Mengusir Tikus dari Rumah

Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang menulis di ruang makan/ruang tv, tiba-tiba ada seekor tikus lewat dari tengah ruangan menuju ke bawah sofa.

Entahlah apakah tikus ini tergolong nekat, atau belum banyak pengalaman hidup, kok ya berani banget lewat begitu saja padahal ada orang di ruangan itu.

Sejak tinggal di Thailand, saya tidak pernah melihat tikus di dalam rumah. Terakhir melihat tikus itu ya di luar rumah hasil tangkapan kucing yang suka nongkrong di luar rumah (walaupun kami tidak pernah memberi makan).

Perasaan saya jadi campur aduk, bertanya-tanya apakah rumah ini sudah sedemikian tua sehingga mulai dilirik tikus, atau tikusnya masuk karena di luar rumah suka ditongkrongin 2 kucing yang suka datang leyeh-leyeh di teras rumah.

Singkat cerita, saya tidak berhasil menemukan tikus itu untuk mengusirnya keluar rumah. Akhirnya saya pasrah, dan cuma berharap tikus itu sendirian dan tidak datang bareng ibunya.

Keesokan harinya, ketika saya sedang di dapur, saya melihat tikus itu lagi. Saya langsung panggil Joe dan kami berusaha mengusirnya keluar rumah. Tapi, gagal lagi. Tikusnya mulai pintar bersembunyi dan kami tidak berhasil memancingnya untuk keluar lagi.

Setelah mengetahui tikusnya ada di dapur, saya berusaha selalu menutup pintu dapur. Setidaknya, sekarang ini lebih gampang mengusir tikus keluar dari dapur, daripada dari ruang tamu.

Saya selalu menutup pintu dapur setiap keluar masuk. Saya juga memastikan tidak ada tikus menanti saya di depan pintu. Berikutnya, saya memastikan tidak ada sampah makanan yang bisa dimakan oleh si tikus di dapur.

Tapi, ternyata setelah berhari-hari, tikus itu tidak selalu memunculkan diri. Anehnya, Joe tidak pernah melihat si tikus. Si Mickey (nama yang kami berikan pada tikus, walau kelakuannya lebih mirip Jerry), selalu terlihatnya oleh saya.

Setiap hari, saya memeriksa apakah yang dimakan oleh si Mickey. Lalu, akhirnya ditemukan kalau dia makan pisang! Saya pikir tikus tidak makan buah, ternyata saya salah.

Berikutnya, saya juga menemukan kalau Mickey berhasil membuka 1 bungkus Indomie goreng. Haish, ini Mickey kok ya seleranya kayak orang Indonesia aja sih. Hehehe, mungkin karena bungkusan yang lain lebih tebal dan sulit dibuka, maka dia makan apa aja yang bisa dimakan.

Akhirnya, semua mi instan dan beras dan makanan apapun tidak lagi saya biarkan di dapur. Agak heran juga, ini tikus betah banget sih di dapur kami, padahal tidak ada makanan buat dia.

Sejak beberapa hari lalu, saya menemukan lubang persembunyiannya. Dia bersembunyi di bawah tempat cuci piring. Memang tempat cuci piring kami ada rongganya, dan karena Mickey cukup kecil, dia berasa aman di situ walaupun saya bikin kegaduhan ketika mencuci piring.

Lama-lama, karena Mickey semakin jarang terlihat, saya mulai kagum dengan tikus. Kok ya dia bisa pintar sembunyi dan tahu kapan waktu untuk keluar, sehingga kami jarang melihatnya.

Pernah juga saya jadi agak konyol sendiri, mengajak Mickey bicara baik-baik dan meyakinkannya untuk keluar dari rumah. Kami tidak ingin menangkap ataupun membunuhnya dengan perangkap tikus, kami hanya ingin dia keluar dari rumah kami. Tapi, tentu saja Mickey tidak mengerti.

Terus, saya jadi terpikir mengarang cerita tentang Mickey yang sedang bersedih hati di pojokan yang gelap sambil menangis merindukan ibunya. Mickey menyesal karena tidak mendengarkan ibunya yang sudah mengingatkan untuk tidak masuk ke rumah manusia.


Percakapan antara Mickey dan ibunya kira-kira begini. Mickey merasa penasaran dengan aroma dari dalam rumah manusia yang sepertinya enak. Dia juga sudah lelah main kucing-kucingan dengan 2 ekor kucing yang sering beredar di luar rumah ini.

Ketika Mickey mengajak ibunya masuk ke rumah manusia, ibunya sudah bilang kalau di dalam rumah tidak selamanya lebih nyaman daripada di luar rumah. Tapi ya namanya tikus belum berpengalaman, dia nekat masuk rumah ketika melihat pintu terbuka.

Dan di saat dia tersudut dari kejaran manusia yang dia tidak mengerti bukan ingin menangkapnya tapi sekedar menyuruhnya keluar rumah, dia merenungi dan menyesal tidak mendengarkan ibunya. Dia merindukan ibunya.

Di dalam rumah manusia memang tidak ada kucing, tapi makanan yang dia pikir berlimpah juga tidak ada. Tapi dia tidak bisa keluar juga, karena pintu yang dia tahu sebagai jalan untuk keluar selalu tertutup. Celah di bawah pintu juga terlalu kecil untuk dia melewatinya.

Mickey hanya bisa menyesal dan berusaha hidup hari demi hari, sembunyi-sembunyi mencari apa saja yang bisa dimakan.


Saya jadi merasa aneh sendiri, memikirkan apa yang dipikirkan tikus padahal saya tahu tikus tidak berpikir. Tapi ya, siapa tahu ceritanya bisa jadi inspirasi buat yang jago ilustrasi.

Oh ya, awal dari tulisan ini sebenarnya mau cerita kalau hari ini saya melihat Mickey lagi. Saya langsung memanggil Joe dan misi kami kali ini adalah kami harus bisa mengusirnya keluar.

Kami selalu memperhatikan kemana dia berlari dan akan selalu mengusahakan dia tidak sembunyi di sudut yang tidak terjangkau. Kami juga mengusahakan supaya trajectorynya adalah ke arah pintu yang terbuka.

Teorinya mudah, praktiknya tidak segampang itu. Karena walaupun Mickey kurang makan, tapi dia tetap masih lincah dan gesit. Kami hampir kehilangan dia lagi.

Sebenarnya saya tidak berani kalau tikus mendekat ke arah saya, tapi ya dibutuhkan lebih dari 1 orang untuk membuat tikusnya keluar ke arah yang diinginkan.

Akhirnya, setelah beberapa menit berusaha menggiringnya ke arah pintu, Mickey yang lincah pun keluar dari rumah.

Yay, hati ini senang bukan kepalang, akhirnya menyaksikan sendiri si Mickey tidak ada di dalam rumah lagi.

Pelajaran dari kehadiran Mickey di rumah kami adalah:

  • selalu menutup pintu dapur yang ke arah ruang tamu
  • tidak membiarkan pintu rumah terbuka berlama-lama
  • menutup semua makanan yang ada di dapur dengan benar
  • tidak menyisakan sampah makanan di tempat cuci piring, tapi sebaiknya dibuang setiap hari
  • tidak menunda mencuci piring di malam hari
  • tentunya juga menjaga kebersihan dapur supaya tidak ada teman-teman Mickey lainnya yang tergoda masuk ke dapur kami lagi.

Bye Mickey, jangan masuk rumah kami lagi ya. Saya tidak berharap bertemu kamu lagi. Hehehe…

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.