Bulan Maret sebenarnya bukan bulan yang ideal untuk berjalan-jalan di utara Thailand. Musim panas dan polusi merupakan kombinasi yang kurang mendukung untuk jalan-jalan. Akan tetapi sepupu Jonathan datang di bulan Maret, karena waktu liburan sekolah mereka ya di bulan Maret.
Kami cukup beruntung karena, ketika keluarga adik datang dengan 2 anaknya, polusi sedikit berkurang. Bahkan ketika di Chiang Rai, ada hujan cukup deras yang membuat kami berkesempatan melihat langit biru yang cerah.
Tulisan ini sekedar catatan rute perjalanan kami ke Golden Triangle dan Chiang Rai.
Contents
Berangkat Jam 8 Pagi dari Chiang Mai
Hari Kamis pagi, kami sudah bersiap untuk berangkat pukul 8 pagi. Kami berangkat dengan mobil Van Toyota Hiace VIP yang memang sudah saya pesan beberapa waktu sebelumnya.
Oh ya, sejak melakukan perjalanan ke Bangkok dengan mobil Van ketika pandemi Covid-19, anak-anak selalu senang kalau tahu akan berjalan-jalan dengan mobil van. Kami juga sudah punya supir yang biasanya akan saya hubungi lagi. Untuk perjalanan kali ini, supir yang biasa tersebut jadwalnya sudah penuh, dia mengenalkan kami dengan abangnya yang juga punya mobil van dan biasa membawa turis juga.
Sampai sekarang, kami memang tidak suka menyetir yang terlalu lama, apalagi dengan kedatangan keluarga, mobil kami tidak muat untuk membawa 2 keluarga, dengan anak-anak yang sudah besar dan tidak mungkin dipangku lagi. Kalau dulu di Indonesia, kami pernah juga nih berperjalanan dari Depok ke Solo dengan mobil Fortuner. Anak-anak masih bisa dipangku dan badannya masih kecil-kecil.
Sehari sebelumnya saya sudah mengontak supir yang baru dan menambahkannya di LINE messenger. Di Thailand lebih umum menggunakan LINE Messenger dibandingkan pesan instan lainnya. Dengan target makan siang jam 12, supir menyarankan kami berangkat pukul 8 pagi dan supirnya sudah datang 30 menit sebelum jam 8 pagi.
Karena sudah terbiasa bangun pagi untuk jalan pagi, anak-anak tidak ada masalah dibangunkan dan disiapkan untuk sarapan sebelum berangkat. Oh ya, karena toh hari itu akan berjalan-jalan yang banyak, kami tidak jalan pagi.
Mampir di Hot Spring Mae Ka Chan
Sesuai jadwal, kami berangkat dari rumah sekitar jam 8 pagi. Sekitar satu jam perjalanan, kami mampir di Hot Spring Mae Kachan yang jaraknya sekitar 70 km dari Chiang Mai.
Tempat ini lebih kecil dibandingkan dengan HotSpring San Kamphaeng. Bisa dibilang tempat ini memang dibangun untuk menjadi tempat mampir yang ingin berperjalanan ke Chiang Mai – Chiang Rai. Di seberangnya juga ada tempat sejenis untuk yang mau mampir di tempat perjalanan kembali.
Kami mampir untuk ke mini market, ke toilet dan membeli kopi. Sedikit foto-foto sekedar kenangan biar ingat udah pernah mampir di sana. Hotspringnya sendiri bisa dibilang biasa saja. Bau belerang tidak terlalu keras seperti di San Kamphaeng. Tidak terlalu terlihat juga kegiatan merebus telur.
Kebanyakan orang yang berhenti paling juga rendam kaki sedikit. Tempat rendam kakinya juga cuma sedikit. Anak-anak mencoba rendam kaki sebentar, tapi katanya terlalu panas, hehehe.
Makan siang di Golden Triangle
Kami melanjutkan perjalanan dari Hot Spring Mae Kachan langsung ke Golden Triangle yang jaraknya sekitar 200 km dari Hotspring. Perjalanan berbelok-belok membuat Joshua yang ketika berhenti minum air jeruk jadi mual dan insiden muntah terjadi di tengah perjalanan. Kebetulan dia duduk terpisah dari yang lain, dan ga sempat ambil plastik.
Untungnya semua bisa dibersihkan. Ada bagusnya juga lantai mobil Van dibuat berbahan kayu, jadi bisa dilap bersih. Kalau misal lantai mobilnya dari bahan karpet, duh nggak tau deh bagaimana membersihkannya, padahal perjalanan masih berlanjut.
Kami tiba sekitar pukul 12.30 siang di Golden Triangle karena sempat berhenti bebersih mobil. Sudah lewat jam makan siang kami yang biasa! Karena belum pernah punya pengalaman makan siang di sana, kami mencoba mencari restoran yang reviewnya bagus di Google. Eh, tetapi ternyata restorannya baru akan buka jam 1 siang.
Akhirnya kami mencari restoran yang biasa menyediakan buffet untuk turis di sepanjang sungai Mekong. Makanannya biasa saja, tapi karena sudah terlambat jam makan, saya nggak mau kelamaan menunggu makanan yang harus dimasakin dulu. Lain kali kalau ke sana, harus mencari rekomendasi tempat makan di Golden Triangle, termasuk jam bukanya.
