Ceritanya sudah sejak tanggal 16 Juli 2022 ini kami mudik ke Indonesia. Cerita perjalannya lengkapnya sebenarnya kemarin sudah ditulis draft, tapi kapan-kapan aja deh dipublish, kalau cerita sekilas persiapan mudik bisa dibaca di tulisan sebelumnya. Sekarang mau bikin catatan cerita seminggu pertama mudik, biar nggak banyak yang dilupakan.
Seperti disebutkan di posting sebelumnya, terakhir mudik itu Desember 2018 dan kembali ke Chiang Mai Januari 2019. Rencana mudik 2020 batal karena pandemi melanda dan semua negara menutup dan mempersulit keluar masuk negaranya.
Tahun ini kami pulang dengan 3 misi utama: misi pertama bertemu dengan keluarga yang sudah lama tak bertemu, misi ke-2 mengunjungi makam Eyang Putrinya anak-anak yang meninggal di tahun 2020 dan saat itu kami tidak bisa pulang karena pandemi, dan misi ke-3 karena Joe jadi panitia IOI di Jogja bulan Agustus 2022 ini maka di bulan Agustus kami akan ke Jogja.
Jadi, sudah ngapain aja seminggu pertama? Sudah kemana saja? Sudah makan apa saja? Bagaimana cuaca di Indonesia?
Contents
Beberapa catatan awal tentang mudik
Setelah sekian lama nggak mudik, kami lupa kalau plug listrik di Thailand itu beda dengan di Indonesia. Biasanya kami sudah ingat tuh untuk membawa kepala yang universal, tapi kemarin tidak terpikir sama sekali. Untungnya adik Joe memiliki aneka hal terkait plug listrik ini, jadi ya hanya perlu menuggu tidak lama, kami sudah bisa mengisi baterai berbagai gawai yang kami bawa.
Untuk masalah ponsel yang kami bawa, kami tetap bisa menggunakannya kalau isinya adalah nomor Thailand. Akan tetapi, untuk nomor Indonesia, kami harus mendaftarkan IMEI nya atau ya beli baru saja. Kami memutuskan membeli HP Xiaomi Poco M3 Pro 5G, dengan alasan supaya ketika kembali lagi besok-besok ke Indonesia, masalah IMEI ini tidak perlu dipikirkan lagi.
Masalah awal yang juga cukup terasa adalah memilih koneksi internet. Walaupun ada begitu banyak pilihan untuk koneksi internet, akan tetapi untuk koneksi melalui selular, memakai paket Akrab XL ataupun memakai paket Telkomsel orbit, sama saja lambatnya. Ya mungkin karena ada begitu banyak gawai terhubung ke akses poin yang sama, jadi koneksinya terasa lambat dibagi-bagi.
Awalnya kami pikir kami akan menggunakan paket akrab dari XL saja. Di rumah mertua ada menggunakan Telkomsel Orbit, akan tetapi masih berasa lambat, akhirnya Joe membeli lagi akses poin orbit yang kecil. Tujuannya ini nantinya buat dibawa-bawa ke Jogja, backup cadangan internet kalau dibutuhkan. Tapi ya dari semua paket internet yang ada, tetap saja semua terasa lambat dan bikn males ngupdate apapun. Di Chiang Mai kami memang terbiasa dengan paket unlimited dan koneksi kabel fiber, jadi terasa banget melambatnya koneksi di Indonesia dari pilihan yang ada.
Hujan, Panas dan Polusi di Depok Indonesia
Ketika kami meninggalkan Thailand, di sana sedang ada banyak badai tropis dan menyebabkan hujan dan panas silih berganti. Sebenarnya sih ini sedang memasuki musim hujan juga, tapi belum hujan setiap hari. Sepanjang penerbangan Bangkok – Jakarta hujan deras dengan petir dan kilat bergantian. Setibanya kami di Jakarta, hujan masih mengguyur kota Jakarta.
Kami tiba di rumah Depok hari Sabtu, pukul 7 pagi, tapi cuaca masih seperti subuh pukul 5. Matahari bersembunyi sepanjang hari. Rencana untuk ke makam Eyang di hari tersebut dibatalkan karena sudah pasti area kuburan tanahnya akan terlalu becek dan licin.
Setelah hari Sabtu, tidak ada hujan di Jakarta. Udara cenderung panas dan matahari menyengat. Lalu hari Minggu setelah seminggu kami di Depok, Hujan turun lagi lumayan deras. Jadi sebenarnya, saya juga tidak tahu ini tuh musim apa sih? Mungkin ini yang disebut musim Pancaroba ya.
