Pelajaran bahasa Indonesia sering dipandang sebelah mata di masa sekolah. Rasanya dulu lebih banyak yang takut dengan pelajaran matematika dari pada pelajaran bahasa Indonesia. Padahal, buat saya, belajar bahasa itu bisa lebih sulit daripada matematika.
Untuk sebagian orang, mungkin mereka memang sudah terlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sejak kecil. Tapi saya termasuk yang merasa kurang mengerti dengan penggunaan kata-kata yang terlalu baku. Saya masih merasa perlu terus menerus belajar dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik secara lisan maupun tulisan.
Masih lebih nyaman dengan istilah asing
Banyak istilah terkait teknologi yang sudah dialihbahasakan saat ini dan punya padan katanya dalam bahasa Indonesia, misalnya saja kata-kata senarai untuk list, siniar untuk podcast, unggah untuk upload, unduh untuk download dan banyak kata-kata lainnya.
Sampai sekarang saya masih merasa tidak biasa dengan penggunaan kata-kata baku dari banyak kata asing yang sudah ada padanannya. Padahal katanya, kalau sering digunakan, nantinya juga lama-lama biasa.
Dalam perjalanan menulis, saya juga masih lebih sering menggunakan istilah asing daripada bahasa Indonesianya. Kadang-kadang sudah mulai mencoba menerapkan aturan cetak miring kalau memang mau tetap menggunakan bahasa asing, tapi lebih sering tidak dilakukan.
Masalah lain dalam membaca buku berbahasa Indonesia, ada kalanya saya merasa kurang nyaman ketika membaca buku yang terjemahannya kaku. Lalu, ketika saya membaca karya sastra asli Indonesia, saya malah pusing sendiri dengan gaya bahasa yang digunakan.
Saya tahu, seharusnya saya membiasakan diri untuk memakai kata bahasa Indonesia. Seharusnya saya lebih membiasakan diri dengan latihan membaca buku-buku karya penulis Indonesia, akan tetapi, rasanya masih lebih nyaman kalau menggunakan bahasa Inggris.
Peribahasa: alah bisa karena biasa
Mengintip penjelasan dari lektur.id yang mengutip dari kamus besar bahasa Indonesia, penjelasan peribahasa ini adalah kalah kepandaian oleh latihan. Butuh beberapa kali memikirkannya sampai saya mengerti kalau maksudnya adalah di antara yang pandai dan yang terlatih, hasilnya akan lebih baik yang terlatih daripada sekedar pandai.
Tapi makna lain dari peribahasa ini terasa berbeda lagi, karena katanya sesuatu yang sukar jadi lebih mudah kalau sudah biasa dilakukan. Kesukaran dan kepandaian itu hal yang berbeda menurut saya, tapi ya bisa saja makna peribahasa memang seluas itu.
Tiba-tiba saya jadi teringat dengan semboyan Kelas Literasi Ibu Profesional: Practices Make Progress. Maknanya bisa jadi mirip dengan alah bisa karena biasa, tapi jadi terpikir apakah sebaiknya saya mengajukan peribahasa ini untuk jadi semboyan KLIP daripada menggunakan bahasa asing?
Ini contoh lain di mana penggunaan bahasa asing terasa lebih nyaman daripada penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Bukan membenarkan loh ya, hanya memberi contoh kenapa ini sering terjadi.
Kembali ke KBBI dan PUEBI
Penggunaan kata yang sama saja bisa dimengerti berbeda, apalagi kalau kata asing yang digunakan sesama orang yang bukan penutur asli bahasa tersebut. Pada akhirnya memang harus lebih sering membuka kamus besar bahasa indonesia (KBBI) dan juga Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Setelah sering menulis, saya berusaha secara sadar ketika menuliskan kata yang dipisah atau digabung. Ketika mengirimkan pesan instan juga saya berusaha menggunakan huruf kapital untuk kata-kata yang menggunakan huruf kapital. Walaupun harus diakui, saya masih banyak menggunakan singkatan untuk menulis pesan. Tapi saya jarang menggunakan kata seperti jujurly yang dipakai anak jaman now .
Oh ya, banyaknya penggunaan singkatan saat ini juga agak memusingkan bagi saya. Tapi itpun, kalau sudah sering digunakan, lama-lama akan biasa.
Penutup
Pada akhirnya alah bisa karena biasa juga berlaku dalam berbahasa. Kalau belum bisa ya latihan terus sampai bisa. Tidak ada yang sulit kalau sudah tahu, kalau belum tahu ya cari tahu.
Demikian juga dengan berbahasa Indonesia, dengan semangat sumpah pemuda, mari kita terus berlatih berbahasa Indonesia yang lebih baik lagi melaui tulisan-tulisan kita. Merdeka!
Ini salah satu peribahasa kesukaan mamaku: alah bisa karena biasa. Haha, dipikir2 mamaku sering pakai peribahasa untuk menasehati anaknya 😀