Oh Ibu…

Setiap minggu kedua bulan Mei diperingati sebagai hari ibu di banyak negara (bisa disebut internasional). Saya rasa semua orang juga tahu peran seorang ibu sangat penting untuk setiap orang. Ibu yang mengandung selama 9 bulan, melimpahi dengan kasih sayang, membesarkan dan mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya (ya..tentu saja bapak juga ga kalah memegang peran untuk hadirnya seorang anak, tapi bukan itu yang sedang ingin dikemukakan dalam posting kali ini).

Beberapa waktu lalu, ada kejadian mengejutkan di Bandung ketika seorang Ibu membunuh semua anaknya, lalu di kota lain ada peristiwa Ibu membunuh semua anaknya plus membunuh dirinya juga, dan peristiwa itu ternyata tidak berhenti disitu saja, hari ini saya baca di poskota online, kalau ada lagi ibu muda lain yang baru berusia 23 tahun yang bakar diri dan bunuh diri karena masalah finansial.

Well…, saya rasa itu hanya beberapa contoh yang kebetulan saya tahu, mungkin sesungguhnya dari dulupun ada peristiwa demikian, tapi ga dipublish online. Mungkin juga terkadang pelakunya bukan ibu, tapi sekali lagi saya hanya ingin menyoroti ibu untuk tulisan disini. Saya belum tahu rasanya menjadi ibu, tapi dari cerita teman-teman saya yang sudah menjadi ibu, saya bisa sedikit membayangkan bagaimana bahagianya mengandung anak dan melahirkan seorang bayi kecil mungil yang lucu. Saya juga tahu kalau sayapun akan sangat berbahagia ketika saya menjadi ibu. Saya tidak ingin menghakimi para ibu yang telah melakukan tindakan yang tidak lazim di atas. Mungkin buat mereka, itulah jalan terbaik yang bisa diberikan untuk kebahagiaan anak-anaknya, tapi.. menurut saya, hal-hal seperti itu terjadi karena ketidaksiapan menjadi orangtua.

Saya pernah menuliskan tidak setuju dengan pernikahan usia muda. Salah satunya karena biasanya ketika kita masih muda, kita bertemu dengan orang yang membuat hati kita berdebar-debar, kita jatuh cinta dengan perasaan seperti kupu-kupu diperut, lalu kadang-kadang ada yang salah langkah dengan hamil diluar nikah, ataupun merasa lebih baik menikah muda daripada berbuat dosa, lalu.. tanpa terencana lahir anak dan… kemudian baru menyadari bahwa anak itu perlu biaya juga. Baru sadar kalau harga susu mahal, uang sekolah juga mahal (jangankan masukkin TK, mau masuk SD aja udah berat banget). Lalu kemudian timbullah pertengkaran-pertengkaran karena masalah finansial. Atau mungkin seperti di sinetron Pernikahan Dini, di mana sang Ibu muda itu merasa anak menjadi penghalang dirinya clubbing atau bergaul dengan teman-temannya. Atau.. bisa saja ibu muda itu baru sadar kalau dia sudah kehilangan masa mudanya dan tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang masih dilakukan teman sebayanya.

Lalu mungkin saja ibu yang sudah kehilangan jalan, ingin mencari jalan singkat (seperti kita menekan tombol escape di komputer) dengan cara-cara yang tidak lazim. Tapi, saya rasa para ibu itu sudah berpikir ratusan atau mungkin ribuan kali sebelum mereka melakukan tindakan yang menurut kita tidak lazim tadi. Mereka juga tahu hal itu tidak baik, tapi ketika terjepit, hal itulah yang dirasa terbaik diantara yang tidak baik. Lalu keluarlah statemen: “tidak ada pilihan lain” (padahal kita selalu ada pilihan lain).

Ah, jadi panjang juga deh. Emang mo ngomong apa sih bahasannya kemana-mana gini? well, ada beberapa pesan, antara lain:

  • menikah itu gampang, setelahnya yang tidak selalu gampang, kalau udah siap dengan segala konsekuensi go ahead.
  • Pesan berikutnya: menjadi orangtua itu tidak mudah, tapi berdua lebih baik daripada sendiri, maksudnya kalau ada masalah dengan anak, orangtua harus bekerjasama.
  • Ketiga: ibu itu punya beban yang sangat berat, dan setiap ibu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, maka sebagai anak, jangan menambah beban orangtua kita, dan buat wanita yang masi menjadi calon ibu: jangan takut jadi ibu, tapi tetap ingat pada Tuhan dalam membuat keputusan apapun. Buat para ibu: anak adalah titipan Tuhan, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, jangan cari jalan pintas saja, diskusikan dengan suami atau keluarga besar lainnya.
  • Dan buat para lelaki, baik itu calon suami ataupun yang sudah menjadi ayah: uang memang penting, tapi tidak membahagiakan, jangan menjadi pria yang hanya mencari uang lalu melupakan keluarga (apalagi anak) dan jangan membiarkan istri menanggung beban berat mengenai anak. Jangan lupa untuk membantu istri dalam membesarkan anak, jangan ada statemen: “hey.. aku cape mencari uang, kau urus anak dowang masa ga bisa!”
  • dan lain-lain…

Weleh, saya ngapain sih nulisnya jadi ngelantur gini? hmm.. ya.. cuma sekedar opini. Semoga tidak ada lagi ibu-ibu lain yang meniru hal-hal mengerikan yang sudah terjadi karena merasa putus asa dan tidak ada jalan lain. Selamat hari Ibu untuk semua ibu dan calon ibu dimanapun Anda!

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Satu tanggapan pada “Oh Ibu…”

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.