Hari ini majalah Playboy Indonesia terbit, gue termasuk orang yang ga setuju dengan terbitnya majalah itu, selain mahal (seperti kata Joe masih lebih murah beli versi digital) kayaknya seperti memancing di air keruh. Beli lisensi nama Playboy tapi isinya paling sama aja dengan majalah dewasa pria lainnya. Gue bukan orang yang setuju dengan cewe-cewe yang berpakaian seksi dan merasa seksi dengan balutan baju minim (padahal baju tertutup kayak Siti Nurhaliza juga bisa bikin dia terlihat seksi), gue juga ga setuju dengan para pria yang menilai cewe dari bungkusnya doang. Walaupun demikian gue bukan pendukung RUU APP (Rancangan Undang Undang Anti Pornografi Pornoaksi) . Gue tidak setuju karena aturan itu terlalu mengambang dan punya banyak interpretasi. Aneh sebenarnya dengan begitu banyak acara 17+ di setiap stasiun TV sejak jam 10 malam, banyaknya komedi yang mengarah ke pornografi seperti penjaga pantai, angels dan gadis rimba, ataupun banyaknya acara sejenis fenomena yang mengupas tempat-tempat prostitusi dalam dan luar negeri, belum lagi majalah ga jelas yang sampulnya cewe berbikini kenapa sebuah majalah dengan nama Playboy yang isinya mungkin gak lebih parah dari itu semua sampai menimbulkan kontroversi. Lanjutkan membaca “Tidak Setuju…”
Penulis: Risna
Atas nama cinta…yang tidak ku mengerti
Kemarin nonton infotaiment, mulai dari kasus Glenn yang menikah dengan Dewi Sandra, Siti Nurhaliza yang berkawan dengan Duda beranak tiga sampai masalah Mayang Sari yang melahirkan tanpa diketahui siapa suaminya (gosipnya sih Pak Mayang sebutannya, tapi..ga jelas juga kapan menikahnya).
Yang gue ga ngerti dengan kelakuan yang dilakukan orang-orang adalah…(terlepas dari dia artis atau bukan, tapi gue yakin kejadian ini terjadi di masyarakat kita, bukan hanya di kalangan artis) Lanjutkan membaca “Atas nama cinta…yang tidak ku mengerti”
Mahalnya internet di kota ini…
Sejak tidak adanya penawaran flat gprs dari provider selular yang memberikan harga murah seperti dulu (gratis atau sebulan 25 rebu) rasanya pencarian untuk internet murah tidak ditemukan juga selain nongkrong di hotspot melsa(yang biasanya harus merogoh kocek buat makanan dan minuman yang akhirnya jatohnya mahal juga) atau nongkrong di kampus (yang artinya harus berjalan kaki atau naik angkot kalau lagi malas jalan kaki). Beberapa hari ini sedang menjajaki beberapa alternatif yang tersedia di Bandung. Lanjutkan membaca “Mahalnya internet di kota ini…”
Life
Life is interesting.. but hard.
in every moment we need to make a choice.
We can choose friends
We can choose hobbies, schools…But there are certain thing that we can not choose
parents, sibling and our self
At this point what we need is acceptance
accept our self, accept our sibbling and accept our parentsThrough this difficulties we need something that always with us.. that what we call God
Parents can leave us, sibbling can leave us, friends and lover can leave us
but God… always thereanonim
Tulisan diatas bukan tulisan gue, tapi…terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sebenarnya penulisnya ga anonim sih, tapi…atas permintaannya maka karya ini dituliskan anonim. Semoga berguna untuk menjadi bahan perenungan.
Pe De
Pernah mendengar kalimat-kalimat berikut?
1. “Aduh aku ga Pe De deh kalau harus ketemu si anu dan si itu dengan dandanan begini, mana ketinggalan sisir lagi, lipstik juga udah abis, bedak udah mulai cemang cemong 🙁 .”
2. “Gilee tuh cewe badan segede gentong udel keliatan kemana-mana, ga punya kaca apa yah, gue aja ga pernah berani tuh make hipster dipadu padan dengan tanktop ketat begitu.”
3. “Wuihhh kok Siti Nurhaliza mau ya dengan duda beranak 3, padahal dia cantiknya jauh diatas rata-rata, coba gue secantik dia, Ari Wibowo yang masih single ajah kutolak!”. Hehehe…semua percakapan tersebut adalah fiktif semata yang terlintas di benak gue untuk mengawali satu hal yang sedang melintas di kepala gue tentang apa yang disebut orang percaya diri alias yang sering disingkat Pe De. Lanjutkan membaca “Pe De”
Kamar Biru
Kemarin, setelah hampir 3 tahun menempati kamar berwarna pink, kamarku berubah menjadi berwarna biru. Walau masih dalam rumah yang sama, berarti ini kali ke dua aku berpindah kamar dalam rumah yang sama. Dari duluu yang namanya pindah kamar ataupun pindah kost itu ga ada enaknya (capenya aja yang banyak). Rasanya capenya pindah kost ataupun pindah kamar hampir sama. Berhubung sudah lebih 10 tahun menumpuk barang, otomatis pernak pernik juga tambah banyak. Mulai kerja jam 1 siang, baru bisa bobo jam 12 malam dalam kondisi kamar masih berantakan. Tapi…ketika tadi pagi merasakan sinar matahari menyapa, mengucapkan salam selamat pagi, rasanya semua lelah yang dirasakan jadi berkurang (walaupun pegal otot masih terasa hehehe…)
Dipikir-pikir, dari dulu kamarku warnanya ya itu itu saja. Biar pindah kost ataupun pindah kamar kalau ga putih, biru ya pink. Ngecat kamar sendiri baru sekali, itu juga nyuruh adik. Kalau yang sekarang ataupun sebelumnya untungnnya aku dapat kamar yang warnanya masih bagus. Oh ya katanya sih kalau kamar biru cenderung bikin ngantuk. Hmm…semoga saja aku tak jadi penidur di kamar yang biru itu, there’s still many things to do this month.
SalesMan
Udah lama ga nulis, banyak kejadian yang menarik untuk ditulis, tapi…as usual, pas mau ngetik kok lupa intinya, samimawon :P. Cerita kali ini adalah kisah nyata yang merupakan gabungan dua kejadian yang terjadi di tempat dan waktu yang berbeda. Kesamaan tokoh adalah kedua tokoh tersebut merupakan salesman. Lanjutkan membaca “SalesMan”