Kritik Nusa/Nusaptel 2.0

Nusaptel 2.0 sudah dirilis beberapa waktu yang lalu. Rilis ini sempat diliput koran seperti Jawa Pos dan beberapa situs web lain. Nusaptel ini juga akan dipakai di universitas Ma Chung. Anda bisa mendownload Nusaptel ini dari situs universitas Ma Chung.

Mungkin sebagian dari Anda masih mengingat kritik saya terhadap bahasa Nusa yang saya tulis 2 tahun yang lalu. Secara singkat kesimpulan waktu itu adalah: bahasa ini belum layak disebut selesai dari design bahasanya, masih memiliki banyak design flaw, dan implementasi compilernya juga masih jauh dari selesai. Sekarang, 2 tahun kemudian dan dengan library hasil lelang dari depkominfo, bahasa ini masih tetap belum selesai, dan implementasi compilernya masih mengandung hampir semua kesalahan dasar yang saya sebutkan dalam kritik saya.
Lanjutkan membaca “Kritik Nusa/Nusaptel 2.0”

Ga Enaknya Tinggal di Luar Negeri

Mumpung lagi rajin ngeblog, sekalian deh nulis bagian yang ini. Terlepas dari betah tidaknya kami tinggal di sini, tapi saya bisa merasakan bahwa ga selamanya yang namanya tinggal di luar negeri itu enak. Kebanyakan orang beranggapan: wah enak ya tinggal di luar negeri bla bla bla dengan asumsi yang berbeda-beda.

Basically manusia tidak pernah merasa puas, jadi mereka selalu melihat orang lain hidupnya lebih enak dari hidupnya sendiri. Kita membuat asumsi di kepala kita kalau si A hidupnya lebih enak dari kita sampai lupa bahwa hidup kita sendiri ga ada kurang-kurangnya. Ah daripada berpanjang lebar soal yang ini, langsung aja deh ke point-point ga enaknya tinggal di luar negeri :

Lanjutkan membaca “Ga Enaknya Tinggal di Luar Negeri”

Mengedit Teks

Sejak beberapa tahun yang lalu saya sekarang sudah menyadari sebagian besar waktu yang saya gunakan adalah untuk memasukkan teks ke dalam komputer. Mengetikkan program, mengetikkan dokumen, membalas email, mengetikkan perintah command line, chatting, menulis blog, dan sebagainya. Sekarang saya merasa sudah menemukan solusi yang pas untuk diri saya dengan editor emacs. Perjalanannya cukup panjang.

Ketika kali pertama memakai komputer, editor pertama yang saya pakai adalah Wordstar, saya cukup hapal dengan berbagai shortcut yang ada (misalnya memilih blok dengan ^KB, lalu ^KK, save dengan ^KS, dsb). Karena shortcut hapalan dari Wordstar, ketika pertama memakai Linux, editor yang sering saya pakai adalah joe. Shortcut default joe sama dengan wordstar, jadi saya bisa berpindah dengan nyaman.

Alasan lain memakai joe adalah masalah resource: waktu itu komputer yang dipakai di kampus ITB adalah 486DX dengan memori 8 Mb, joe jauh lebih ringan dibandingkan emacs dan sedikit lebih ringan dari Vim. Sayangnya joe tidak diinstall di semua komputer, jadi saya belajar editor Vi juga. Meski hapal dengan shortcut dasar (pergerakan kursor, copy paste, search replace, save), saya merasa kurang nyaman melakukan banyak editting dengan vi. Saya masih memakai vi untuk mengedit file konfigurasi.

Mengedit teks di berbagai aplikasi yang berbeda cukup mengesalkan, misalnya saya sedang mengedit teks untuk posting di sebuah forum, kadang saya kesal: wah kok tidak ada ya fungsi find dan replace, karena tadi maksud saya ingin menulis Produk X dan bukan Y. Akhirnya teks harus di copy ke text editor, search-replace, lalu copy paste balik. Lalu banyak editor lain yang tidak mendukung fungsi sederhana tapi penting. Misalnya saya biasanya memperhatikan kapitalisasi sebuah kata. Di kebanyakan editor tidak ada shortcut untuk mengubah sebuah kata menjadi huruf kecil semua, huruf besar semua, atau hanya huruf pertama yang menjadi kapital.

Sekarang saya menggunakan editor Emacs untuk menyelesaikan hampir semua masalah saya. Mengapa memakai Emacs? emacs adalah editor yang sulit dipelajari di awal, tapi memiliki sangat banyak fungsi, dan kita bisa menambah fungsi yang ada. Emacs bisa dipakai untuk banyak hal, jadi tidak perlu mempelajari lagi aneka shortcut dan setting yang berbeda di setiap aplikasi. Emacs sudah cukup terkenal, sehingga bisa diintegrasikan dengan banyak aplikasi lain.

