Hari Sabtu, 11 Juli 2020 yang lalu, saya berkesempatan mengikuti acara Webinar yang diadakan Bebras Biro Bandung Raya. Materinya tentang computational thinking. Sebelum mikir rumit, computational thinking (CT) ini sebenarnya proses berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah dengan landasan komputasi (menyelesaikan masalah yang diinspirasi dari cara orang menyelesaikan masalah di ilmu komputer).
Sebelum makin bingung, saya akan perkenalkan terlebih dahulu apa itu Bebras. Bebras adalah sebuah inisiatif internasional yang tujuannya adalah untuk mempromosikan Computational Thinking (Berpikir dengan landasan Komputasi atau Informatika), di kalangan guru dan murid mulai tingkat SD, serta untuk masyarakat luas. Di Indonesia, pelaksanaan promosi CT ini dilakukan oleh National Bebras Organization (NBO) Indonesia, dengan perwakilan sejumlah Bebras Biro yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Joe sudah pernah menuliskan tentang cara mengajarkan CT ke anak-anak dan juga membahas game yang menggunakan CT. Webinar yang saya ikuti ini diadakan dengan tiga topik, dan dilengkapi dengan sesi tanya jawab:
- Pengenalan Computational Thinking
- Pembelajaran Computational Thinking
- Gerakan PANDAI dan Tantangan Bebras
Hari ini saya hanya akan menuliskan catatan dari sesi pertama saja.
Pengenalan Computational Thinking
Sesi pertama untuk pengenalan CT ini dibawakan oleh Bu Inge. Setelah sekian lama tidak melihat Bu Inge mengajar, sejenak saya merasa bernostalgia seperti masa kuliah.
Computational Thinking tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena kalau diterjemahkan menjadi cara berpikir komputasional, tapi makna komputasional dalam CT itu lebih dari sekedar berhitung.
Penekanan yang diperlukan untuk memahami CT ini bukan sekedar diajarkan, tapi dilakukan/dipraktekkan dalam berbagai proses pengambilan keputusan.
Pendidikan CT ini merupakan penyemaian benih kebudayaan digital, karena saat ini kita hidup di dunia serba digital. Tapi kita jangan salah, belajar CT tidak selalu harus menggunakan komputer. Kita bisa belajar CT tanpa komputer karena CT itu proses berpikirnya dan bukan sekedar bahasa pemrograman ataupun aplikasi.
Kenapa kita perlu proses berpikir CT? Karena sekarang di dunia digital yang serba cepat ini, kita harus tetap bisa berpikir jernih dalam mengambil keputusan dari persoalan sekompleks apapun.
Kalau kita terbiasa dengan pola pikir yang sistematis, kita bisa melihat pola ataupun memecah persoalan besar menjadi beberapa persoalan kecil dan dengan cepat mengambil keputusan.
CT ini juga bukan cuma milik orang yang bekerja di dunia komputer saja. Tapi semua bidang yang lain perlu untuk memiliki kemampuan CT, dan berikutnya yang dibutuhkan itu kerjasama dari semua bidang dengan bidang komputer.
Bu Inge juga menjelaskan hubungan CT dengan Merdeka Belajar. Dengan adanya pola pikir yang baik, kita bisa berinovasi dalam norma yang ada. Merdeka melakukan apa saja tapi tetap sesuai norma dan aturan.
Dengan pendidikan CT, ketika berhadapan dengan masalah, kita akan terbiasa untuk berpikir dan bertanya:
- Apakah masalah ini bisa diselesaikan dengan mudah oleh komputer?
- Apakah ada pola antara masalah ini dengan masalah yang pernah diselesaikan sebelumnya?
- Bagaimana mengorganisasikan data untuk menyelesaikan persoalan?
- Bagaimana menciptakan solusi umum dari sekumpulan persoalan sejenis
- Bagaimana langkah-langkahnya untuk menyelesaikan sebuah persoalan?
- Bagaimana strategi komputasional yang mungkin untuk menyelesaikan sebuah persoalan?
- Apa batasan yang perlu diperhatikan untuk menyelesaikan sebuah persoalan?
CT itu bukan sekadar pemrograman, bukan sekadar hafalan, dan bukan sekadar perhitungan . CT itu dilakukan dengan banyak berlatih dan praktek langsung. Melatihnya bisa dengan mengikuti Bebras Challenge, melihat soal-soal yang terkait dengan analisa data, melakukan pemrograman dan bukan sekedar menuliskan kode, dan juga melakukan modeling dan simulasi.
Apa itu Bebras Challenge dan seperti apa sih contoh pembelajaran CT? Tunggu tulisan berikutnya ya.
Salah satu manfaat dari terbiasa berpikir dengan CT ini juga tidak jadi stress ketika dihadapkan dengan sekumpulan berita soal pandemi dan tetap bisa berpikir jernih menerima pandemi akan berlangsung lama, hehehe.
Buat yang tidak sabar ingin melihat kelanjutannya, bisa melihat rekaman webinar ini di Youtube.
2 thoughts on “Cerita dari Webinar Merdeka dan PANDAI dengan Computational Thinking (Bagian 1)”