Baru beberapa hari rasanya Chiang Mai kembali normal setelah dilanda banjir yang menjadi banjir terparah selama kami di Chiang Mai. Ternyata, setelah jalanan kering, rumah-rumah pada bersih, jalanan sudah dibuka, sampah sudah diangkut, dan semua terasa hampir normal, curah hujan yang masih tinggi ternyata memutuskan kalau banjir mampir lagi ke Chiang Mai dan sekitarnya. Dan kali ini lebih tinggi dari sebelumnya.
Saya pikir tulisan catatan banjir 2024 akan menjadi tulisan tentang banjir terakhir tahun ini, ternyata peringatan masih akan ada hujan karena musim moonsoon yang sebelumnya diduga ga usah khawatir banjir itu meleset. Yaaa namanya manusia, kita berharap yang terbaik, tapi kalau terjadi yang tak sesuai perkiraan, terima saja dan cari solusinya.
Kami aman di pengungsian
Kami baik-baik saja dan aman di tempat kering dan mudah-mudahan tetap kering sampai banjir berlalu. Pasokan makanan juga aman, karena kami kembali mengungsi di daerah old city, di depan warung makan Indonesia. Staycation jilid ke-2 juga deh. Kami nggak tahu juga apakah air masuk ke rumah atau tidak, nanti diupdate lagi kalau sudah kembali.
Banjir 2024 babak ke-2
Sebelumnya, saya membaca ada beberapa tempat di utara yang mengalami banjir 2 atau 3 kali selama sebulan terakhir ini. Penyebabnya mulai dari badai Yagi dan badai-badai lain yang membuat curah hujan sangat tinggi dan sungai meluap. Ternyata, kami di Chiang Mai juga harus mengalami banjir lebih dari sekali dengan jarak seminggu saja.
Kemarin mulai 3 Oktober, air sungai yang sudah berkurang sampai setengah dari titik puncak sebelumnya, tiba-tiba naik dengan cepat dan tanggal 4 sudah mencapai ketinggian yang sama dengan minggu lalu. Pintu air P1 yang batas bahaya mulai 4.2m sudah mencapai 4.95 menjelang tengah malam.
Hari ini, Sabtu 5 Oktober, ketinggian air di pintu air P1 sempat mencapai 5.30m. Kabarnya air masih akan datang lagi dan Sungai Ping masih akan naik di Chiang Mai walau dari upstream sudah mulai berkurang.
Langsung memutuskan Mengungsi
Kami sudah mengungsi dari hari Kamis sore tanggal 3 sebelum air masuk ke komplek. Kali ini kami mengungsi dengan membawa mobil supaya tidak pusing memikirkan parkir di mana. Tetapi tetap saja hati ini masih tertinggal di rumah. Menurut pantauan kamera rumah, air mulai masuk ke halaman sedikit demi sedikit setiap jamnya. Semoga saja hari ini sudah puncaknya.
Berbeda dengan pekan sebelumnya di mana kami hanya perlu mengungsi 1 malam, sepertinya pengungsian kali ini akan lebih lama. Prakiraan cuaca juga masih akan hujan beberapa hari ke depan. Walau begitu, tentu kita doakan saja badai segera berlal digantikan matahari cerah dan tidak ada hujan badai lagi.
Banjir pekan lalu itu berasa seperti simulasi kecil saja, karena kali ini banjir meluas ke titik yang tidak pernah mengalami banjir sama sekali yang katanya pernah terjadi dalam 50 tahun terakhir. Setidaknya mungkin sejauh itulah pencatatan banjir yang terekam. Banjir kali ini menjadi rekor banjir terparah dalam sejarah Chiang Mai. Benar-benar kita menjadi bagian dari berbagai peristiwa yang tercatat dalam sejarah.
Roller Coaster Mental menghadapi Banjir
Terlepas dari banjir yang berulang dengan jarak seminggu, masih banyak hal yang bisa disyukuri. Tetapi entah kenapa, sulit sekali rasanya fokus dengan hal-hal yang perlu disyukuri.
Rasa khawatir tidak akan menambah umur sedikitpun, yang ada malah bikin umur jadi pendek. Tetapi menerima keadaan itu tidak selalu mudah.
