Sejak bulan Agustus 2022 lalu, sudah ada banyak hujan badai ataupun badai kiriman melintasi Chiang Mai. Waktu kami di Indonesia, saya sempat ikut khawatir ketika membaca ada kemungkinan banjir di Chiang Mai. Banjirnya bukan hanya karena hujan di Chiang Mai saja, tapi hujan yang terus menerus di bagian utara Thailand sehingga sungai Ping yang melintasi kota Chiang Mai tidak kuat menampung volume air, dan terjadilah sungai meluap. Tapi ternyata, Chiang Mai selamat dari banjir di bulan Agustus karena pemerintah kota yang sigap melakukan persiapan mengatasi banjir.
Beberapa hari lalu, lagi-lagi kami mendapat informasi kalau akan ada badai tropical Noru yang dari Vietnam dan akan melintasi bagian utara Thailand juga yang akan mengakibatkan hujan deras dan potensi banjir. Saya sempat berpikir kalau semua akan baik-baik saja karena pemerintah kota Chiang Mai selalu sigap dengan hal begini.
Contents
Kenangan Banjir Chiang Mai September 2011
Setiap ada peringatan banjir di Chiang Mai, saya selalu teringat banjir Chiang Mai tahun 2011. Waktu itu, kami belum begitu memperhatikan berita, dan tiba-tiba kami diberitahu akan ada banjir karena volume air yang tinggi. Ya waktunya memang agak berdekatan dengan awal Oktober tahun ini. Tapi waktu itu kami masih tinggal di lantai 18 gedung apartemen. Walaupun apartemennya persis dipinggir sungai, tapi tempat parkirnya cukup tinggi, jadi kami merasa cukup aman.
Walaupun kami baik-baik saja di apartemen, tapi akses ke berbagai tempat menjadi sulit karena airnya cukup tinggi untuk dilalui mobil. Saya bisa melihat usaha yang dilakukan pemerintah kota Chiang Mai untuk mengupayakan bebersih sungai maupun memompa air dari jalanan supaya air segera surut.
Banjir Hari Ini
Sejak tadi malam, kami sudah mendapat kabar kalau air sungai Ping akan naik lagi. Kali ini tidak bisa dielakkan karena airnya kiriman dari wilayan lain yang juga mengalami hujan terus menerus di utara Thailand. Tadi pagi, kebetulan tidak hujan jadi kami jalan pagi dan kami melihat ke sungai di dekat rumah. Sekitar jam 7.30 pagi, air sungai sudah meluap.
Kelihatan mereka mengupayakan memasang tumpukan pasir untuk mencegah air meluap, tapi sepertinya volume air jauh melebihi perkiraan dan tumpukan pasirnya kurang tinggi. Akan tetapi, kami melihat kalau mereka sudah mengupayakan untuk membuat karung-karung pasir baru dan membuat tumpukan pasir lebih tinggi lagi.
Siang hari, karena matahari bersinar cerah, kami jalan lagi ke sungai dekat rumah. Terlihat kalau upaya yang dilakukan mulai ada hasilnya. Tumpukan karung yang cukup tinggi bisa menahan air. Air yang sudah terlanjur masuk juga dipompa keluar, dan jalanan ke arah komplek mulai kering.
Walaupun ada arah yang dikorbankan, tapi mereka berupaya membuat ada jalan yang bisa dilewati dan cukup kering. Saya selalu salut dengan orang-orang yang bekerja mengupayakan kehidupan bisa berjalan normal. Saya perhatikan, walau beberapa sekolah diliburkan dan beberapa area diminta evakuasi, tapi di bagian lain kota ini, hidup berjalan normal.
Nah kalau bagian yang ini adalah pertigaan yang sering kami lewati kalau pulang dari mall. Karena foto ini bukan kami yang ambil sendiri, saya tidak tahu situasinya apakah mereka akan pasang karung pasir juga atau ditutup saja supaya tidak bisa dilewati.
Yang jelas kalau misalkan pergi ke mall, atau ke tempat anak-anak kursus, jalanan ini tidak bisa dilewati. Saya tidak tahu apakah besok tempat ini sudah kering atau belum. Kalau belum, sepertinya besok lebih baik di rumah saja.
Situasi Komplek Rumah
Tadi pagi, ketika jalanan mulai tergenang, jalanan dalam komplek ini masih kering. Akan tetapi, setelah mereka berhasil mengeringkan sebagian jalanan dengan memasang karung pasir, eh ternyata sebagian airnya mencari celah lain dan terlihat mulai masuk ke area komplek rumah.
Memang komplek perumahan ini agak unik. Di bagian depan agak tinggi, lalu semakin ke belakang semakin rendah. Di bagian belakang, ada lagi jembatan yang airnya dari sungai Ping juga.
