Sudah 18 bulan saya dan istri saya tinggal di Chiang Mai, Thailand. Chiang Mai merupakan salah satu tujuan wisata populer di Thailand, dan merupakan kota terbesar kedua setelah Bangkok. Satu hal yang sering ditanyakan oleh warga Thailand adalah sudahkah pergi ke tempat wisata X di Thailand? Umumnya jawaban kami adalah “belum”, karena kami memang bukan tipe orang yang suka jalan-jalan. Sekitar 3 bulan setelah kami di sini, kami pernah kedatangan tamu orang Indonesia, dan sempat mengantar mereka jalan-jalan ke beberapa tempat di sekitar Chiang Mai, dan kesimpulannya: wah ternyata tempat yang mereka bangga-banggakan tidak lebih indah dari Indonesia. Kami memang kagum dengan promosi dan kebanggaan warga Thailand pada tempat wisatanya, kami juga kagum dengan pemeliharaan tempat wisatanya, tapi dari segi keindahan alamnya, rasanya masih jauh kalah dari Indonesia.
Kepergian kami ke berbagai tempat wisata itu membuat kami ingat betapa indahnya Indonesia. Dua bulan sebelum berangkat ke Thailand, kami mengunjungi Bali untuk pertama kali. Mulanya kami datang sebagai bagian dari panitia Asia Open Source Symposium, tapi setelah acaranya selesai kami memutuskan untuk tinggal lebih lama. Sebagai panitia kami tidur di hotel berbintang, tapi untuk meneruskan wisata dengan biaya sendiri, kami tidak ingin mengeluarkan biaya yang banyak. Tadinya kami pikir hotel dan biaya jalan-jalan akan cukup mahal, tapi ternyata ada banyak travel agent yang menyediakan paket murah selama di bali, misalnya yang kami pakai adalah http://www.balitrip.com/. Kami memilih paket yang murah, hanya 1.2 juta rupiah untuk berdua. Paket yang kami ambil sudah termasuk hotel (3 hari 2 malam), mobil Timor, dengan sopir yang sekaligus jadi guide, dan gratis biaya masuk ke berbagai tempat wisata. Kami hanya perlu ekstra uang untuk makan malam dan membeli oleh-oleh karena paketnya sudah termasuk makan pagi dan siang.
Mungkin tidak adil membandingkan Bali dengan beberapa tempat wisata di Chiang Mai yang mungkin belum dikenal dunia. Akan lebih adil kalau membandingkannya dengan beberapa tempat wisata di Bandung. Tujuh bulan setelah kami di sini, kami pulang untuk liburan Natal. Kami ingin mengunjungi tempat wisata di Bandung yang belum pernah kami kunjungi yaitu kawah putih dan situ patenggang. Ternyata pandangan kami tidak berubah: Indonesia memang jauh lebih indah. Kelemahannya memang kurangnya promosi dan kurangnya pemeliharaan tempat wisata. Ada banyak teman kami yang asli Bandung yang belum pernah mengunjungi tempat itu, dan kalau belum pernah ke sana, bagaimana bisa membanggakan tempat itu pada para pendatang baik lokal maupun internasional.
Saya pernah pergi ke sebuah sisi Danau Toba, di mana sebuah sekolah informatika berdiri, tapi saya pergi ke sana untuk tujuan pekerjaan. Awal tahun 2008 ini kami mengajak Ibu saya untuk benar-benar mengunjungi Danau Toba. Danau Toba sangat luas, dan pemandangannya beragam, tapi semuanya sangat indah. Di bulan Maret, untuk pernikahan adik ipar saya, kami kembali pulang ke Indonesia, kali ini saya mengajak seluruh keluarga saya untuk melihat keindahan danau Toba. Kali ini kami menyempatkan diri mengunjungi pulau Samosir, pulau terbesar yang ada di sebuah danau. Pemandangan tepi danau Toba dari Samosir juga sama indahnya dari sisi yang lain. Sayang tidak banyak turis baik lokal maupun asing yang mengunjungi Danau Toba.
Mayoritas penduduk Thailand beragama Budha, tapi saya kaget ketika mengetahui rekan-rekan kerja saya tidak seorangpun pernah mendengar Borobudur, kuil Budha terbesar yang ada saat ini. Setelah mendengar aneka kisah dan informasi mengenai Borobudur, mereka sangat tertarik untuk mengunjungi Borobudur (selain Bali), mudah-mudahan rencana mereka untuk datang ke Indonesia tahun depan bisa terwujud.
Kalau dipikir, berwisata di Indonesia jauh lebih menyenangkan dibanding di luar negeri. Beberapa perbandingan:
- Di beberapa tempat di berbagai negara (misalnya Thailand), turis asing dikenai tarif masuk lebih tinggi (hingga 10 kali lipat dibanding penduduk lokal). Berwisata di negeri sendiri lebih enak karena kita menjadi penduduk lokal.
- Guide kadang tidak bisa menjelaskan dengan baik hal-hal yang ingin kita ketahui, baik karena ketidaktahuan ataupun bahasa Inggris yang pas-pasan. Di negeri sendiri kita bisa mengobrol dengan penduduk lokal dengan bahasa Indonesia yang bisa menjelaskan aneka macam hal mengenai tempat dan budayanya.
- Aneka macam barang ternyata lebih murah di Indonesia, dan banyak barang Indonesia yang ada di luar negeri. Risna pernah menemui Ibu-ibu dari Malaysia yang berbelanja baju di Bandung karena lebih murah dibanding di Malaysia. Ketika adik saya studi tour ke Malaysia, dia melihat sebagian penjual yang berteriak “batik asli Indonesia”, dan waktu membeli oleh-oleh di pasar Warorot di Chiang Mai, kami hampir saja membeli Batik buatan Indonesia.
Saya memang belum melangkah lebih jauh dari asia, tempat yang sudah saya kunjungi hanya Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Taiwan, tapi saya sudah punya tekat akan berusaha memprioritaskan untuk berwisata di Indonesia. Tahun depan kami ingin sekali bisa mengunjungi Lombok dan Bromo, dan mudah-mudahan kami bisa mengunjungi lebih banyak lagi tempat-tempat di Indonesia di kesempatan berikutnya (seperti Nias, Danau Singkarak, dll). Kami berdua berharap akan ada lebih banyak orang Indonesia yang mau mengunjungi Indonesia, dan mempromosikannya dalam bentuk tulisan. Mudah-mudahan banyak situs seperti http://indonesia.travel yang memberi informasi lebih banyak kepada kami dan kepada banyak calon turis lainnya.