Payload XSS non latin

Tadi saya melihat ada yang sharing payload XSS yang hanya menggunakan karakter dalam Hangul (alfabet bahasa Korea), tanpa huruf latin. Biasanya payload butuh huruf latin karena berbagai fungsi (termasuk fungsi “alert”) butuh karakter latin. Di tulisan ini saya akan menjelaskan cara kerja payload ini lalu membuat versi dengan aksara Jawa.

Payload utamanya seperti ini:

([,하,,,,훌]=[]+{},[한,글,페,이,,로,드,ㅋ,,,ㅎ]=[!!하]+!하+하.ㅁ)
[훌+=하+ㅎ+ㅋ+한+글+페+훌+한+하+글][훌](로+드+이+글+한+'(45)’)()

Lanjutkan membaca “Payload XSS non latin”

Security dari level bit (Bagian 2: Encoding Teks)

Saat ini masih banyak user dan juga programmer yang masih bingung dengan masalah “encoding” teks (misalnya ASCII, ISO8859-1, UTF-8, UTF-16, UTF32, dsb). Ini merupakan hal dasar yang penting, baik untuk keperluan sehari-hari maupun dalam bidang security. Ada beberapa attack yang berhubungan dengan encoding teks ini.

Encoding teks dan security

Sekilas topik encoding sepertinya hal yang membosankan dari sudut pandang security, tapi ada ada banyak masalah security yang berhubungan dengan encoding teks. Beberapa contohnya:

  • phishing attack memanfaatkan Unicode character yang mirip (character ambiguity)
  • phishing menggunakan karakter khusus untuk marker RTL (right to left) dan LTR (left to right)
  • Encoding alternatif untuk membypass filter
  • Overlong UTF-8 encoding attack
  • Membuat shell code yang bisa lolos encoding tertentu
  • Buffer overflow karena kesalahan penanganan encoding

Berbagai hal di atas sulit dijelaskan jika tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai encoding, jadi di tulisan kali ini saya akan membahas mengenai text encoding.

Lanjutkan membaca “Security dari level bit (Bagian 2: Encoding Teks)”

Security dari level bit (Bagian 1: Encoding Base N)

Di masa awal kuliah ilmu komputer, mahasiswa diajari berbagai macam hal dasar mengenai komputer. Hal dasar pertama adalah bahwa data bisa dikonversi menjadi bilangan (data di sini berupa teks, foto, video, suara, dsb). Lalu setiap bilangan bisa dikonversi dalam representasi biner supaya bisa diproses oleh komputer digital. Beberapa pelajaran awal arsitektur komputer akan membahas mengenai gerbang logika, lalu bagaimana gerbang logika ini bisa dipakai untuk menjumlahkan. Setelah kita bisa menjumlahkan maka kita juga bisa mengurangi (di sini akan diajarkan mengenai komplemen 2). Setelah bisa menjumlahkan, kita akan bisa mengalikan.

Biasanya mahasiswa masih mengerti konsep-konsep tersebut ketika diajarkan, walau mungkin belum bisa menyambungkan ilmunya dengan komputer yang ditemui sehari-hari. Di masa-masa akhir kuliah, berbagai topik praktis diajarkan. Di sini mahasiswa akan bisa membuat web atau aplikasi praktis. Tapi biasanya ada gap pengetahuan dari hal yang dasar di tahun pertama dengan hal praktis di tahun terakhir.

Hex editor bukan benda ajaib

Contoh yang sederhana adalah masalah manipulasi bit atau pemahaman bahwa berbagai manipulasi data bisa dipahami dari level biner. Kebanyakan orang akan bingung berhadapan dengan hex editor untuk melihat data sebuah file, dan bahkan menganggap kalau hex editor (saja) cukup untuk menghack apa saja.

Lanjutkan membaca “Security dari level bit (Bagian 1: Encoding Base N)”

Ilmu komputer dan security

Seringkali ketika ingin menuliskan topik security, saya bingung mulai dari mana karena banyak sekali topik security yang butuh dasar ilmu komputer yang baik. Tanpa satu dasar yang baik, penjelasan topik security bisa jauh ke mana-mana. Selain itu saya juga sering dapat pertanyaan yang aneh-aneh.

Contoh pertanyaan konyol yang sering saya dapatkan adalah: saya diberi string dalam base64 dan ditanya apa artinya. Atau bagaimana mendecode string heksa yang adalah sebuah hash. Ini sama saja dengan bertanya: 763748 itu angka apa? bisa berupa apa saja, mungkin nomor Induk mahasiswa, mungkin sisa saldo rekening Anda, 6 digit terakhir nomoer telepon gebetan Anda, PIN iPad kakek Anda, dsb.