Rumah kami posisinya kira-kira ditengah-tengah, masih belum diketahui pasti apakah komplek ini akan ikut terendam, atau tergenang saja. Beberapa waktu yang lalu sih, hujan deras semalaman saja sudah membuat air menggenang sampai ember yang berisi tempat sampah di depan rumah terbalik dan sampahnya hanyut.
Banjir di mata anak-anak
Waktu air menggenang yang lalu, anak-anak yang nggak pernah mengalami apa namanya banjir malah merasa senang bisa main ciprat-cipratan. Walaupun pagi-pagi hujan, mereka dengan bahagia memakai payung untuk sekedar berjalan di bawah hujan dan kaki terendam air. Sungguh anak-anak itu sangat berbeda ya cara berpikirnya dibandingkan orang dewasa yang overthinking dan selalu penuh kecemasan nanti begini nanti begitu.
Lalu, ketika melihat banjir dari air sungai yang meluap pagi ini, tiba-tiba anak yang kecil mulai dramatis dan bilang: “Ayo kita pulang, aku takut kita mati karena banjir.” Lah, kemarin yang bahagia banget lihat genangan air dan gak berhenti membicarakan air. yang menggenang siapa ya? Hehehe.
Tapi ya begitulah anak-anak. Entah ide darimana dia berpikir banjir bisa segitu berbahayanya. Walaupun harus diakui, banjir memang levelnya mulai dari genangan air sampai menghanyutkan dan berbagai masalah lainnya.
Tapi toh, ketika melihat ada bagian jalanan komplek yang tergenang, mereka kembali dengan sengaja berjalan agak sambil menyipratkan air. Belum tau aja kalau air dari sungai itu adalah air yang super kotor dan bisa mengakibatkan masalah mulai dari kulit gatal sampai sakit perut.
Masalah yang terjadi ketika banjir
Ada banyak masalah yang terjadi ketika banjir. Masalah terbesar adalah ketika air masuk ke rumah dan kita harus mengamankan perabotan berharga supaya tidak sampai terendam. Tentunya juga sambil berharap airnya tidak sampai lebih tinggi dari rumah kita. Selain masalah perabotan terendam, kalau sampai air masuk ke rumah, otomatis bagian toilet juga tidak bisa digunakan.
Masalah berikutnya adalah pasokan air bersih dari perusahaan air biasanya dihentikan sementara. Air bersih tidak bisa dialirkan karena justru airnya lagi tidak bersih. Untungnya di Chiang Mai, umumnya setiap rumah menggunakan tanki air. Tapi yang jadi masalah adalah, terkadang airnya berhenti tanpa pemberitahuan. Kalau sudah diberitahu, biasanya kita menghemat pemakaian air bersih, tapi kalau tidak diberitahu, nah ini repot…
Selain masalah air bersih, masalah lain adalah terkadang di area yang banyak rumah mulai kemasukan air, pasokan listrik akan dipadamkan supaya tidak korslet. Nah, kalau begini repotnya jadi berlipat buat kami. Karena, walaupun air ditampung di tanki besar, kalau tidak ada listrik, maka air tidak bisa dipompa masuk ke rumah.
Tetap Siaga
Ah sudahlah, daripada memikirkan masalah yang terjadi, lebih baik mempersiapkan diri. Selain stok makanan dan air bersih, beberapa rumah mempersiapkan karung pasir untuk mencegah air masuk ke rumahnya. Ada juga yang membeli pompa air selain karung pasir yang cukup tinggi untuk mencegah air masuk ke rumah.
Kami sih tidak punya karung pasir. Karena rumah tingkat 2 dan agak tinggi dari jalan, kami mempersiapkan dengan stok makanan dan air bersih saja. Selanjutanya memantau situasi untuk kemudian bertindak kalau memang tiba-tiba airnya jadi lebih tinggi lagi.
Akses keluar dari rumah masih bisa dilalui mobil. Kalau memang situasi tidak kondusif, ya mudah-mudahan masih sempat untuk mengungsi ke tempat yang lebih kering. Dari pemantauan beberapa jam lalu, volume air di sungai Ping sempat turun beberapa centimeter. Memang tadi siang matahari bersinar walau selang seling dengan hujan. Tapi malam ini hujan turun kembali, jadi ya… tidak bisa dipastikan situasi air di sungai Ping.
(Foto dari FB Grup: Chiang Mai News in English)
Sepertinya catatan banjir kali ini agak panjang. Tapi saya cukupkan dulu sampai di sini. Waktunya untuk beristirahat. Semoga orang-orang yang terlibat dalam upaya mengeringkan air sungai bisa beristirahat yang cukup juga.
Semoga ga makin parah ya Risna, kalaupun hujan lagi juga semoga si Sungai Ping tidak meluap, take care