Tidak pernah terpikir sebelumnya kalau akhirnya kami bisa berkemah yang beneran tidur di tenda dan bukan model glamping (glamour camping). Tempatnya memang tempat khusus berkemah. Cocok untuk orang yang gak punya pengalaman berkemah seperti kami.

Dari dulu saya sering diajak teman untuk berkemah. Tapi waktu itu saya pikir saya ga akan kuat untuk tidur beralas tipis dan di tenda yang akan terasa dingin sekali. Saya juga gak mau repot memikirkan misal anak-anak bangun tengah malam minta ke toilet. Setelah anak-anak besar, barulah kami mempertimbangkan untuk mencoba berkemah. Ternyata mereka menyambut baik dan malah sangat bersemangat sekali pingin pergi lagi.
Makanya nih setelah bulan Januari 2025, tanggal 17 dan 18 kami pergi untuk pertama kali ke Doi Intanon, hanya berjarak 2 minggu, sekitar tanggal 1 dan 2 Februari kami pergi lagi ke Doi Pui.
Doi dalam bahasa Thai artinya gunung. Jadi kami pergi ke 2 arah gunung yang berbeda yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Chiang Mai.
Contents
Musim Dingin Waktunya Camping

Setiap musim dingin, merupakan musim jalan-jalan di Chiang Mai. Salah satu kegiatan yang banyak dilakukan adalah pergi berkemah ke gunung. Salah satu teman kami orang Indonesia di Chiang Mai bercerita kalau tahun sebelumnya mereka sudah mencoba pergi berkemah. Selain itu mereka juga sudah mencoba untuk glamping.
Saat awal tahun, sakura Thailand juga sedang musim bermekaran. Makanya nih kepikiran untuk sekalian berkemah dan melihat bunga sakura Thailand yang biasanya tumbuh di area pegunungan yang memang lebih dingin daripada kota.
Saat diajak untuk berkemah, saya langsung bilang ok. Tentunya karena kami nggak punya tenda dan persiapan apapun, saya minta tolong teman kami tersebut untuk memesan tenda yang tersedia di area perkemahan.