Untuk chatting, saya bisa menggunakan built in IRC client erc dengan server bitlbee. Untuk coding, sudah banyak paket yang tersedia untuk membantu proses coding misalnya Cedet. Emacs sudah terkenal . Untuk mengedit teks ketika browsing, saya bisa menggunakan extension Edit with Emacs di Google Chrome. Dengan itu ketika saya ingin posting comment, atau posting blog, saya tetap bisa memakai editor emacs.

Semoga banyak orang yang sadar juga bahwa mengedit teks merupakan hal yang penting, dan kita perlu berusaha meningkatkan efisiensi kita, untuk menghemat waktu, dan juga agar tangan kita tidak terlalu banyak bergerak dan kena RSI. Banyak hal yang bisa dilakukan, dari memakai editor teks yang baik dan memanfaatkan fiturnya (tidak harus Emacs), sampai memakai keyboard yang lebih nyaman.

Mengasah kapak di dunia IT

Mungkin semua orang sudah tahu kisah mengenai penebang kayu, yang bekerja keras sampai tidak punya waktu untuk mengasah kapaknya. Cerita itu mengajarkan pada kita bahwa bekerja dengan kapak yang tumpul itu merupakan hal yang bodoh. Tapi sampai saat ini saya masih banyak melihat orang yang bekerja tanpa mau “mengasah kapak” di dunia IT. Ada banyak hal yang bisa dipelajari di dunia IT untuk mempercepat atau mempermudah pekerjaan.

Hal pertama yang paling sering membuat gemas adalah masalah shortcut. Ada banyak hal yang bisa dilakukan cukup dengan menekan kombinasi tombol, atau bahkan satu tombol saja. Saya ingat waktu SMU pernah pergi ke warnet, dan orang yang pekerjaannya tukang ketik di situ heran, saya bisa mengcopy-paste dengan cepat tanpa menyentuh mouse. Ternyata dia selalu mengcopy paste dengan mengklik menu edit, memindahkan kursor dengan mouse, lalu mengklik menu edit lalu paste. Saya mengajari dia beberapa shortcut dan trik, dan dia bisa mengetik dengan lebih cepat.

Hal berikutnya adalah fitur-fitur dasar. Banyak orang tidak memanfaatkan fitur word processor dengan optimal. Misalnya banyak yang menulis thesis dan atau laporan dan menuliskan daftar isinya secara manual. Setiap kali halaman berubah, mereka mengedit ulang daftar isi yang dibuat secara manual. Banyak juga yang tidak tahu bagaimana mengaktifkan spelling checker untuk bahasa Indonesia. Banyak yang tidak tahu mengaktifkan conditional formatting di spreadsheet. Banyak waktu dan bandwidth terbuang karena pengirim dan atau penerima tidak mengenal program kompresi untuk mengompress attachment.

Padahal tidak kurang banyaknya situs yang membahas aneka trik sederhana untuk meningkatkan produktivitas, tapi masih banyak sekali yang tidak mau sekedar berhenti dan membaca. Sang penebang kayu bukan diminta berhenti bekerja sebentar buat bermain facebook, tapi untuk mengasah kapaknya.

Ketika melihat programmer, hal yang paling menggemaskan adalah masalah editor/IDE. IDE saat ini sudah cukup canggih, sehingga banyak proses sudah otomatis, seperti auto indentation, auto complete, dan sebagainya. Fitur-fitur tersebut dipakai, karena sudah disodorkan otomatis, sehingga tidak perlu dikonfigurasi. Tapi banyak fitur lain yang sebenarnya ada, tapi jarang digunakan, misalnya shortcut untuk switch antara header dan source file (untuk bahasa yang memisahkan header dan source), fitur refactoring, dsb.

Saran saya untuk Anda yang bekerja di dunia IT, berhentilah dan asahlah ilmu Anda. Jangan habiskan waktu terlalu banyak melakukan pekerjaan secara manual. Apalagi jika Anda adalah programmer, yang semestinya tahu lebih banyak mengenai komputer. Dalam pekerjaan rutin sehari-hari, biasanya ada banyak hal yang bisa diotomasi. Jika pekerjaan Anda hanya berhubungan dengan aplikasi office, belajarlah aneka shortcut, belajar membuat macro, dan bahkan belajarlah bahasa scripting untuk aplikasi tersebut (VBA, dan sejenisnya).