Oh ya, saya perhatikan, kualitas udara di Depok juga cukup tinggi polusinya. Malahan di Chiang Mai terlihat lebih baik dan hijau.
Ke Perpusnas RI
Hari Minggu, sehari setelah kami tiba, Joe sudah bikin janji buat ketemu beberapa teman di Perpusnas. Kenapa di sana? Alasannya sih karena tempat itu di tengah kota, ada kantinnya yang harganya tidak mahal dan bisa ajak anak-anak sekalian melihat buku juga.
Saya pikir tadinya perpustakaan akan sepi di hari Minggu. Ternyata saya salah dong. Perpustakaannya ramai, sampai-sampai kesulitan menunggu giliran naik lift. Tidak ada antriannya dan walaupun ada beberapa mesin liftnya, jumlah pengunjung naik turun tetap lebih banyak daripada kapasitas lift.
Sesuai harapan, di Perpusnas anak-anak cukup bisa menikmati makanan ala kantin maupun buku-bukunya. Joe dan teman-temannya juga bisa ngobrol sampai 2 sesi. Pertama ngobrol di kantin sampai anak-anak bosan, terus beberapa malah ikut nyusul ke perpustakaan bagian anak waktu dikasih tau kalau kami belum pulang tapi mau ajak anak-anak melihat buku-buku dulu.
Ke Rumah Adik ke-2
Rencana semula, pulang dari perpusnas mau ke makam. Tapi ternyata sudah kesorean. Akhirnya kami memutuskan belok ke rumah adik Joe nomor 2 yang ada di Cibubur.
Sebenarnya di hari sebelumnya kami sudah bertemu semua, tapi ya biar anak-anak bisa lebih puas main, kami ngumpul lagi. Lumayan deh anak-anak bisa main bersama, bapak-bapak ngobrol bertiga, para istri ngobrol sambil mengawasi anak-anak.
Ke Makam Eyang Putri
Hari Senin sekitar jam 10 pagi, kami berangkat ke makam Eyang. Lokasinya sekitar 1 jam dari rumah Depok. Karena kami berhenti dulu membeli bunga, Joshua bertanya: kenapa kita membawa bunga ke makam?
Pertanyaannya memang wajar sekali, karena ini pertama kali dia pergi ke makam. Waktu dia kami ajak ke makam bapak saya di Medan, dia masih kecil banget dan belum mengerti banyak hal. Tapi sih, saya juga sebenarnya nggak tau jawabannya kenapa sih kita membawa bunga ke makam selain karena semua orang melakukannya?
Staycation di Santika Harapan Indah Bekasi
Berhubung sepupu-sepupu akan mulai sekolah segera, kami memutuskan staycation bersama dulu selama 2 malam. Intinya tentu saja biar anak-anak bisa main bareng. Hari Selasa kami berangkat buat menginap selama 2 malam, dan hari Kamis kami kembali lagi ke Depok.
Sayangnya Joshua nggak mau diajakin berenang. Jonathan sih senang banget karena bisa main-main sepuasnya gitu. Saya senang karena nggak mikirin sarapan selama 2 hari, hahaha…
Di Rumah Saja
Sayangnya, pulang staycation di hari Kamis, kami sakit bergiliran. Demam sehari lalu batuk pilek. Sekarang sih sudah sisa batuk doang sedikit di waktu malam. Tapi ya namanya sakit, semua rencana yang tadinya ingin dilakukan harus disesuaikan, liburan masih panjang dan jangan sampai misi utama ke-3 jadi kacau kalau kurang sehat. Sejak hari Kamis kami di rumah saja sampai sekarang. Sebenarnya kondisi fisik sih baik-baik saja untuk jalan-jalan, tapi ya untuk keamanan bersama kami memilih di rumah saja.
Kalaupun kami keluar keliling perumahan sebentar supaya sedikit bergerak, kami tentu saja menggunakan masker. Kalau bertemu dengan tetangga, ya paling kasih senyum aja lah, nggak usah ngobrol kan ga kenal, hehehe…
Kami makan tidur doang nih jadinya. berbagai makanan sudah kami coba, sampai-sampai suka bingung mau pesan apa lagi ya. Nanti sepertinya tentang makanan yang kami sudah cicipi akan dituliskan terpisah saja.