Naik Boat ke Laos
Salah satu aktitivitas di Golden Triangle adalah menyebrang ke Laos. Namanya juga perbatasan 3 negara, gak seru kalau udah sampe sana nggak nyeberang, walaupun di seberang itu nggak kemana-mana juga.
Untuk ke Laos, kami menyewa boat yang bisa untuk 10 orang. Sebenarnya ada pilihan boat untuk 12 orang atau yang lebih besar lagi, tapi ya tentunya lebih besar lebih mahal dan kami cuma ber-8, jadi saya pikir cukup deh yang ber-10.
Saya tidak memperkirakan kalau boat kecil itu lebih berisik dibandingkan boat yang lebih besar. Awalnya Joshua kelihatan agak takut, tapi lama-lama dia cukup enjoy juga. Kami dibawa melihat perbatasan dengan Myanmar dan Laos, lalu kapal berbalik arah dan menyeberangkan kami ke Laos.
Memasuki daerah Laos, kami tidak perlu cap paspor karena kami hanya ada di area yang memang disediakan untuk turis yang ingin sekedar menyeberang saja.
Tempat yang kami datangi itu katanya sih pasar tradisional, tapi jangan bayangkan pasar becek, karena ini pasar memang jadi tujuan wisata. Pasarnya bahkan lebih modern daripada pasar Warorot di Chiang Mai, tetapi tukang jualannya lebih sedikit.
Dari seberang, kami sudah bisa melihat di Laos ada banyak kasino dan bangunan yang lebih modern. Di pasar yang kami datangi ada beberapa ruko yang terlihat berjualan barang bermerk. Kami ga masuk ke ruko tersebut karena memang nggak niat belanja.
Barang jualannya umumnya oleh-oleh dan beberapa barang seperti tas dan baju yang keliatan bermerk tetapi keliatan banget palsu.
Di Laos kami hanya minum es krim, es kelapa, berkeliling melihat ada apa saja yang dijual tanpa berniat membeli dan kemudian tak lama kami menyeberang kembali ke Thailand.
Oh ya, baru sekarang saya agak bertanya-tanya, rasanya di pasar itu tidak ada restoran ataupun sekedar jual bakso. Untungnya kami sudah makan sebelum menyeberang, jadi tidak terlalu mencari makanan.
Kembali ke perbatasan Thailand, kami foto-foto sebentar sebagai penanda sudah sampai sana.
Menginap semalam di The Heritage Chiang Rai Hotel
Sebenarnya kami ditawarkan untuk mampir lagi ke Maesai dan menyeberang ke Burma. Akan tetapi, anak-anak mulai capek dan ingin beristirahat. Kami memutuskan untuk ke hotel The Heritage Chiang Rai Hotel yang memang sudah dipesan sebelumnya.
Perjalanan Golden Triangle ke hotel sekitar 90 km dan membutuhkan waktu sejam lebih. Kami tiba di hotel sudah jam 5 sore. Untungnya proses check in nggak pakai lama dan semua sesuai dengan pesanan.
Setelah sampai ke kamar, tadinya kami berencana keluar lagi untuk mencari makan malam. Tetapi ternyata anak-anak sudah nggak mau diajak keluar. Jadilah kami memesan room service untuk anak-anak dan bapaknya yang tinggal di hotel, sementara saya dan ipar pergi ke Night Bazaar Chiang Rai.
Oh ya, kami memilih hotel ini karena ada kamar untuk keluarga dengan 2 kamar tidur. Namanya liburan, tidur juga harus nyaman.
Night Bazaar Chiang Rai
Saya pergi berdua dengan ipar yang misi utamanya adalah mencari oleh-oleh. Sebenarnya di Chiang Mai juga ada Night Bazaar, malah lebih besar daripada di Chiang Rai. Tapi dari sejak mereka datang, kami belum sempat ke Night Bazaar di Chiang Mai. Kali ini juga mumpung lagi ada waktu, sekalian adik ipar saya ingin mencari mango sticky rice lagi dan makanan khas Thailand lainnya.
Walau Chiang Mai dan Chiang Rai tidak terlalu jauh, tetapi ini baru kali ke-2 saya ke sana. Sebelumnya kami tidak menginap. Saya jadi ingin melihat juga Night Bazaar di Chiang Rai seperti apa sih.
Ternyata Night Bazaar nya satu lokasi dengan terminal bis antar kota. Berarti kalau naik bis dari Chiang Mai dan tiba di sore hari, bisa langsung mencari makan di Night Bazaar.
Di sekitar Night Bazaar juga banyak hotel, sekilas memang semuanya yang di Chiang Rai ini mirip Chiang Mai, tapi mangganya beda dan harganya juga lebih murah dari di Chiang Mai.
Selesai berbelanja oleh-oleh kami pulang agak awal, karena yang di kamar juga menantikan cemilan yang kami beli di Night Bazaar. Selain itu rasanya kaki sudah cukup pegal berjalan-jalan ke banyak tempat hari ini.
Berhubung tulisan ini sudah panjang, cerita mengunjungi beberapa kuil di Chiang Rai akan dilanjutkan di posting berikutnya.
Fotonya bagus-bagus banget. Ditunggu reviu kamera hpnya.
Hahaha, itu yang moto sebagian aku dan sebagian Joe. Tapi itupun beberapa foto ada yg kuedit lagi brightness nya.
Hp ku masih sama kayak waktu ke Bandung tahun lalu kok dan masih tergolong jarang jepret foto kalau bukan ingat mau ditulis di blog, hehehe.