Jika Anda pengguna sistem operasi sejenis UNIX (Linux, Free/Net/OpenBSD, Solaris, dsb) belajarlah command scripting. Jika Anda pengguna OS-X, Anda bisa belajar memakai Automator. Di Windows ada program gratis bernama AutoHotkey untuk membuat aneka shortcut dan skrip (atau memakai yang sudah dibuat orang lain).

Rajinlah Belajar

Sebenarnya tulisan ini sudah lama ditulis, tapi baru ingat menerbitkannya setelah membaca komik ini:http://www.collegehumor.com/article:1792887. Komik itu seperti menyatakan bahwa “kuliah gak kuliah ya kerjanya cuma begitu aja”. Komik itu memang cuma bercanda, tapi itu menyatakan pandangan banyak orang: ngapain sih susah-susah sekolah kalo nggak dapet kerja (atau kerjanya bisa didapatkan tanpa kuliah).

Ada ratusan ribu sarjana di Indonesia ini yang jadi pengangguran. Saya yakin cukup banyak sarjana ini yang pintar dan rajin, tapi saya juga yakin, banyak di antara mereka yang mungkin memang tidak layak mendapatkan pekerjaan. Posting ini terutama dimaksudkan untuk para pelajar dan mahasiswa yang masih sekolah, yang belum menjadi sarjana. Ini hanya bahan pemikiran saja, supaya Anda mau lebih rajin.

Saya pernah jadi mahasiswa, saya pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta, saya pernah mengunjungi beberapa perguruan tinggi negeri selain kampus saya ITB. Saya sering merasa heran melihat para mahasiswa yang sangat malas, namun berharap mendapatkan nilai tinggi, dan berharap bisa segera lulus dan mendapatkan pekerjaan. Sementara itu yang dilakukan ketika kuliah adalah:

  1. membeli puluhan buku mahal yang tidak dibaca.
  2. berusaha untuk tidak mengerjakan tugas apapun. Banyak yang dilakukan, mulai dari mencontek, meminta tolong pacar/teman, mengambil sumber dari internet dan tanpa menyebutkan sumbernya (yang parah adalah sumber dari Internet berbahasa Inggris yang diterjemahkan dengan TRANSTOOL!!), membayar orang lain untuk mengerjakan.
  3. Mengikuti aneka kegiatan tidak penting di luar kampus, shopping, nonton konser, jalan-jalan. Tapi tidak pernah mau datang ke seminar dan workshop.
  4. Meminta orang lain mengerjakan tugas akhir (baik keseluruhan atau bagian yang sulit), atau membeli tugas akhir yang sudah jadi

Lanjutkan membaca “Rajinlah Belajar”

Mereka akan selalu ada

Orang-orang yang mengesalkan dalam hidup ini akan selalu ada. Biasanya saya cuma mengabaikan saja orang-orang seperti ini, tapi kadang-kadang saya suka mencecar balik tergantung mood dan waktu yang tersedia. Saya akan tuliskan beberapa jenis orang yang mengesalkan. Orang-orang seperti ini akan selalu ada:

Orang yang selalu selalu mengkritik orang lain. Jika mereka melihat tulisan di blog, mereka akan mengkritik dalam hal tata bahasa, pemilihan kata, dsb, tapi mereka sendiri tidak membuat tulisan yang berarti. Sepertinya bukan karena tidak sempat (karena sempat membaca + menuliskan kritik), tapi mungkin tidak mampu. Bukan cuma tulisan di blog, mereka akan mengkritik foto, video, software, dan sebagainya.

Orang-orang yang sombong. Mereka akan menganggap semua hal remeh. Mereka menganggap dirinya lebih baik, lebih kaya, lebih cantik/ganteng, lebih murah hati. Mereka akan bercerita tempat-tempat yang sudah mereka datangi, dan akan selalu membandingkan dengan diri Anda. Mereka akan merasa puas kalau dianggap lebih hebat, mereka akan senang kalau kucing miliknya lebih pintar dari kucing milik Anda.

Orang-orang yang selalu merasa menjadi korban. Mereka selalu mengeluh ini dan itu. Mengeluh mengenai kehidupan, mengenai gaji, mengenai kesehatan, mengenai anak, dan sebagainya. Mereka merasa hidup ini tidak adil. Kadang mereka juga akan meminta bantuan setelah menceritakan cerita hidupnya yang seperti sinetron. Tapi biasanya orang-orang ini tidak mau bekerja keras, tidak mau berusaha, dan hanya mengeluh saja.

