Sejak dulu kami jarang menonton siaran TV, dulu kami memutar film dari PC biasa (dengan Linux), beralih ke pemutar media khusus (Asus OPlay), pindah ke Raspberry Pi, lalu mini PC (Windows), dan sekarang akhirnya memakai Mi TV yang memakai Android TV plus TV yang lama saya tambah Google Chromecast With Google TV.
TV kami umurnya sudah lebih dari 7 tahun, dan sudah berkali-kali berencana ganti, tapi selalu ditunda. Masalah utama di TV yang lama adalah: hanya ada 1 port HDMI. Saya sudah coba beberapa HDMI switcher supaya bisa banyak HDMI, tapi entah kenapa selalu bermasalah dengan TV ini setelah beberapa minggu dipakai. Resolusi TV ini juga terbatas: hanya Full HD (1080p), sedangkan konten 4K sudah mulai umum saat ini.
Sebelum memakai Android TV
Dulu awalnya memakai PC untuk media player, karena memang belum ada device khusus yang bisa dipakai. Berikutnya memakai Asus OPlay, tapi ternyata softwarenya tidak dikembangkan lagi dan tidak mendukung banyak fitur yang dimau.
Sempat juga saya bereksperimen dengan mini Android TV stick di tahun 2012-an, tapi waktu itu masih terasa sangat terbatas. Banyak aplikasi tidak dirancang untuk TV (platform Android TV sendiri baru dimulai 2014).
Memakai Raspberry Pi sangat praktis, software selalu diupdate karena open source dan banyak yang mendukung. Tapi sayangnya memainkan konten dengan DRM (seperti Netflix) sulit dilakukan tanpa akal-akalan yang ribet. Bahkan memakai Youtube saja repot di Raspberry Pi dengan Kodi.
Memakai Mini PC Windows merupakan solusi paling fleksibel, bisa memutar konten apa saja dan bisa diinstall software apa saja, tapi kurang user friendly. Meski teorinya bisa memakai remote saja (atau memakai aplikasi Remoute Mouse). Kenyataannya sering butuh keyboard terhubung ke mini PC-nya untuk banyak hal (misalnya jika ada windows update).
Mi TV P1
Saya memesan Mi TV P1 55 inch melalui Shopee Thailand, dan harus dipasang sendiri ketika diantar. Setelah agak kesulitan memasang stand-nya, akhirnya berhasil juga. Pengalaman memakai Android TV ini ternyata sangat bagus. Hampir semua layanan yang kami pakai (Netflix, HBO Go, Amazon Prime, Disney Plus, iQiyi) bisa dinikmati. Hanya Viu yang tidak bisa dipakai (aplikasinya ada, tapi tidak mau dipakai, melalui Cast dari ponsel juga tidak bisa).
Bahkan koleksi film yang ada di LAN juga bisa dimainkan dengan KODI. Kami punya beberapa hasil rip DVD dan juga beberapa film yang kami beli (misalnya seri Whats In The Bible).
Ternyata ada beberapa game juga dari Play Store yang dirancang untuk Android TV. Sebagian bisa dimainkan tanpa gamepad, sebagian lagi perlu gamepad bluetooth. Kami punya Switch Pro Controller, jadi langsung mencoba beberapa game dengan ini.
Sayangnya banyak aplikasi tidak tersedia di Play Store resmi yang ada di TV. Sebenarnya ini bisa diakali, tapi sejauh ini masih belum ada kebutuhkan khusus, jadi belum saya lakukan.
Chromecast
TV lama tidak kami buang, hanya dipindahkan ke kamar lain. Karena cukup puas dengan Android TV saat ini, saya memutuskan membeli Google Chromecast with Google TV. Seri Chromecast versi sebelumnya sekedar bisa menerima konten dari device lain, tapi yang baru ini (sesuai namanya) sudah punya Android TV built-in, jadi bisa berdiri sendiri.
Joshua langsung bisa mengenali bahwa OS kedua TV ini sekarang jadi sama, dan bisa langsung mengoperasikannya dengan mudah. Sekarang pagi-pagi hobinya masuk kamar tidur kami dan menyalakan paw patrol sendiri.
Storage untuk Chromecast sangat terbatas: hanya 8GB saja, saat ini sudah hampir penuh. Saya sudah membaca bahwa ini bisa diakali: caranya dengan menggunakan USB C-hub yang memiliki power. Jadi power dihubungkan ke hub, lalu hubnya memberi power ke Chromecast. Di Hub-nya bisa kita colokkan USB disk. Mungkin jika sudah benar-benar butuh, saya akan menggunakan cara ini.
Keamanan
Sebenarnya salah satu alasan saya enggan memakai smart TV adalah masalah keamanan. Sering sekali ada masalah security di TV dan berbagai device Android dari China. Sejauh ini sih Xiaomi cukup tanggap dalam hal security, walau dalam hal privasi, mereka masih kurang bagus (mengirim data ke server mereka). Untuk Chromecast, saya saat ini percaya bahwa Google masih akan mengupdate softwarenya, dan juga sudah pasrah dengan masalah privasi dari Google.
Bukan berarti saya pasrah total mengenai masalah security, sebisa mungkin saya blok berbagai request di router. Saya set agar memakai DNS lokal, dan ternyata kebanyakan device (termasuk juga Mi TV dan Google Chromecast) patuh pada setting yang diberikan, sehingga berbagai tracking dan iklan bisa diblok. Tapi ada saja device seperti Nest Mini yang bandel memakai DNS-nya google dan mengabaikan DNS lokal.
Penutup
Jika ingin membeli TV baru, smart TV dengan Android TV saat ini sudah bagus. Untuk yang punya TV lama dan ingin dibuat menjadi smart, tapi tidak ingin repot, memakai Google Chromecast with Android TV merupakan pilihan baik.
Selain Chromecast, sebenarnya banyak solusi yang lebih murah (misalnya berbagai android TV box murahan), tapi keamanan dan dukungan jangka panjang tidak dijamin. Kompatibilitas dengan berbagai device dan berbagai layanan juga tidak dijamin.
Jika masih sempat ngoprek, silakan juga memakai Raspberry Pi atau SBC lain. Jika ingin memakai TV untuk keperluan lain, mini PC bisa dipakai. Selain itu, solusi yang lebih mahal juga banyak (misalnya Apple TV).