Ada banyak tenda disewakan untuk yang tidak mau repot memasang tenda seperti kami. Selain tenda, tersedia alas tidur dan sleeping bag juga untuk dipinjam. Di areanya terdapat banyak kamar mandi dan toilet.
Biaya sewa tenda, alas tidur, dan juga sleeping bag cukup murah. Saya lupa persisnya, tetapi pastinya tidak sampai 500 baht totalnya. Padahal kami menyewa 2 tenda, 6 alas tidur dan 2 sleeping bag untuk tambahan dari yang kami beli.
Di area luar dari camping ground juga ada banyak tempat berjualan makanan dan warung kopi selain pasar kaget. Kalau tau begini sebenarnya bisa pergi berkemah tanpa persiapan bawa makanan nih.
Persiapan Camping
Karena kami belum pernah berkemah, saya bertanya ke teman saya kira-kira apa yang biasanya dilakukan saat berkemah. Dari gambaran yang diberikan, kami memesan sleeping bag 4. Karena mama saya ikut ke Chiang Mai, kami memesan sleeping bag juga 2. Saya pikir yang 1 lagi bisa untuk alas tidur atau selimut kalau masih kedinginan.
Selain membeli sleeping bag, kami juga membeli sarung tangan dan kompor gas piknik yang ternyata berhadiah panggangan dan tempat mengukus. Lumayan juga buat masak mie rebus dan manggang roti.
Kami juga membawa makanan berupa roti untuk dipanggang, telur, mie instan, minuman sachet hangat, peralatan makan dan minum dan tentunya air minum. Tadinya masih mau bawa meja lipat selain tikar untuk alas, bantal dan selimut ekstra. Tapi ternyata beberapa benda tidak bisa dibawa karena bagian bagasi mobil kami juga terbatas.
Untungnya kami pergi tidak sendiri. Teman kami yang sudah berpengalaman berkemah membawa lebih banyak makanan, minuman, meja ekstra, bahkan jaket ekstra! Mobil mereka memang lebih besar, padahal mereka cuma bertiga, sedangkan kami pergi berlima termasuk mama saya.
Karena mama saya tidak membawa jaket hangat ke Chiang Mai, sebelum pergi berkemah kami mencari jaket hangat di toko baju bekas. Lumayan dapat harga yang sangat murah dibandingkan membeli baru. Saya juga membeli untuk saya, karena jaket yang saya punya kurang hangat.
Makan Untuk menghangatkan Badan
Karena kami menyewa tenda yang sudah berdiri, kami tidak perlu sibuk memasang tenda. Kegiatan utama yang kami lakukan adalah makan. Udara sore yang mulai dingin membuat kami merasa perlu untuk menghangatkan badan dengan makanan.
Makanan yang paling sedap itu apalagi kalau bukan Indomie rebus. Selain itu kami juga masih makan jagung rebus, telur rebus, dan sate bakar. Kebetulan teman yang datang bersama kami membawa daging yang sudah dibumbui dan tinggal dibakar saja.
Anak-anak juga ikut sibuk membakar marshmallow yang sebenarnya isinya gula semua.
Oh ya, kami juga membawa jamu selain kopi untuk menghangatkan badan. Sejak tiba di sana sampai menjelang waktu tidur, selain ngobrol ya kami makan dan minum sambil menghangatkan badan.
Kami tidak membuat api unggun, karena area perkemahan berada di tengah hutan dan dilarang membuat api unggun. Jadi menghangatkan badannya dari api kompor dan makanan saja.
Tidur di tenda, siapa takut
Walaupun lagi berkemah, anak-anak tidak mau tidur terlalu larut. Setelah perut kenyang, mereka bersiap tidur. Karena udara semakin dingin, lupakan mandi sore. Mereka hanya cuci muka dan sikat gigi. Berganti baju dengan yang lebih hangat, memakai sarung tangan dan kaos kaki lalu masuk ke dalam sleeping bag masing-masing.
Hasilnya karena tidur jam 9 malam, saat tengah malam saya dengar si kecil terbangun dan malah ngobrol karena mungkin dia pikir sudah pagi. Mungkin juga dia terbangun karena agak kedinginan, soalnya dia ga mau masuk dengan benar ke dalam sleeping bagnya. Untungnya papanya berhasil menyuruhnya tidur lagi dan baru bangun setelah jam 5 pagi.
Kami menempati 2 tenda. Anak-anak tidur dengan papanya, saya tidur dengan mama saya. Sepertinya kalau hanya kami berempat, kami cukup dalam 1 tenda saja.
Ternyata tidur dalam sleeping bag bisa cukup hangat kalau memilih sleeping bag yang tepat. Baru tau juga kalau sleeping bag ini ada berbagai kekuatan dalam menahan dinginnya.
Oh ya, saat anak-anak sudah masuk ke tenda bersama papanya, saya dengan teman saya dan mama saya pergi ke luar perkemahan untuk melihat suasana malam di sekitarnya.