Roller coaster perasaan menghadapi banjir itu selalu sama. Dari merasa pasrah tapi tak rela, sampai ya harus bisa menerima. Kami tidak sendirian, banyak yang mengalaminya. Namanya juga bencana alam.
Pekan lalu, ketika dikabarkan air akan naik lebih tinggi dari banjir sebelumnya, perasaan roller coaster dimulai dari melihat berita level ketinggian air setiap kali. Sebelumnya kami berpikir merasa bisa bertahan di rumah, sampai akhirnya stress melihat air hampir masuk rumah. Akhirnya memilih pasrah dengan mengungsi ke daerah yang aman. Setelah mengungsi 1 malam, kami bersyukur ketika kembali rumah masih selamat dan tidak masuk air. Kami hanya perlu bebersih bagian luar dan merapihkan barang-barang.
Kali ini, belajar dari pengalaman sebelumnya, kami mengamankan rumah dari dalam dan dari luar, lalu mengungsi sebelum air datang ke komplek rumah. Ternyata walau dari kemarin sudah mengungsi, tapi hampir setiap jam yang dilihat adalah pengumuman tentang banjir sudah sampai mana. Karena memang banjir kali ini sungguh luar biasa. Usaha untuk mencegah air ke rumah sebelum kami mengungsi sudah dilakukan, tetapi hasilnya baru akan ketahuan setelah kembali ke rumah.
Rasanya campur aduk antara berserah pasrah dan tidak bisa menerima dan sedih karena melihat banyak rumah yang mengalami banjir lagi setelah dibersihkan pekan lalu. Tetapi sekali lagi, bukan cuma kami saja yang mengalami. Banyak daerah yang selama berpuluh tahun tidak mengalami banjir, kali ini dapat kiriman banjir juga.
Badai pasti berlalu
Kalau pekan lalu, walaupun cukup tinggi, tetapi kita masih bisa memisahkan mana sungai dan mana jalan. Kali ini, jalanan di dekat pintu air P1 sudah menjadi sungai juga. Banyak ruas jalan ditutup. bahkan beberapa ruas jalan yang sebelumnya tidak terpengaruh juga mulai terkena efeknya. Jalan dari rumah kami ke airport juga sudah ditutup.
Kabar terakhir saat saya menuliskan ini, kemungkinan kondisi baru bisa kembali normal tanggal 10 Oktober nanti. Butuh waktu lebih lama untuk air surut dan semua bisa dibersihkan. Sementara itu daerah yang tidak banjir juga mulai akan kekurangan air bersih, karena ada kekhawatiran pipa air pecah diterpa banjir, debit air dikurangi. Mudah-mudahan saja persediaan air bersih hanya dikurangi dan bukan berhenti total.
Badai pasti berlalu. Sudah dibuktikan pekan lalu banjir berlalu, yang ini banjir baru lagi.
Waktu saya bilang ke Joe kenapa ya seminggu kok banjir datang 2 kali. Dia bilang: ini udah minggu yang berbeda, jadi kurang tepat bilang banjir seminggu 2 kali. Terus saya koreksi: ok, ini banjir sebulan 2 kali. Tau ga Joe jawab apa? Dia bilang nggak tepat juga, karena yang sebelumnya banjir bulan September, yang ini bulan Oktober. Bener juga ya.
Percaya saja kalau badai pasti berlalu, kalau ada badai lain datang itu pasti badai yang baru, hehehe. Menghibur diri supaya nggak stress hehee.
Bersyukur kalau kami tetap bisa kering dan sehat-sehat sekeluarga. Kami juga bersyukur kalau ada para pekerja yang membangun tanggul di berbagai tempat untuk menahan air, walau air memang sulit dibendung. Bersyukur ada yang memberitakan perkembangan banjir di Chiang Mai sehingga walaupun tidak melihat langsung ke lokasi, kami jadi tahu apa yang terjadi di sudut lain kota ini. Bersyukur masih banyak orang yang turun tangan membantu proses evakuasi di berbagai tempat. Oh iya tak lupa juga, bersyukur warung Sanjan Indonesian Cafe yang masih tetap memberikan bantuan makanan ke daerah yang terkena banjir.
Bersyukur kalau sekarang matahari bersinar dan ada harapan tanggal berapa semua ini kembali normal. Belajar untuk tetap menghitung berkat dan menghitung hari demi hari sampai semua kembali normal.