Ada banyak sekali buku yang menarik untuk dibaca, tapi tidak cukup waktu untuk membaca semuanya (apalagi kalau sambil online, pasti jadinya teralihkan deh perhatiannya. Maka saya menantang diri sendiri untuk membaca buku sampai tuntas. Setelah berhasil membaca beberapa buku (dan menuliskan sedikit catatan tentang buku yang dibaca di blog), saya jadi semakin bersemangat untuk menantang diri sendiri membangun kebiasaan membaca.
Saat ini saya punya banyak sumber buku untuk dibaca. Buku-buku yang dibeli ketika pulang ke Indonesia, buku dari hasil big bad wolf dan juga buku elektronik di Kindle, ipusnas dan Gramedia Digital. Supaya tidak sia-sia, semua itu akan dibaca, tapi ya perlu niat untuk bisa menyelesaikan membaca buku-buku yang ada.
Buku Fisik Vs E-book
Buat saya, tidak masalah buku itu fisik atau digital, yang lebih penting buku itu isinya bisa dibaca dan menarik untuk dibaca. Ada beberapa masalah ketika membaca buku fisik ataupun buku elektronik.
Masalah membaca buku fisik antara lain:
- sering lupa membawanya (kadang malas juga bawa-bawa buku).
- kalau bukunya kecil, otomatis huruf yang digunakan kecil, sakit mata membacanya. kalau bukunya besar, jadi berat membawa-bawanya
- harganya biasanya lebih mahal daripada buku elektronik
- buku fisik berbahasa Indonesia hanya bisa didapatkan kalau sedang pulang, ongkos kirim mahal kalau mau ngirim buku fisik dari Indonesia
Masalah membaca buku elektronik:
- kalau baca di handphone, tulisannya terlalu kecil dan menyiksa mata. Akhirnya harus bawa-bawa tablet kalau mau nyaman membacanya. Tapi kemudian masalah membawa tablet ini hampir sama dengan masalah membawa buku fisik
- kalau lagi niat banget, bisa juga sih tetep memaksakan diri baca buku di handphone, tapi setelah itu menyesal karena efeknya terasa di mata.
- untuk format buku pdf seperti di gramedia digital dan ipusnas, agak kurang nyaman karena tidak bisa diubah ukuran hurufnya
- paling enak itu baca buku dengan aplikasi kindle atau yang formatnya epub, karena hurufnya bisa diatur cukup besar
- kalau bacanya di hp, suka teralihkan perhatian kalau ada pesan yang masuk atau tergoda buka-buka media sosial lainnya
Akhirnya yang saya lakukan adalah: menetapkan niat untuk membaca buku yang sudah dipilih untuk diselesaikan dan membuat ceklist harian untuk melakukan kegiatan baca. Paling tidak dalam sehari saya membaca 1 bab dari buku yang sedang saya baca, kalau baca cuma 1 halaman, itu sama saja dengan belum membaca.
Fiksi Vs Non Fiksi
Kesalahan terbesar saya sebelum-sebelumnya adalah, saya menuntut diri sendiri untuk membaca buku yang “berguna”. Saya pernah menganggap bacaan fiksi itu tidak lebih berguna daripada buku-buku non fiksi yang berisi tips parenting ataupun tips-tips lainnya. Tapi, memaksakan diri membaca yang berat-berat itu bikin jadi berat dan akhirnya malah tidak jadi baca. Makanya sekarang saya memutuskan untuk membaca buku fiksi juga selain non fiksi. Perasaan senang ketika berhasil menyelesaikan membaca 1 buku, menjadi motivasi untuk membaca buku berikutnya.
Untuk memilih buku fiksi, saya melihat kepopuleran sebuah buku. Dulu, saya mulai membaca buku Harry Potter karena 2 teman saya selalu membicarakan buku itu ketika kami bertemu. Saya membaca supaya tidak bengong karena gak mengerti mereka lagi ngomong apa. Ternyata, ketika bertemu dengan Joe, dia juga penggemar Harry Potter, jadi ya ada gunanya saya memaksakan diri membaca Harry Potter karena jadi nyambung ngobrolnya.
Membaca fiksi juga bagus untuk melatih imajinasi saya. Bagaimana bisa menuliskan cerita kalau saya tidak membaca cerita orang lain. Membaca fiksi ini tapi tergantung mood juga. Biasanya, buku fiksi digunakan penulisnya untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu juga. Kalau pesannya tidak sesuai dengan kata hati, pasti males nerusin bacanya.
Kalau memilih buku non-fiksi, biasanya saya lihat dari judulnya. Berikutnya saya lihat reviewnya atau kutipan-kutipan di dalamnya. Kalau review dan kutipannya terlihat menarik buat saya, akan saya teruskan.
Saat ini, bacaan saya biasanya sesuatu yang sudah dibaca Joe, atau ya dari rekomendasi teman-teman di grup KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional). Kadang-kadang kalau ada buku yang sudah selesai saya baca dan cukup menarik, saya juga berusaha membaca karya lain dari penulis buku yang sudah saya baca tersebut.
Mulai saja membaca
Selain memilih-milih format buku dan judul buku yang akan dibaca, terkadang yang paling penting dilakukan adalah: mulai saja membaca buku apapun yang ada di “rak buku” kita. Buat saya, membaca buku itu tergantung kebutuhan. Buku Marie Kondo saat ini kembali ke dalam rak, karena setelah membaca beberapa bab, saya tahu kalau saya belum bisa mengikuti saran-sarannya. Mungkin akan ada waktunya buku itu saya tuntaskan atau ya jangan-jangan buku jadi jadi salah satu yang tidak spark joy lagi hahahaha.
Salah satu buku yang saya berhasil selesaikan dengan cepat itu misalnya buku Keep Going – nya Austin Kleon. Awalnya setelah melihat review dari teman di KLIP, saya langsung mencari bukunya di Kindle dan mendownload bagian contohnya. Eh ternyata bukunya sangat menarik dan ya langsung deh dibeli. Hasilnya, bukunya selesai dibaca dalam beberapa jam. Jadi memang kadang ya mulai saja baca, dan kalau mood nya lagi pas, bisa selesai dengan cepat. Kalau lagi ga mood baca gimana? ya cari bacaan ringan. Waktu baca buku Resign juga saya kaget bisa baca dengan cepat. Kaget sendiri karena saya biasanya baca buku sangat lambat.
Bagikan
Menuliskan apa yang menarik dari sebuah buku bisa membantu orang lain memutuskan untuk membaca buku yang sama atau tidak. Apalagi buat saya yang bisa lupa dengan jalan cerita dari buku yang pernah saya baca. Karena itu, mulai tahun ini saya akan mencoba menuliskan apa saja hal-hal menarik buat saya dari buku yang saya baca. Tulisannya tidak harus berupa resensi buku yang menyeluruh, nanti kalau bikin resensi lengkap, bisa-bisa orang tidak jadi membaca bukunya karena merasa sudah cukup dengan tulisan kita.
Kalau kamu punya tips untuk memilih buku untuk dibaca atau bacaan yang menarik, silakan tuliskan di komentar ya.