Tanggal 29 Juni kami baru mulai menikmati Yogyakarta. Kami menginap di Sahid Rich Hotel (yang lagi promo). Secara umum hotelnya bagus. Kualitas koneksi WIFI-nya jelek. Makanan sarapan cukup lengkap (bahkan ada gudeg dan Jamu juga). Karena tidak membawa mainan untuk Joshua, saya menggunakan perlengkapan dari hotel untuk mainan.
Tujuan utama hari itu adalah ke Borobudur. Sampai di sana kami dikerumuni penjaja barang dan payung. Mereka menawarkan 100 ribu per 3 kaos dan 10 ribu untuk payungnya. Kami melewati mereka dan ternyata di dalam harga kaos adalah 100 ribu per 5 kaos dan sewa payung hanya 5 ribu rupiah saja. Di dalam bahkan ada jasa menggendongkan anak supaya tidak capek naik ke atas, tapi kami tidak memakai jasa ini karena tahu bahwa Joshua tidak mau digendong siapapun selain orang tuanya.
Untuk mencapai Borobudur, kami naik trem dengan biaya 7500 rupiah per orang, sudah mendapatkan minuman Aqua botol kecil.
Sampai di Borobudur, kami langsung naik di cuaca yang terik (saya menggendong Joshua). Setelah sampai di atas kami turun lagi.
Supaya tidak capek, kami menyewa delman keluar ke arah parkir. Harganya 75 ribu per delman (ada tiketnya) plus memberi tip ke kusirnya. Perjalanannya cukup panjang menuju ke tempat parkir, jadi 75 ribu itu cukup worth the money.
Sorenya kami diajak makan di Serba Sambal (SS) oleh teman kami, Hesti, yang sempat lama di Chiang Mai. Sayangnya ketika diajak keliling Yogyakarta dalam mobil, Jonathan sudah mengantuk jadi tertidur. Tapi kami jadi punya target kunjungan hari berikutnya: alun-alun.
Hari berikutnya kami berenang, lalu diteruskan makan siang Gudeg.
Lalu kami pergi ke Taman Pintar. Ada banyak wahana gratis dan berbayar di sini.
Yang paling dinikmati Jonathan adalah Planetarium dan naik sepeda untuk belajar lalu lintas.
Selesai dari sana kami menuju alun-alun. Lucu juga di peta ada Alun-alun Utara dan Alun-alun kidul (bukan lor-kidul atau utara-selatan). Kami menikmati makanan di sana yang harganya relatif murah.
Tidak lupa kami menjalani tujuan utama: sepeda kayuh berbentuk mobil dengan LED yang menyala-nyala. Tarifnya 40 ribu kalo satu putaran atau 60 ribu kalau dua putaran. Karena capek mengayuh, kami mengambil satu putaran saja. Untung saja mobil yang paling depan adalah doraemon (yang merupakan tokoh favorit Jonathan)
Tadinya kami akan meneruskan perjalanan ke Bandung, tapi karena mendapatkan kabar bahwa kakak almarhum papanya Risna meninggal, kami kembali langsung ke depok.
Dalam perjalanan kembali, kami melihat bahwa Brexit (brebes exit) arah ke Jawa Tengah/Timur sudah mulai macet. Kami sendiri juga mengalami sedikit macet, tapi berhasil diatasi dengan bantuan Google Map lewat jalan kampung. Kami berangkat sekitar 11 Siang dan sampai sekitar jam 1 malam.
Asiknya jalan jalan bareng keluarga.