Mengunjungi Sukoharjo

sukoharjo

Hari Rabu, 24 Juli 2024 yang lalu, merupakan hari ke-6 liburan kami di Indonesia. Waktunya untuk mengunjungi rumah eyang di Sukoharjo. Adik Joe mengantarkan kami ke Sukoharjo naik mobil, jadinya kami tidak harus pergi dengan kendaraan umum.

Perjalanan ke Sukoharjo ini memang sudah direncanakan sejak sebelum pulang ke Indonesia. Rencananya kami akan menginap di rumah eyang karena pada hari Rabu tersebut akan ada permainan musik gamelan di rumah eyang.

Perjalanan Depok – Sukoharjo

Perjalanan Depok-Sukoharjo cukup lancar. Tentunya kami memanfaatkan jalan tol yang sudah ada. Kami berangkat tidak terlalu pagi dan cukup santai. Sehabis sarapan, mandi dan langsung berangkat.

Perhentian pertama itu untuk membeli kopi. Karena ingat tahun sebelumnya pernah minum kopi di Alfamart cukup enak rasanya, kami kembali mencoba membeli kopi di Alfaexpress. Pada dasarnya kopi di Indonesia selalu enak, asalkan dibuat dengan benar sejauh ini tidak ada yang mengecewakan.

Kami cukup beruntung karena ternyata ada promosi hari Rabu kopinya diskon segelas hanya 10 ribu rupiah saja. Kami juga sekalian membeli roti sobek Sari Roti coklat dan susu Ultra coklat buat anak-anak.

Semua merk yang saya sebutkan bukan berarti tulisan ini promosi ya, sengaja ditulis supaya kami ingat sampai saat ini roti coklat dan susu dengan merk di atas masih merupakan favorit anak-anak setiap pulang ke Indonesia.

perhentian pertama beli kopi di alfa

Sedikit komentar tentang Indonesia yang kebetulan ada di foto ini dan sengaja dihilangkan wajahnya: Hal yang sulit dihindari ketika ke luar rumah adalah banyak asap rokok di mana-mana.

Kami melanjutkan perjalanan dan sepanjang jalan pemandangannya itu sungguh menyejukkan mata. Kalau bukan melihat pohon nan hijau, ada banyak sawah yang baru ditanam ataupun baru dipanen yang kami lewati.

Sekitar jam 12 lewat, kami akhirnya berhenti untuk makan siang. Sebenarnya jam makan kami biasanya tepat jam 12, tetapi namanya perjalanan, harus bisa menyesuaikan. Anak-anak sudah dikasih cemilan juga di perjalanan, jadi kalau geser sedikit jam makan siang masih oke lah.

Kami memilih menu makanan seperti nasi goreng, nasi pecel dan mie goreng saja. Setelah duduk beberapa menit, kami merasa kalau kami sudah pernah makan dan berhenti di tempat istirahat yang sama. Tepatnya di tahun 2022 ketika kami berangkat ke Jogja karena Joe menjadi panitia dari kegiatan Olimpiade Internasional Informatika.

Foto warung makan ini buat jadi pengingat, andai kami merasa kembali lagi ke tempat ini tanpa direncanakan.

Di tempat perhentian makan siang, kami juga membeli wingko babat sedikit. Teringat dulu Joe ingin makan wingko dan memesan online dari Indonesia ke Chiang Mai. Ternyata aromanya berubah menjadi tengik dan tidak jadi deh makan wingko. Nah ketika melihat ada wingko dijual, tentu saja langsung dibeli.

wingko babat original

Katanya wingko ini masih jenis orisinil, harganya juga lebih mahal dari varian wingko lainnya. Ketika kami kenalkan makanan ini ke Joshua sebagai makanan dari tepung beras ketan, dia mau loh memakannya. Malah nggak cuma 1 loh.

Gamelan di rumah Eyang

Sebelum jam 5 sore, kami sudah tiba di rumah Eyang di Sukoharjo. Rumah eyang ini memang dibangun dengan bentuk rumah joglo, tetapi dimodifikasi. Bagian dalamnya ada peralatan gamelan yang saya lupa namanya apa saja.

Joshua senang melihat alat musik yang berbeda dari biasanya. Dia sibuk berusaha mencari tahu cara memainkan alat musiknya. Ternyata alatnya agak lebih sulit dari biasanya, karena ada banyak macam dan tiap macam berbeda cara memainkannya. Dia antara bertanya atau memberi tahu ke sepupunya yang biasanya mengajarkan gamelan ke anak sekolah di sana.

Agak malam, setelah kami makan malam, para pemain gamelan mulai berdatangan. Memang rumah eyang ini sudah seperti sanggar gamelan. Selain anak sekolah belajar gamelan, sesekali para pemain gamelan dari kampung sekitar datang untuk bermain gamelan bersama.

