Hari ini mau cerita tentang tempelan di dinding yang tadinya tulisannya untuk ulang tahun Joshua dan tidak pernah kami lepaskan sejak beberapa tahun lalu.
Sebenarnya sudah terpikir untuk melepaskan bebeberapa huruf dan menyisakan Happy Day saja, tapi akhirnya baru dilaksanakan sekarang.
Oh iya, sekalian juga mau cerita, setelah bertahun-tahun gak punya meja kerja yang proper, akhirnya saya punya tempat tetap untuk menulis blog. Tepatnya sih, kami memutuskan untuk membeli meja kerja untuk bisa bekerja bersama di dalam satu ruangan.
Meja Kerja Menggantikan Sofa
Saya ingat, waktu tingal di kos, saya senang sekali mengubah-ubah susunan barang di dalam kamar. Tapi, sejak menikah, saya tidak pernah terlalu memindahkan letak perabotan kecuali dibutuhkan.
Buat kami, semua furniture yang ada memang lebih mementingkan fungsi daripada dekorasi.
Akhir Juni lalu, setelah sofa yang seumuran dengan anak nomor 2 mulai rusak, kami memutuskan untuk memindahkan sofa itu dan menjadikan tempat tersebut sebagai ruang kerja.
Kami membeli 2 meja panjang yang besar, plus 4 kursi yang nyaman untuk bekerja. Mejanya menghadap dinding, membelakangi TV. Kalau mau nonton TV bagaimana? ya bisa duduk di kursi kerja, atau di lantai, hehehe…
Sebenarnya Joe punya kamar kerja sendiri, tapi kamar kerjanya terlalu penuh untuk ditambahi meja untuk saya dan anak-anak. Selain itu, anak-anak juga senang sekali menggangu bapaknya kerja.
Saya biasanya akan bekerja di meja makan. Artinya, saya hanya bisa bekerja ketika tidak ada makanan di meja. Kadang-kadang, hal ini yang membuat saya menunda memulai menulis.
Kami memutuskan untuk membeli meja kerja seperti ini, selain supaya saya bisa punya meja kerja, juga untuk tempat anak-anak mengerjakan tugas sekolahnya sambil kami bisa menemani ketika mengerjakan pekerjaan kami.
Biasanya, Jonathan bekerja di depan meja komputer di kamarnya, tapi jadinya saya tidak bisa terus menerus mengawasi pekerjaanya.
Iya, saya memang bukan pekerja kantoran, tapi kan menulis di blog dan mainan Canva atau Kinemaster itu bekerja yang menyenangkan hati sendiri, hehehe.
Konfigurasi Meja Kerja
Karena anak-anak maunya diperhatikan papanya, maka tempat kerja Joe diletakkan di tengah.
Joe bisa bekerja dengan modal layar monitor besar yang dihubungkan ke laptop. Tapi pada dasarnya dia sering juga remote desktop ke komputer di kamar kerjanya.
Saya bekerja di laptop yang layarnya cukup besar, jadi saya tidak butuh layar monitor lagi.
Anak yang nomor 1 duduk diantara saya dan papanya, karena dia sering butuh bantuan dari saya dan atau papanya.
Sedangkan anak yang nomor 2 duduk disamping papanya, karena dia lebih suka mengganggu papanya daripada mamanya.
Di belakang kursi anak nomor 2 ada papan tulis, karena dia suka menulis di papan tulis juga. Selain itu, anak nomor 2 suka bekerja sambil tengkurap di lantai kalau bosan gangguin papanya.
Oh ya, anak-anak sengaja gak duduk berdekatan, karena biasanya kalau berdekatan mereka malah saling mengganggu alias asik main berdua dan ga jadi mengerjakan pekerjaanya.
Meja kerja saya paling dekat dengan rak buku, karena biasanya saya yang butuh mengakses berbagai buku.
Meja kerja kami tidak selalu dirapihkan, tapi sekarang saya bisa menulis tanpa harus menunggu meja makan dibersihkan.
Oh ya, Jonathan tidak diberi komputer di meja bawah, karena dia punya komputer di kamarnya. Kalaupun dia mau main, dia bisa meminjam komputer Joe dengan catatan, pekerjaan utama sudah selesai.
Bahagia bersama keluarga walau hanya di rumah saja
Kembali ke judul, kenapa tulisannya dijadikan Everyday is A Happy Day? Ya biar bisa ingat kalau setiap hari bisa dijadikan hari yang bahagia bersama-sama dengan keluarga. Karena bahagia itu pilihan.
Sambil menulis ini, tiba-tiba saya teringat lagu Badanamu: Together We Are a Family.
Walau sedang di rumah saja, kita bisa memilih untuk menjadikan hari ini hari yang bahagia.
Yuk jangan lupa bahagia hari ini dengan keluarga tercinta. Bersyukur senantiasa dan menjadikan setiap hari adalah hari untuk bahagia.