Sesuai target pekan lalu, tiap Minggu saya berusaha menuliskan oprekan akhir pekan. Kali ini saya akan membahas: kalkulator, proyektor, oprekan persiapan Natal, dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan elektronik.
Kalkulator
Salah satu benda yang menakjubkan bagi saya waktu masih kecil adalah kalkulator. Kalkulator pertama yang saya lihat adalah milik bapak saya, kalkulator ini biasa (bukan saintifik) dengan display menyala hijau (kemungkinan ini memakai Vacuum Fluorescent /VFD). Semasa sekolah, saya belum pernah memiliki graphing calculator, paling advanced cuma scientific calculator.
Walau dulu cuma mainan kalkulator biasa, saya berusaha mempelajari semua fungsi dan triknya. Misalnya waktu SMP saya bisa memakai kalkulator biasa untuk menghitung weton (hari dan pasaran) dari sebuah tanggal (biasanya tanggal lahir). Ini saya lakukan dengan menghitung jumlah hari sejak 1 januari 0 sampai hari tersebut (karena berbagai koreksi kalender, metode ini cuma akurat dari 1800an-2099), lalu melakukan mod 7 untuk mendapatkan hari dan mod 5 untuk mendapatkan pasaran. Metode saya ini agak berbeda dari Doomsday rule (waktu itu saya tidak tahu Doomsday rule ini).
Tiap tahun rata-rata terdiri dari 365.25 hari, dengan mengalikan tahun dengan 365.25 (dan membulatkan ke bawah) kita mendapatkan jumlah hari sampai awal tahun, untuk mendapatkan jumlah hari dari awal tahun sampai sebuah tanggal tersebut, saya menghapalkan jumlah hari akumulatif suatu bulan (atau kalau lupa kadang saya jumlahkan manual), misalnya: Januari 0, Februari 31, Maret, 59, April 90, Mei 120, dst), lalu tambahkan tanggal yang diminta.
Karena kalkulator biasa tidak punya fungsi untuk mencari remainder/modulus, cara mencari sisa pembagian adalah dengan menggunakan memori kalkukator (tombol MR/MC/M+/M-), misalnya untuk tahu 1234 mod 5, maka yang saya lakukan adalah: memasukkan 1234 ke memori (dengan M+) membagi 1234 dengan 5 (hasilnya 246.8) saya bulatkan dengan mengurangi dengan bagian pecahannya (0.8) jadi 246, lalu kalikan lagi dengan 5, hasilnya 1230 lalu dikurangi dengan isi memori (tekan – lalu M), hasilnya adalah -4. Tentunya mod 5 bisa dilihat dengan mudah tanpa kalkulator karena kelipatan 5 mudah dicari (jika digit akhir 0 atau 5 maka sisanya 0, jika digit akhir 1 atau 6 maka sisanya 1 dst), mod 7 lebih sulit dan perlu metode tersebut.
Alasan awal saya tertarik dengan weton adalah karena membaca buku primbon. Tapi mungkin ini diceritakan lain waktu.
Sifat kalkulator biasa yang “lucu” adalah: jika kita memasukkan 1 + 1 lalu menekan sama dengan (=) akan keluar angka 2, jika kita tekan sama dengan lagi, akan keluar 3, jika kita tekan lagi akan keluar 4, dst (bertambah satu). Pernah saya iseng konyol dengan teman sebangku di sekolah: berlomba mendapatkan angka berapa dalam 1 menit. Konyolnya pas jam istirahat, sekelas ikutan mencoba itu.
Meskipun tidak pernah punya graphing calculator, waktu SMU kelas 2 ketika diberikan PC Windows pertama kali, salah satu software (bajakan) yang saya minta dari penjual komputer adalah Mathcad. Salah satu fitur yang amat bagus adalah kemampuannya melakukan komputasi simbolik. Dengan itu saya bisa mengerjakan PR dengan cepat. Dengan memasukkan ekspresi matematika, saya bisa mendapatkan turunanya atau integralnya dengan mudah. Ketika ikutan bimbingan belajar di SSC saya juga bisa dengan mudah dan cepat memverifikasi apakah jurus singkat yang mereka berikan memang benar (dan berlaku untuk kasus apa saja).