Tulisan tentang Gamelan mudah-mudahan akan dituliskan terpisah. Buat saya, ternyata melihat langsung bagaimana gamelan dimainkan cukup mearik dan saya jadi belajar sedikit tentang alat musik tradisional ini.

Acara permainan gamelan berlangsung sampai jam 11 lewat sedikit, tetapi karena anak-anak sudah mengantuk, mereka tidur sekitar pukul 9.40 malam. Hebatnya mereka bisa langsung tertidur pulas walaupun suara gamelan sangat berisik di ruang tamu.

Jalan pagi mencari sarapan di Sukoharjo

Keesokan paginya, anak-anak yang memang sudah biasa bangun awal sudah bangun. Kami jalan ke rumah Bulik di desa Ngepung yang tidak jauh dari rumah eyang. Rumah di desa Ngepung tersebut sebenarnya dulu adalah rumah masa kecil buat Joe dan adik-adiknya. Sedangkan rumah eyang yang sekarang ditempati adalah rumah yang baru dibangun dan berdekatan dengan rumah pakde (sodara dari eyang).

Kedai Calon Sarjana

Anak Bulik ada 3 orang, dari 3 bersaudara, 2 orang sudah lulus sarjana, tinggal 1 orang lagi yang masih dalam proses pengerjaan praktik kerja sebagai tugas akhir. Mungkin itu yang menjadi dasar pemilihan nama Kedai Calon Sarjana.

Bagaimana kalau nanti anaknya sudah lulus semua? Ya nggak masalah harusnya, bisa saja itu menjadi harapan lebih banyak sarjana yang mau membangun desa Sukoharjo, ya kan.

Bulik berjualan di pagi hari untuk sarapan orang-orang. Ketka kami tiba, tinggal sisa sedikit, tetapi kami masih sempat menyicipi gendar pecel dan nasi kuning.

Saya baru pertama kali kemarin makan gendar. ternyata unik juga. Bentuknya kayak lontong, tetapi bukan lontong nasi.Bahannya juga sama sih nasi dibungkus gitu, Lalu dicampur dengan bumbu pecal. Andai beli sate ayam pakai bumbu kacang, pasti semakin nikmat.

Gendar pecal

Selain gendar pecal, bulik juga menjual nasi kuning. Lumayan deh jalan pagi sambil makan sarapan di rumah bulik. Kami tidak perlu masak indomie goreng ataupun koko krunch yang tadinya disiapkan andai anak-anak ga menemukan makanan yang cocok. Anak-anak cukup suka dengan nasi kuningnya. Untuk pecal tidak saya tawarkan karena mereka tidak tahan pedas.

Nasi Kuning

Selesai sarapan di rumah Bulik, kami jalan kembali ke rumah eyang. Puas-puasin ngobrol dan kemudian bersiap untuk kembali ke Depok.

Kok cepet? Ya karena Jumat, Joe ada kegiatan yang dimulai sejak pagi. Kami perlu pulang awal, supaya Joe bisa mempersiapkan bahan ajarnya.

Perjalanan Sukoharjo – Depok

Orion di Solo

Perjalanan ke Depok juga cukup lancar. Kami berhenti di toko Orion di Solo. Toko ini menjual berbagai jenis oleh-oleh selain roti khas Orion yang isinya macam-macam termasuk isi kelapa. Sayangnya kami agak terlambat, 30 menit sebelumnya hampir semua jenis roti sudah habis diborong. Kami jadinya membeli beberapa oleh2 yang bisa dimakan di jalan, termasuk pisang sale untuk Joshua.

restarea
Rest Area menuju Jakarta

Kali ini sebelum jam 12, kami sudah menemukan rest area untuk berhenti makan. Uniknya, lagi-lagi kami berasa de javu, karena tahun 2022 ketika kami pulang dari Jogja, rasanya kami berhenti di rest area ini juga.

Kami masih berhenti beberapa kali, termasuk berhenti mendekati Jakarta karena sudah menjelang jam 6 sore alias jam makan malam. Untuk restoran makan malam, saya tidak yakin apakah waktu itu kami berhenti juga atau tidak.

Perjalanan ke Sukoharjo memang memakan waktu berjam-jam saat ini walau menggunakan tol, tetapi anak-anak bisa menikmati perjalanan. Namanya jalan-jalan, ya tentunya melihat kanan dan kiri sambil sesekali tidur kalau terasa mengantuk, hehehe.

Mudah-mudahan saja berikutnya ada kereta cepat sejenis Whoosh yang sampai ke ujung pulang Jawa atau bahkan sampai ke Bali.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.