa on arrival yang bersedia meminjamkan pulpennya (walaupun sebelumnya dia agak keberatan).
Setelah lewat dari imigrasi, kami ambil bagasi. Entah kenapa koper kami yang agak besar ditandai dengan kapur gitu. Terus waktu mau keluar dari pintu bandara, tau-tau seorang petugas bandara ketawa licik sambil bilang: “wah coba dibuka kopernya, pengen tau kalau ditandain gitu artinya apaan”.
Ga ngerti juga yah apakah memang petugas bandara dan petugas bagasi sudah kerjasama memberi tanda bagasi atau gimana, tapi karena kami agak lamban membuka koper, si petugas udah tertarik dengan bagasi penumpang lainnya (yang mungkin saja lebih besar tangkapannya dan lebih jelas tandanya). Sebenarnya kami ga membawa apapun yang kira-kira bisa disita oleh petugas bandara, tapi rasanya setelah capek menghadapi badai, kok di negeri sendiri justru perlakuannya lebih tidak nyaman lagi *sigh*. Capeeee deeeeh.
Hari itu kami sarapan di Chiang Mai, makan siang di Kuala Lumpur dan makan malam di Medan :). Well..ini baru cerita berangkat aja rasanya udah panjang banget. Postingan cerita perjalanannya dipisah-pisah aja ah, biar ga bosan nulisnya. Walaupun perjalanan awal terasa melelahkan, tapi kami tetap senang, karena liburan baru akan dimulai….