Ternyata di seberang area perkemahan ada sebuah tempat glamping dengan tenda yang lebih cantik ataupun karavan. Tentunya kalau menginap di sana akan jauh lebih mahal dibandingkan perkemahan yang kami tempati. Tapi memang kami sengaja berkemah di tempat yang memang tenda sesungguhnya, biar pernah merasakan tidur di tenda dalam sleeping bag, hehehe.
Sekedar catatan buat diri sendiri, ketika pergi ke Doi Inthanon ini, ada kesalahan dalam pemesanan sleeping bag. Saat memesan online, kami tidak memperhatikan kalau hanya ada 2 barang yang dipesan dari Thailand, sedangkan 2 lagi dikirim dari Cina. Saat kami pergi, baru 2 sleeping bag yang datang. Untung saja saya sudah memesan untuk meminjam 2 sleeping bag dari tempat berkemah, jadinya kami cukup membeli 1 ekstra saja ke Decathlon sekalian membeli sarung tangan.
Mobil EV kurang cocok buat naik gunung
Tempat tujuan kami memiliki titik tertinggi di Thailand. Akan tetapi walaupun secara hitungan kilometer mobil listrik kami bisa mencapai tujuan, kami baru menyadari kalau ternyata ketika mobil menanjak penggunaan daya bisa sampai 1,5 lipat dari normalnya.
Salah satu persiapan yang kami lakukan adalah mencari titik untuk mengisi batere terakhir sebelum menanjak. Jarak tempuh normal ke lokasi yang dituju adalah 2 jam dari rumah, tetapi setelah 1 jam perjalanan kami berhenti untuk mengisi batere mobil sekitar 30 menit, untuk kemudian naik ke atas.
Yang mengagetkan, walau kami baru isi sebelum naik, setelah sampai ke tempat tujuan batere kami turun ke titik 60 persen. Memang sih kami tidak mengisi sampai penuh karena tidak disarankan untuk mengisi penuh.
Sayangnya kami tidak menemukan tempat untuk mengisi batere setelah sampai ke area perkemahan. Jadilah kami mengurungkan niat untuk melanjutkan sampai titik tertinggi keesokan paginya. Mungkin lain kali bisa direncanakan lebih baik, atau mengisi lebih banyak lagi dari 85 persen sebelum naik ke atas.
Kami melihat ada beberapa mobil listrik yang juga parkir di area perkemahan, tetapi kami tidak mendapat kesempatan untuk bertanya siapa tahu mereka tahu tempat isi batere di area yang sudah mulai naik ke atas.


Mungkin kalau kami nekat, sebenarnya batere akan cukup sampai ke atas, lagipula ketika jalan turun, karena banyak menginjak rem, baterenya jadi terisi kembali.
Jadi penggunaan daya yang lebih besar dari jalanan normal itu akan dikembalikan sebagian besar saat jalan menurun. Ini teori yang kami pernah tahu tapi baru sekali ini benar-benar mengalami langsung. Lain kali perlu dilakukan eksperimen lebih lanjut untuk naik ke atas yang lebih tinggi, asalkan bawaan tidak terlalu berat seperti saat mau berkemah.
Mobil Listrik ini memang lebih cocok untuk mobil di kota, bukan untuk dibawa pergi ke pegunungan atau tempat yang jauh dan tidak ada tempat untuk pengisian baterainya. Tetapi dengan perencanaan yang baik, bisa dicari cara untuk bisa membawa mobil listrik naik gunung.
Melihat Sakura Thailand
Walaupun tidak jadi pergi ke titik tertinggi di Thailand, keesokan harinya setelah sarapan dan mengemasi barang-barang, kami naik sedikit lagi ke sebuah tempat konservasi anggrek yang juga sedang banyak bunga sakura bermekaran.

Sayangnya di saat itu bunga-bunganya ternyata sudah mulai tergantikan dengan daun. Memang bunga sakura ini sangat sebentar mekarnya.
Merencanakan Berkemah Lagi
Setelah melihat Sakura Thailand, kami langsung pulang ke rumah. Perjalanan pulang terasa lebih cepat dari perjalanan pergi, terutama karena batere yang terisi lagi ke hampir 70 persen saat turun dari tanjakan dan membuat kami tidak merasa perlu untuk berhenti isi batere sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah.
Sampai di rumah, anak-anak langsung bertanya: Kapan kita berkemah lagi? Tadinya saya pikir cukup sekali saja setahun, ternyata 2 minggu kemudian kami pergi lagi bareng dengan teman yang sama ke area berkemah yang berbeda. Ya dipikir-pikir, mumpung masih musim dingin dan masih semangat untuk berkemah.
Cerita berkemah ke Doi Pui dilanjutkan di tulisan berikutnya ya.