Hari Senin kami masih di Bandung. Tujuan jalan-jalan ya berjalan lebih banyak. Pilihan jatuh ke Taman Hutan Raya Dago. Alasannya tentunya mencari tempat yang bisa berjalan kaki sambil ngobrol dan banyak tempat untuk minggir kalau terasa lelah.
Awalnya teringat dengan rute perjalanan yang pernah dilakukan di masa kuliah dulu, dari Tahura sampai ke Maribaya. Ternyata rute tersebut jaraknya 5 km! Kejauhan ya, akhirnya kami jalan santai saja sampai merasa perlu putar balik saja.’
Taman Hutan Ruaya Dago, Bandung
Taman Hutan Raya Dago (Tahura) ini letaknya naik ke atas dari terminal Dago. Dulu rasanya tempatnya cukup dekat ke terminal Dago, ternyata masih menanjak lagi ke atas.
Tiket masuk ke Tahura cukup murah, 17 ribu per orang sudah termasuk asuransi. Di dalam ada beberapa tempat untuk menjadi tujuan. Ada taman bermain anak, Goa Jepang dan Goa Belanda, Curug, Penangkaran Rusa, dan Tebing Keraton.
Mengunjungi Tahura ini pilihan yang tepat. Anak-anak bisa menghabiskan energi duluan ditemani papanya, saya bisa ngobrol sambil foto-foto dengan teman-teman yang juga bisa ikutan jalan di Tahura.
Jalan santai sampai dikejar monyet
Karena anak-anak jalannya sangat cepat, Joe menemani mereka di depan. Tak sengaja kami terpisah karena saya memilih jalan yang agak landai menuju Goa Belanda, sedangkan Joe dan anak-anak belok ke Goa Jepang dulu.
Setelah percabangan ternyata kami bisa ketemu lagi karena jalannya menyatu lagi menuju goa Belanda. Namanya jalan sambil ngobrol, ga bisa jalan terlalu cepat. Jadi kami jalan santai saja.
Tiba-tiba sebelum sampai di Goa Belanda, ada monyet yang mendatangi kami. Sebelumnya ada peringatan untuk tidak memberikan makan monyet.
Salah satu dari monyetnya berusaha merebut kantongan yang saya pegang. Setelah itu dia terlihat beringas. Saya baru ingat kalau isi kantongan yang saya bawa itu pisang goreng. Duh dilema seketika dan terpikir memberikan pisang gorengnya daripada digigit atau dicakar.
Setelah sempat berputar-putar antara menghalau dan melindungi kantongan direbut, saya melihat seorang bapak petugas tahura. Saya langsung berteriak memanggil bapak tersebut dan dengan cepat kabur ke tempat yang lebih dekat ke goa Belanda.
Selesai menelusuri goa Belanda dan mengambil foto yang banyak, saya dan teman-teman menghabiskan pisang goreng supaya tidak direbut lagi tasnya.
Dari Swiss dan Chiang Mai bertemu di Bandung
Bertemu kembali dengan salah satu teman yang lama tak bertemu selalu menyenangkan. Tanpa janjian sebelumnya, ternyata salah satu teman yang dulu menetap di Chiang Mai dan sudah pindah ke Swiss sedang liburan ke Bandung. Kami bahkan sebenernya tinggal di area Bandung yang berdekatan. Karena mengetahui rencana kami ke tahura, mereka juga langsung setuju menyusul.
Senang rasanya bisa bertukar cerita dan anak-anak juga mulai bisa main bersama.
Kami bertemu di sebuah kafe kecil yang berada di jalan sebelum Goa Belanda. Tempatnya kecil, tetapi menu makannya ada nasi goreng kampung, makanya kami memutuskan makan di situ saja.
Jadi memang satu tempat itu dipakai bertemu 2 kategori teman. Karena kafenya sepi, cafe itu jadi serasa rumah sendiri.
Kembali ke Depok
Selesai berjalan-jalan di Tahura, kami pulang untuk makan siang di rumah Oma. Kami masih menyempatkan ngobrol lagi sebelum kami pulang sambil
Perjalanan pulang kami memilih naik travel door to door yang menjemput di rumah Oma dan mengantar ke rumah Depok.
Mobil dari Bandung di mulai pukul 5 lewat di sore hari dan tiba di Depok sekitar pukul 8 kurang.
Perjalanan ke Bandung cukup singkat, senang rasanya bisa bertemu dengan teman-teman yang punya waktu untuk bertemu-temu.