Orang yang suka mengurusi urusan orang lain. Selalu mempertanyakan dan menasihati orang lain, tapi tidak diaplikasikan ke diri sendiri. Dari sekedar nasihat belajar yang rajin agar cepat lulus (padahal dirinya juga belum lulus), menasihati agar memiliki hobi berguna (dirinya tidak punya hobi berguna), menasihati cepat punya anak (sementara hidup anaknya sendiri tidak benar), sampai nasihat menjalankan perusahaan (sementara dirinya pengangguran). Misalnya banyak orang yang melihat perusahaan kecil bapak saya (karyawannya cuma sekitar 20 orang), yang menasihati ini dan itu, kadang-kadang kalau terlalu kesal, bapak saya akan bilang “coba bikin perusahaan sendiri aja deh, cara saya dah berhasil 10 tahun, saya ingin lihat kalau Anda yang membuat akan jadi seperti apa”.

Orang yang merasa dirinya penting. Mereka suka menyela pembicaraan orang, menganggu acara, menggangu antrian (baik secara langsung ataupun nitip ke calo di depan). Mereka tidak memikirkan orang lain. Mereka membuat pesawat ditunda puluhan menit karena mereka masih asik berbelanja setelah check in dan melupakan jam boarding. Mereka suka menahan lift lama sekali sambil mengobrol dengan temannya sebelum mengucapkan “bye”, sementara di lantai bawah sudah ada puluhan orang menunggu lift turun. Mereka yang merokok di sembarang tempat tanpa mempedulikan orang lain, bahkan di rumah sakitpun mereka akan merokok.

Orang yang tidak mau mendengar. Meskipun Anda sudah memberikan bukti yang tak terbantahkan, mereka tidak akan berubah pikirannya. Meski sudah dibilang bahwa program X cuma penipuan, meski sudah ditunjukkan aneka kejanggalan, mereka akan tetap membela X.

Orang yang tidak tahu prioritas. Mereka akan mati-matian membela hal kecil, mereka akan mengomeli penjaga toko selama 30 menit untuk kembalian yang kurang. Mereka akan mempermasalahkan soal makanan, soal posisi meja, soal pakaian. Tapi mereka tidak akan mempermasalahkan kalau mereka berbohong, menyakiti hati orang lain, atau bahkan korupsi ratusan juta rupiah.

Orang yang menghabiskan waktu berdebat di mailing list. Sesekali orang berdebat di mailing list cukup wajar. Tapi ada saja yang kerjaannya hanya berdebat. Mereka berpindah dari satu milis ke milis lain untuk berdebat. Ada juga yang menuliskan aneka topik di mailing list, topik ngalor ngidul seperti ngeblog (yang ini sih cuma sedikit mengesalkan). Yang mengherankan mereka akan menulis puluhan ribu kata setiap bulannya, mengkritik semua hal di sekitarnya. Sementara jika waktu itu digunakan untuk datang membantu masyarakat secara langsung, masalahnya sudah akan selesai. Mungkin mereka bisa membuat buku gratis yang bisa berguna bagi semua orang, tapi mereka lebih suka kalau ada orang yang menantang pendapatnya dan ingin meng-crush (mempites kalo orang jawa bilang) orang yang melawannya itu di mailing list.

Orang yang pikirannya hanya tentang uang. Pikirannya hanya soal uang, mengenai bagaimana hal ini seharusnya bisa menghasilkan uang. Mengkritik orang karena hobinya tidak menghasilkan uang. Mengkritik uang yang terlalu banyak dibelanjakan untuk suatu tujuan tertentu. Misalnya: program Alkitab ini mestinya bisa dijual, bisa menghasilkan uang, atau ngapain punya HP banyak-banyak, mending beli ini dan itu (padahal HP-HP tersebut saya gunakan untuk development SymbianBible).

Orang yang terlalu khawatir dengan makanan. Sebenarnya memperhatikan makanan adalah hal yang bagus, tapi tidak perlu setiap kali makan memberitahukan segala macam fakta mengenai bahaya makanan X, atau gunanya makanan Y, jangan memakai microwave, jangan begini dan jangan begitu. Tidak perlu juga memberitahu itu ketika ada acara makan bersama, bukankah tujuannya sesekali menikmati hidup ini dengan makanan yang Tuhan berikan?

Orang yang sok tahu. Orang-orang ini akan membaca sedikit hal X dan akan percaya. Masalahnya mereka adalah orang yang tidak mau mencari tahu lebih banyak lagi. Mereka akan menasihati orang mati-matian dengan nasihat yang salah. Beberapa kali saya mendapatkan “kuliah” mengenai kenapa sebaiknya memakai software ini atau membeli hardware itu, dari orang-orang yang bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan.