Cerita ini masih lanjutan dari cerita Mae Sa Waterfall dan masih dalam rangka mengantar teman-teman dari Indonesia yang berkunjung ke Chiang Mai. Sebenarnya pasar ini seperti pasar biasa. Tapi tentunya lebih murah membeli oleh-oleh di pasar daripada di tempat wisata. Berhubung waktu mereka di Chiang Mai tinggal sedikit lagi dan belum tentu bisa jalan-jalan lagi, ya sudah kami ajak saja belanja di pasar Warorot.
Berhubung mereka dapat info kalau kain-kain di Thailand unik dan bagus, mereka mencarinya kain yang bisa dijait jadi baju. Beberapa teman mereka yang pernah ke Thailand bahkan ada yang menitip kain untuk baju tersebut. Well, sejujurnya kalau gue liat sih kainnya hampir sama saja dengan kain di Indonesia. Kain dengan motif etnik, mungkin motifnya beda dengan Indonesia tapi pada dasarnya gue tidak bisa membedakannya. Di Thailand sini ada juga batik, yang menurut saya juga masih bagusan batik Indonesia. Terus ada juga kain tenun tradisional yang menurut saya masih bagusan ulos batak ataupun kain songket dari Palembang dibanding kain sini.
Hehehe.. saya bukan orang yang tepat untuk diajak belanja di sini kalau gitu, komentarnya semua bagusan karya negeri sendiri :P. Makanya kalau orang-orang bilang : bawain oleh-oleh ya, yang etnik kerajinan tangan dari sana, saya bingung, karena semuanya itu ada di Indonesia. Entah itu di Sumatera, Jawa ataupun Bali. Hal yang paling khas di sini adalah gajah, tapi masa mau bawa gajah ke sana :P, well paling bisa bawain sesuatu dengan motif gajah (misalnya gantungan kunci :P, atau tempelan kulkas). Tapi ada satu yang lucu, kaus dengan gambar gajah tapi tertulis “Bird”, jangan salah sangka, bahasa Thai gajah itu Chang bukan bird. Entah apa maksudnya tulisan itu.
Waktu memilih-milih kain, ada satu kain sarung yang terlihat ‘bagus’, terus waktu melihat tulisan Batik Halus, agak ga ngeh kok saya bisa membacanya tanpa masalah ya?. Terussssss ternyataaaaaa ada tulisan Indonesia *gedubrak*. Well tips untuk membeli oleh-oleh di Thailand, pastikan Anda tidak membawa barang made in Indonesia dari Thailand :p. Kalau kata Joe sih industri tekstil itu yang terkenal di Thailand ya Thai Silk, tapi tetep aja tekstil itu mahal di sini, masih mendingan di Indonesia, toh Thai Silk kalau lagi sale di pasar baru bisa dapat murah kok. Kesimpulannya? Thailand emang menarik untuk dikunjungi, untuk dilihat, untuk wisata kuliner, tapi untuk oleh2? percayalah Indonesia masih lebih baik :).
Oh ya, lupa bilang, karena biasanya di pasar itu susah parkir, kami memilih untuk parkir di gereja lalu jalan ke pasar Warorot. Hasilnya? capeeeee deeeeh. Abis jalan nanjak di waterfall, lanjut lagi jalan ke pasar (dan di pasar). Hasilnya tentu saja sodara-sodara, betis terasa pegal-pegal, badan juga luluh lantak *berlebihan*. Tapi walaupun demikian kami sangat menikmati perjalanan hari itu. Sepanjang jalan kami tertawa, kalau bukan Dik Tuju (atau Tujuh?), pak pendeta Karia juga ga kalah kocaknya. Rasanya seperti di negeri sendiri saja. Senangnya bercanda tanpa harus mikir dulu : “itu artinya apa ya?” (biasanya orang-orang kalau ga bahasa Inggris ya Thailand).