Bagaimana mengurangi pemakaian plastik?

Mulai 2020, menurut berita dari bangkokpost, Thailand akan menghentikan pemberian plastik sekali pakai setiap berbelanja ke berbagai tempat termasuk minimarket. Saya jadi ingat waktu ke Hongkong dan kaget setiap belanja ditanya mau bayar buat plastik atau tidak.

Belakangan ini, saya sudah membiasakan diri untuk membawa kantong belanja sendiri yang bisa dipakai berulang kali. Tapi ada kalanya memang saya masih lupa dan tanpa merasa bersalah ya menerima saja kantong belanjaan dari tempat belanja. Lagipula saya pikir, lumayan kantong belanjaannya nanti bisa dipakai untuk tempat sampah. Tapi ya, akhirnya memang tumpukan plastik lebih banyak daripada pemakaian saya.

Teringat beberapa tahun lalu, Indonesia juga pernah mengeluarkan kebijakan kalau pelanggan harus membayar setiap kali membutuhkan kantong plastik. Sayangnya, aturan itu tidak berlangsung lama. Para penjual sepertinya lebih kuatir pelanggan tidak jadi belanja karena harus membayar plastik, jadi mereka kembali lagi memanjakan pelanggan dengan memberi plastik belanja sekali pakai.

Saya jadi ingat obrolan dengan Joe seputar pemakaian plastik ini. Sebenarnya kantong plastik belanja sekali pakai ini cuma satu titik masalah dibandingkan dengan plastik yang dipakai untuk membungkus berbagai hal termasuk plastik kemasan makanan instan, botol minuman aqua, gelas plastik kalau beli kopi untuk dibawa pulang dan juga plastik kemasan berbagai hal yang dijual seperti plastik bungkus sayur, plastik ketika membeli daging atau ikan, plastik beli roti, plastik beli gorengan atau sebut saya plastik kemasan isi ulang.

Coba deh perhatikan kalau ke supermarket atau bahkan ke pasar. Rasanya ada plastik di mana-mana. Di rumah kita juga ada banyak sekali kemasan plastik, mulai dari botol sabun cair untuk mandi, kemasan lotion, kemasan kosmetik sampai botol minyak goreng (hanya minyak mahal yang pakai botol kaca). Jadi kepikiran, dulu sebelum ketemu plastik, gimana mereka menjual benda-benda itu semua ya?

Plastik memang memberikan kepraktisan, tapi ternyata kita juga harus mulai membatasi diri kalau tidak mau bumi ini dipenuhi dengan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang itu. Saat ini sudah ada banyak kampanye untuk lebih mengurangi pemakaian plastik. Pertanyaanya: apakah kampanye itu saja cukup?

Selama tidak ada kebijakan dari pemerintah, rasanya kita akan terbiasa dimanja dan memakai pemakaian plastik dengan semena-mena. Beberapa orang yang saya kenal mulai sangat mengurangi pemakaian plastik sekali pakai ini, tapi kalau kemasan plastik untuk barang yang dibeli masih banyak, ya sepertinya efeknya akan sangat sedikit.

Apa perlu plastik dibikin jadi barang mahal? Belakangan ini sudah mulai banyak plastik yang bio-degradable, tapi itupun tetap saja butuh waktu untuk penguraiannya. Sedotan kertas, bambu dan atau stainless juga mulai banyak dikenalkan tapi kok ya rasanya tetep lebih enak pakai sedotan plastik? Saya sendiri sudah beralih ke sedotan yang bisa didaur ulang dan sekarang ini harganya hanya sedikit lebih mahal dari sedotan biasa.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dari diri sendiri untuk mengurangi pemakaian plastik antara lain:

  • biasakan bawa kantong belanja yang bisa dipakai lagi (bahan kain atau plastik tebal)
  • ganti sedotan dengan sedotan biodegradable
  • biasakan bawa botol minuman atau gelas bertutup, jadi kalau beli kopi di warung kopi atau jus bisa minta mereka masukkan ke gelas kita daripada pakai gelas yang berakhir di tempat sampah
  • wadah plastik yang cukup tebal jangan langsung dibuang, cuci dan bisa dipakai lagi untuk belanja.
  • di sini kalau saya malas masak, saya beli lauk yang sudah jadi dan membawa kotak sendiri
  • bawa kotak plastik sendiri untuk belanja daging atau ikan. bagian yang ini kadang agak sulit, karena wadahnya perlu yang besar dan gak selalu ingat wadah besar untuk dibawa-bawa.

Saya akui, yang saya lakukan untuk mengurangi menambah sampah plastik sekarang ini masih sedikit sekali ya, dan masih belum konsisten juga. Ada yang mau berbagi ide lagi bagaimana untuk mengurangi pemakaian plastik?