Jarang-jarang ya nulis dengan judul serius begini. Ini sebenarnya judul dari salah satu pembicara yang saya dengar di Hexagon City Virtual Conference hari Senin pagi yang lalu sambil menyiapkan sarapan.
Sebenarnya awalnya saya tahu ada acara ini dari teman-teman KLIP yang sebagian juga menjadi pengisi acaranya. Tapi, karena ada banyak sekali pilihan selama 2 minggu 6 platform dan masing-masing acaranya 1 jam), saya malah jadi bingung mau ikut kelas mana.
Senin pagi, saya buka Instagram dan melihat ada notifikasi IG Live dari @cityhexagon. Walau tidak tahu topiknya apa dan belum kenal dengan pembicaranya, tapi mendengar topik keuangan rumahtangga, saya langsung ambil earphone biar bisa dengerin sambil tangan siapin sarapan. Yuk ikutin melalui tulisan saya.
Contents
Pentingnya Belajar Literasi Keuangan
Pembicara topik keuangan ini mbak Ni’mah Rosyidah, seorang konsultan pajak yang bertempat tinggal di Balikpapan. Mbak Ni’mah mengikuti kelas Bunda Produktif di Insititut Ibu Profesional (IIP) dan Hexagon City ini adalah salah satu program dari perkuliahan Bunda Produktif IIP.
Oh ya, saya akan cerita dulu tentang apa yang saya dapatkan dari mendengarkan mbak Ni’mah tentang Literasi Keuangan, baru nanti saya akan berikan informasi tentang Hexagon City dan IIP ya.
Apa itu Literasi Keuangan?
Literasi keuangan adalah keilmuan dan kecakapan terhadap produk keuangan termasuk pengelolaan dan perencanaan keuangan.
Tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, hanya 38 persen. Rendahnya tingkat literasi ini bisa menyebabkan banyak yang terjebak dengan berbagai masalah keuangan.
Masalah Keuangan
Berikut ini berbagai masalah keuangan akibat tidak punya pengetahuan terhadap produk keuangan ini (dan contoh solusinya)
1. Besar pasak daripada tiang
Peribahasa besar pasak daripada tiang ini dikenal dengan sebutan cashflow negatif atau terjadi ketika pengeluaran lebih besar dari penghasilan.
Masalah ini biasanya terjadi karena 2 hal:
- orang tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Maka pendapatan selalu habis untuk keinginan
- Secara nominal penghasilan memang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Solusi untuk masalah ini tentunya dengan memiliki perencanaan keuangan sehingga bisa mengatur tidak terjadinya pengeluaran lebih besar dari penghasilan. Kendali diri tentunya menjadi kunci di sini.
Langkah perencanaan keuangan sebagai berikut:
- menetapkan tujuan,
- membuat budget,
- pencatatan pengeluaran setiap harinya,
- evaluasi untuk administrasi keuangan berikutnya
Solusi untuk penghasilan yang memang tidak mencukupi terhadap kebutuhan, tentu saja harus mencari penghasilan tambahan.
Bagaimana caranya mencari penghasilan tambahan? Bisa dimulai dari hobi yang menghasilkan (misalnya memasak). Atau dengan menjual jasa/skill yang dimiliki.
Upaya seseorang untuk mengoptimalkan sumber penghasilan dari potensi diri juga termasuk bagian dari literasi keuangan.
2. Terjerat Hutang
Banyak orang terjerat hutang berbunga tinggi karena tergiur tawaran atau akibat dari cashflow negatif sebelumnya atau juga tergiur tawaran belanja online dengan membayar kemudian ataupun dengan sistem cicilan/kredit.
Biasanya, hal ini terjadi karena orang tidak mengerti kapan boleh berhutang dan membedakan antara keinginan dan kebutuhan seperti disebutkan sebelumnya.
Kapan boleh berhutang?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum berhutang
- berhutang ini merupakan keputusan terakhir setelah tidak ada pilihan untuk menabung dulu atau tidak ada aset yang dijual
- perlu diingat jangan menggampangkan hutang dan berpikir pasti bisa bayar tanpa punya sumber
- jangan membuka hutang baru untuk membayar hutang lama
- pastikan keuangan mampu melunasi hutang tersebut
- jangan berhutang melebihi aset yang kita miliki
- cicilan hutang jangan melebihi 30 persen dari penghasilan yang kita miliki
- berhutang hanya untuk hal produktif dan bukan untuk konsumtif (liburan, beli barang mewah).
- utamakan membayar hutang kalau memang pada akhirnya memutuskan berhutang.
3. Tidak Punya Dana Darurat
Dana darurat adalah dana cadangan yang sengaja kita simpan untuk dipakai dalam kondisi darurat. Misalnya untuk kerusakaan kenderaan atau rumah, atau ketika salah satu anggota keluarga sakit dan biayanya tidak dicover asuransi. Dana darurat juga dipakai ketika terjadi penurunan penghasilan utama.
Dana darurat ini berguna untuk melindungi di saat darurat dan mencegah kita berhutang. Disarankan minimal 3 kali dari pengeluaran bulanan disimpan menjadi dana darurat.
Dana darurat ini juga perlu dimasukkan dalam perencanaan. Bisa dikumpulkan secara bertahap atau dipisahkan sekaligus (kalau memang ada). Kita bisa mengumpulkan dana darurat dalam rentang waktu beberapa bulan, tapi jangan tergoda menggunakannya kecuali memang dalam keadaan darurat.
Setelah dana darurat digunakan, sebaiknya segera kembali membuat anggaran baru setelah keadaan menjadi normal untuk menjamin dana darurat selalu ada. Dengan adanya dana darurat ini bisa mencegah kita terlibat hutang.
4. Tidak memahami produk keuangan
Sebenarnya hanya ada 3 produk keuangan, tabungan, asuransi dan investasi. Untuk tabungan tidak dibahas karena dianggap. semua sudah tahu. Eh apa ada yang belum tahu? Kalau saya sih mikirnya tabungan itu sisa dari budget dianggarkan yang tidak dipakai. Tabungan ini nanti bisa dipakai untuk dana darurat juga selain diinvestasikan.
Nah untuk produk asuransi, banyak orang yang salah membeli asuransi karena membeli tanpa memahami polisnya. Kita tidak paham dengan proteksi dari asuransi tersebut. Ada juga yang membeli asuransi padahal niatnya menabung.
Masalah dengan investasi juga banyak terjadi. Membeli investasi tanpa paham instrumen investasi, atau berhutang untuk membeli investasi padahal ini tidak boleh dilakukan.
Investasi juga bisa dibedakan untuk jangka panjang atau jangka pendek. Kita harus memilih investasi yang disesuaikan dengan tujuan, apakah kita akan membutuhkan dananya kembali dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Kita harus mengerti kapan membeli emas atau reksa dana untuk menjadi pilihan investasi. Banyak orang yang menjadi korban investasi bodong karena tidak mengerti literasi keuangan.
Apapun pilihan produk keuangan yang kita pilih, sebaiknya kita mengetahui resiko dari pilihan tersebut.
5. Mengikuti Tren Sosial
Salah satu hal yang juga sering membawa masalah dalam keuangan adalah karena banyak orang yang memiliki keinginan sosial yang akhirnya berefek pada kondisi keuangan.
Contohnya yang disebutkan adalah ketika melihat tetangga beli kulkas, kita merasa perlu beli kulkas padahal kulkas di rumah masih bagus.
Masalah keuangan pada umumnya membutuhkan solusi, kalau tidak diselesaikan bisa menyebakan efek domino. Misalnya saja, karena keinginan sosial kita memilih berhutang untuk membeli barang, lalu kita jadi terjerat hutang.
6. Masalah Sandwich Generation
Sandwich generation ini masalah di mana seseorang memiliki tanggung jawab keuangan untuk generasi di atas (orangtua, saudara, ipar, keponakan) dan generasi di bawah (anak-anak).
Untuk solusi masalah ini, misalnya orang yang harus dibantu ada dalam usia produktif, kita sebaiknya membantu supaya orang tersebut punya penghasilan tambahan juga untuk membantu beban kita juga.
Memberi kepada orangtua itu sah-sah saja selama itu bukan hal yang wajib. Tapi, kalaupun ada orangtua yang memang sudah tidak menghasilkan, kita bisa berbagi beban dengan saudara-saudara kita jika tidak mampu membiayainya sendiri.
Untuk mencegah terjadinya sandwich generation berikutnya, ada baiknya kita juga mulai mempersiapkan dana hari tua (dana pensiun). Atau bisnis yang kira-kira akan menghasilkan ketika kita sudah tidak punya pekerjaan utama seperti di usia produktif sekarang.
Tentang Hexagon City
Hexagon city merupakan sebutan untuk kumpulan mahasiswa perkuliahan kelas Bunda Produktif di Insitut Ibu Profesional. Mungkin ada yang makin penasaran, ini insitut apa sih?
Saya juga baru mengenal Ibu Profesional (IP) setelah bergabung dengan Kelas Literasi Ibu Profesional yang di bawah asuhan dari IP. Sesuai dengan namanya Ibu Profesional memiliki tujuan untuk memberdayakan ibu-ibu/wanita Indonesia untuk menemukan passionnya.
Ada banyak tahapan kelas di Institut Ibu Profesional, tapi karena saya tidak mendaftar jadi murid, saya tidak bisa bercerita banyak. Saya cuma bisa bercerita, punya banyak teman yang sangat produktif dan menemukan banyak ilmu baru dengan berteman dengan mahasiswa IIP.
Penutup
Hari ini saya belajar ilmu tentang literasi keuangan. Walau sebelumnya saya sudah sedikit banyak melakukan apa yang menjadi prinsip-prinsip yang dijelaskan, tapi saya belum pernah bisa menuliskannya dengan runut kalau tidak karena mendengarkan mbak Ni’mah menjelaskannya di acara virtual conference ini.
Mudah-mudahan, tulisan ini bisa membantu menambah banyak orang yang lebih paham dengan literasi keuangan dan bisa lepas dari masalah-masalah keuangan.
Ada banyak sekali sebenarnya ilmu yang bisa didapat dari ibu-ibu di Hexagon City. Untung ada rekamannya di Instagram maupun Facebook Hexagon City. Kalau ada waktu, lain kali mudah-mudahan bisa belajar ilmu yang lainnya.
Masalah hutang ini kian memudahkan untuk zaman sekarang.
Bahkan ada fitur PayLater.
Hiiks~
Penting banget belajar itung-itungan pengeluaran rumah tangga (minimal) agar tahu latte factornya dimana.
iya benar, butuh belajar literasi keuangan biar ga tersesat