Kalau bisa melihat isi gembok, lebih gampang membukanya tanpa kunci
Lanjutkan membaca “Ilmu komputer dan security”

Maaf, saya tidak bisa membantu masalah driver Go-jek/Grab

Sejak tulisan saya mengenai bug Go-jek tahun 2016, sudah ada banyak sekali driver yang meminta bantuan saya untuk: unsuspend status driver atau membantu hack aplikasi Go-jek. Saya masih bisa sedikit mengerti kalau ada yang bertanya soal Go-jek, tapi banyak juga driver Grab yang bertanya hal serupa. Semua jawaban saya sama: saya tidak bisa membantu masalah Anda. Silakan diselesaikan dengan pihak Go-jek/Grab.

Biasanya jawaban tersebut dianggap kurang memuaskan, jadi perlu dijawab panjang. Saya sudah capek menjelaskan, jadi akan saya tuliskan jawaban saya di sini agar gampang dilink untuk menjawab. Biasanya pertanyaan awal disambung dengan: Kan dulu Anda bisa ngehack Go-jek, pasti bisa lagi dong?. Begini ya: dulu keamanan mereka itu lemah sekali. Kira-kira keamanannya seperti ini:

Intinya saat itu siapa saja bisa masuk dan mengambil data driver, dan juga data penumpang. Artinya dari mulai KTP, foto wajah, sampai nama Ibu kandung driver bisa diambil, demikian juga informasi penumpang dan berbagai rute yang diambil juga bisa dilihat siapa saja.

Lanjutkan membaca “Maaf, saya tidak bisa membantu masalah driver Go-jek/Grab”

Root check dan jailbreak check pada aplikasi mobile

Artikel ini akan membas mengenai metode untuk mengecek root (pada Android) atau jailbreak (pada iOS) dan mengapa pemeriksaan ini diperlukan. Berikut saya akan membahas bagaimana melakukan bypass pengecekan ini supaya seorang pentester bisa melakukan testing pada aplikasi mobile.

Apa itu rooting/jailbreak?

Baik rooting maupun jailbreak gunanya adalah untuk mendapatkan hak akses setara administrator pada mobile device yang kita miliki. Di Android kita bebas menginstall aplikasi apa saja, di iOS sebuah aplikasi hanya bisa diinstall dalam mode development, dengan jailbreak maka aplikasi tambahan bisa diinstall.

Jika device sudah dijailbreak/root maka sebuah aplikasi kemudian bisa diberi hak untuk melakukan apa saja, termasuk juga membaca data privat aplikasi lain. “Melakukan apa saja” bisa berarti positif, misalnya kita bisa mengganti berbagai aplikasi sistem dengan versi yang lebih baik, menghapus aplikasi bawaan sistem yang tidak terpakai, dsb.

Biasanya seseorang dengan sengaja melakukan rooting/jailbreaking pada devicenya sendiri supaya bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa diijinkan oleh sistem. Contohnya: kita bisa mengganti isi file hosts untuk memblokir iklan di berbagai aplikasi, atau meningkatkan privasi dengan menggunakan aplikasi tertentu yang mencegat berbagai kebocoran informasi (misalnya dengan XPrivacyLua), atau bahkan sekedar untuk mencurangi game tertentu.

Lanjutkan membaca “Root check dan jailbreak check pada aplikasi mobile”

Cerita pengalaman pentesting

Sudah beberapa tahun terakhir saya melakukan pentesting eksternal, menjadi freelancer melalui salah satu perusahaan security di Jakarta. Kali ini saya ingin menuliskan cerita pengalaman, dari mulai kenapa pentesting itu fun, dan beberapa pelajaran yang bisa dipetik (lesson learned) dari pekerjaan pentesting ini. Mengenai pembahasan apa itu pentesting dan serba-serbinya (terutama untuk orang yang ingin produknya ditest), bisa baca tulisan saya sebelumnya serba serbi pentest.

Berbagi ilmu bukan berarti saya sudah jagoan. Saya tidak merasa diri saya sangat jago, dan tidak merasa bahwa apa yang saya pentest pasti sudah aman. Tapi saya merasa ada beberapa hal yang saya tahu yang bisa saya bagikan. Sebagian pentester sangat pelit dengan ilmunya supaya kelihatan jagoan (padahal ilmu pentesting ya itu-itu aja).

Lanjutkan membaca “Cerita pengalaman pentesting”