Contoh Mathcad seperti ini: saya masukkan (x+y)^2 dan “expand”, dan Mathcad akan menghasilkan evaluasi simbolik (langsung dalam bentuk grafis, bukan tekstual). Untuk screenshot ini saya tidak membajak karena sekarang ada versi trial dan versi expressnya yang gratis.
Jadi ngelantur panjang, padahal yang ingin saya ceritakan adalah: saya membeli graphing calculator HP 39gs. Kalkulator yang saya beli dari Aliexpress ini aspal. Secara fungsi dan bentuk semuanya sama seperti aslinya, tapi tidak ada serial numbernya. Harganya hanya 9.99 USD (+ongkir 4 usd), saya lihat harga aslinya di Amazon lebih dari 35 USD. Saya tidak tahu kenapa hanya kalkulator ini yang “dibajak” oleh China, padahal ada banyak kalkulator lain yang lebih baik.
Saya menghabiskan beberapa jam membaca manualnya dan bermain-main dengan kalkulator ini. Sejarahnya kalkulator ini cukup panjang (prosessor 4 bit yang diemulasikan oleh prosessor 32 bit). Koneksi ke PC bisa dilakukan via USB, tapi drivernya tidak ada untuk Windows terbaru. Drivernya ada untuk Linux terbaru, tapi softwarenya belum nemu. Konektivitas dengan PC masih perlu dieksplorasi lebih lanjut, termasuk juga cara membuat Aplet custom (sudah berhasil install driver di virtual machine Windows XP).
Untuk saat ini saya membuat program secara manual langsung di kalkulatornya sambil menguji kesabaran karena tidak ada fungsi copy/paste ataupun macro, di tambah lagi: tidak ada variabel untuk menyimpan string, dan list juga tidak bisa menyimpan string. Kalkulator ini memiliki speaker, jadi kita bisa membuat The Imperial March (yang ini seharusnya bisa lebih singkat memanfaatkan fitur loop dan list di kalkulator)
Tentunya saya coba implementasikan algoritma mencari weton di kalkulator ini.
Proyektor
Dari dulu pengen punya proyektor dan ruang khusus untuk home theater. Sekarang mimpinya sudah ganti menjadi TV LCD besar resolusi tinggi. Tapi saya tetap penasaran dengan proyektor, jadi saya membeli UNIC 46, proyektor murah yang sudah bisa WIFI (miracast dan DLNA). Harga normalnya benda ini (dengan ongkos kirim) masih di atas 70 USD, tapi dengan bantuan kupon dan promo 11 November, saya bisa mendapatkan dengan harga 55 USD (sudah termasuk ongkos kirim).
Resolusi native proyektor ini hanya 800×480, tapi ini sudah cukup untuk menonton film dengan subtitle yang bisa terbaca jelas (sebagai pengingat: dulu resolusi DVD sekitar ini). Sebenarnya benda ini bisa memutar film langsung dari USB, tapi kami tetap memakai Kodi di Rasperry Pi dihubungkan dengan konektor HDMI. Tampilan proyektor ini sangat bagus jika ruangan gelap, jika suasana terang tampilannya hampir tidak terlihat. Sejauh ini proyektor ini cukup terpakai untuk nonton film di kamar tidur sesudah anak-anak tertidur. Joshua yang punya hobi memukul-mukul TV juga bisa puas memukul dinding.
