Sebulan di Chiang Mai Pasca Mudik 2022

night safari chiang mai

Hari ini sudah tanggal 30 September, dan tulisan cerita mudik 2022 yang berakhir di tanggal 30 Agustus belum selesai juga. Selama sebulan setelah mudik, pelan-pelan kami kembali ke kegiatan seperti sebelum mudik. Ternyata, kalau punya rutin dan produktif itu, waktu sebulan bisa lebih dinikmati daripada waktu 45 hari.

Saya ingin bercerita tentang hal-hal yang selama ini kami anggap biasa saja, terasa istimewa tentang Chiang Mai. Setidaknya ini catatan buat saya.

Tidak pusing menentukan menu makanan

Hal yang paling terasa selama mudik adalah setiap hari pusing memikirkan mau makan apa. Selama mudik, saya memang tidak masak sendiri. Untuk sarapan pagi sih relatif lebih gampang, karena kami sarapan pagi menunya sudah tertentu. Giliran memikirkan menu makan siang dan makan malam, rasanya bingung mau makan apa. Padahal ya tinggal memesan menggunakan aplikasi. Tapi melihat harganya, kadang-kadang saya pusing sendiri hahaha.

Setibanya kami di Thailand, saya langsung tahu mau makan apa. Bahkan memilih makanan beku dari minimarket pun jauh lebih cepat daripada memilih makanan di Indonesia. Harganya juga nggak bikin pusing.

Ketika tiba di rumah, semuanya terasa jauh lebih mudah. Ketika mudik, kalau ada makanan berlebih di sore hari, butuh waktu ekstra untuk menghangatkannya di pagi hari. Di rumah, kalau ada makanan yang tersisa ya masukkan ke kulkas dan besok paginya tinggal dihangatkan saja menggunakan microwave.

Ah jadi ingat juga, dengan tidak adanya microwave selama mudik, rasanya entah berapa kali saya harus membuang nasi yang jadi menguning disimpan di ricecooker/magic jar. Di Chiang Mai, kalau nasi bersisa, ya sudah masukkan ke kulkas dan kalau mau dimakan lagi, tinggal dihangatkan saja menggunakan microwave.

Bisa lebih banyak jalan kaki

Sebelum mudik, kami rutin jalan kaki keliling komplek setiap hari. Selain itu dalam seminggu kami bisa 2 atau 3 kali pergi ke Night Safari Chiang Mai untuk jalan kaki sekitar 30 menit di sore hari. Ketika mudik, kami berencana untuk tetap melakukan kegiatan baik ini. Tapi kenyataannya, agak sulit merealisasikan niat mulia ini.

Di Depok, komplek rumah mertua berada di kawasan yang padat penduduk. Jalanan sekitarnya selalu ramai oleh lalu lintas motor dan mobil selain orang dan sepeda. Jalanannya sih sebenernya bukan jalanan raya, tapi lebih seperti gang dan tentunya tidak ada trotoar. Komplek rumah di sini juga nggak ada trotoar dan bukan jalan raya, bedanya komplek rumah sini lebih sepi dibandingkan di Depok. Karena ramainya lalu lintas, rasanya tidak nyaman untuk berjalan setiap hari keliling komplek. Atau mungkin juga karena faktor kemalasan saya yang luar biasa, dilengkapi dengan kondisi kesehatan yang kurang sehat selama mudik, maka kegiatan jalan kaki ini jadi tidak direalisasikan setiap hari.

Di Yogyakarta, kompleknya jauh lebih enak untuk jalan kaki setiap hari. Tapi kompleknya banyak bagian yang tidak bisa jalan keliling. Jadi rute perjalanannya totalnya tidak bisa sebanyak jalan kaki di Chiang Mai. Selain itu ya tetap saja karena kondisi kesehatan kurang bagus, saya agak malas sering-sering keluar rumah selain keliling komplek.

Setelah kami sampai tanggal 30 Agustus 2022, besok harinya sampai hari ini kami bisa langsung kembali lagi dengan rutin jalan kaki keliling komplek. Hanya di hari hujan saja kami tidak jalan kaki di pagi hari. Kami juga langsung melanjutkan kegiatan jalan sore ke Night Safari sebanyak 2 – 3 kali seminggu. Rasanya sebulan di Chiang Mai, kami sudah lebih 10 kali ke Night Safari untuk jalan kaki.

Koneksi internet yang mendukung produktivitas dan hiburan

Ini juga salah satu poin yang sangat penting. Selama 45 hari tanpa koneksi internet yang stabil, rasanya cukup menurunkan semangat untuk produktif. Bisa menulis beberapa posting dalam 45 hari itu saja sudah prestasi buat saya.

Walaupun tidak banyak kegiatan selama mudik, saya juga tidak banyak kesempatan untuk menonton film atau drama Korea. Koneksi selular memang tidak bisa diandalkan, walaupun ngakunya sudah 5G. Sepertinya koneksi selama di Yogya masih lebih mendingan, karena di rumah yang kami sewa, ada koneksi internet yang lebih stabil. Tapi tetap saja, koneksi di sini jauh lebih cepat.

Anak-anak langsung mulai kegiatan sekolahnya

Selama mudik 45 hari, kegiatan sekolah anak-anak saya liburkan. Salah satu kemudahan hidup dengan memilih homeschool adalah jadwal liburan ditentukan atau disesuaikan dengan situasi keluarga kami. Namanya liburan, ngapain mikirin urusan sekolah, hehehe.

Sebelum kami pulang, saya sudah memesan buku-buku untuk kegiatan homeschool anak-anak. Saya pikir akan ada beberapa hari di mana kami bisa melanjutkan meliburkan diri tanpa mengerjakan kegiatan homeschool. Ternyata, sehari sebelum kami sampai di Chiang Mai, bukunya sudah sampai duluan. Untung saja ada tetangga yang bisa menerima kiriman buku pelajaran anak-anak ini.

Begitu melihat buku-buku sudah sampai, anak-anak juga langsung ingin mengerjakan kegiatan belajarnya. Mungkin mereka juga bosan selama mudik sudah kebanyakan main (walaupun koneksi internetnya lambat).

Hasilnya, selama sebulan mudik, dari beberapa buku kerja yang dimulai di awal September, anak-anak sudah menyelesaikan beberapa buku.

Kembali ke Chiang Mai, kembali normal

Oh ya, catatan yang paling penting juga. Selama 45 hari mudik, sekitar 40 hari di Indonesia, saya batuk melulu. Mulai dari batuk sedang, parah dan ketika pulang juga masih tersisa batuk sedikit. Saya pikir saya akan terkena batuk 100 hari. Puji Tuhan, sekitar 1 minggu di Chiang Mai, saya sembuh total. Jadi, kemungkinan memang saya butuh adaptasi lagi dengan polusi di Indonesia, supaya tidak terkena batuk berlama-lama.

Semua kembali normal setelah kami kembali ke Chiang Mai. Rasanya waktu sebulan di sini, jauh lebih banyak hal yang bisa dilakukan daripada waktu mudik kemarin. Mudah-mudahan, kalau mudik berikutnya, kami semua bisa tetap sehat dan bisa lebih banyak bertemu dengan teman dan saudara. Belum tahu sih kapan mudik lagi, tapi ya boleh dong berharap dari sekarang.

Foto-foto menyusul deh, udah lapar, mau siapin makan sore dulu.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.