Persiapan Natal
Natal tinggal sebulan lagi. Sekarang kami sudah memasang pohon Natal, dan saya sudah mempersiapkan lampu hiasan untuk pohon Natal tapi belum dipasang. Lampunya kali ini menggunakan LED strip WS2812b dengan panjang 5 m, 30 LED/meter IP67 (16.64 USD). LED strip jenis ini bisa diprogram (tiap LED bisa diminta mati atau menyala dengan warna spesifik). Sebenarnya ada LED strip dengan jumlah LED yang lebih banyak per meternya, tapi saya takut penggunaan dayanya akan terlalu besar.
Tiap LED memiliki 3 komponen warna (RGB), tiap komponen warna maksimum menggunakan 20mA, jika semua LED menyala putih maksimum akan butuh 20 mA/led*3*30 led/m*5 m = 9000 mA (9A). Tapi saya memprogram supaya penggunaan dayanya kurang dari 2 A supaya bisa menggunakan charger USB biasa. Jika semua LED (150) menyala dengan satu warna dengan intensitas maksimum (20mA) akan butuh 3A, jika 50% (dengan asumsi penggunaan arus linear), maka akan butuh 1.5A.
Saya masih merancang box untuk bagian elektroniknya (menggunakan NodeMCU ESP8266) agar mudah dipasang dan aman dari Joshua. Saya juga belum 100% yakin seperti apa pola animasi yang saya inginkan, jadi saya menggunakan ESP8266 dengan Micropython. Dengan ini kode bisa dengan mudah diupdate dan menyala matikan LED bisa dilakukan via web browser.
Selain memasang pohon Natal, saya juga mencetak 3D beberapa pohon Natal hiasan (dalamnya hollow/kosong). Dua pohon natal dipakai Jonathan untuk belajar/bermain dengan LED biasa.
Beberapa lagi rencananya akan saya pasang LED WS2812b satuan dan saya daisy chain beberapa pohon natal. LED Satuannya seperti ini:
Dan seperti ini ketika masuk ke pohon Natal hasil print:
Elektronik Lain
Pertama adalah aksesori yang sederhana sekali: plexiglass + breadboard agar sedikit lebih rapi bereksperimen dengan Raspberry PI.
Dulu saya pernah iseng ikutan kursus online EDX Embedded System, salah satu tugas bonus adalah membuat game dengan layar Nokia. Sayangnya layarnya terlalu lama sampenya, jadi tidak pernah saya kerjakan. Dulu benda ini sempat hilang, jadi saya membeli lagi layar ini (harganya sekitar 2 USD). Setelah saya coba, ternyata yang lama layarnya kurang bagus (kurang jelas).
Sekarang ini belum ada ide yang bagus mau dibuat apa. Oh iya ada satu keanehan: meski dua benda ini hampir sama persis, benda yang satu hanya akan menyala backlightnya jika pin backlight dihubungkan dengan VCC, sedangkan benda yang lain backlightnya hanya akan menyala jika pin backlight dihubungkan ke GND.
Saya sudah beberapa kali membeli TV kecil dengan input composite. Layar seperti ini biasanya dipakai di mobil (voltase input 12 v) untuk kamera mundur. Dua TV yang lebih besar dipasang di mobil untuk tontonan Jonathan dan Joshua. Satu TV dipakai di kamar Jonathan sebagai Jam. Jamnya juga sekaligus menampilkan cuaca.
Tadinya untuk melihat output composite dari device seperti CHIP dan orange Pi saya memakai USB Easycap. Tapi sejak Windows 10, drivernya tidak stabil dan selalu crash. Daripada membeli device serupa lagi dan ada kemungkinan tidak cocok di Windows 10, sekalian saja saya membeli TV kecil lagi.
Resolusi benda ini sangat rendah (480×240) tapi cukup untuk melihat tampilan desktop, mendebug output, dan juga menampilkan informasi/gambar sederhana.
Sekian oprekan minggu ini. Sebenarnya sudah ada beberapa benda elektronik lain yang sudah datang dari aliexpress tapi belum sempat eksplorasi lebih lanjut.