Joshua sudah 6 tahun, sudah waktunya belajar lebih terstruktur. Buku pelajaran yang sudah dibeli sejak tahun lalu akhirnya mulai diberikan.
Tapi, karena Joshua ini sudah tahu banyak dibandingkan apa yang ada di buku, terkadang terpikir untuk tidak harus mengerjakan bukunya secara berurutan dan langsung ke bagian. yang dia belum tahu.
Belajar dan Bermain
Setelah menimbang-nimbang, buku level TK nya saya skip dan hanya dikerjakan sebagian saja. Toh dia sudah melakukan hampir semua yang diinstruksikan dalam buku secara mandiri.
Kemarin saya memberikan buku pelajaran Matematika kelas 1. Tapi sepertinya buku kelas 1 di awal ini masih sangat mudah, dalam sehari Joshua menyelesaikan 5 unit sekaligus.
Memang isi pelajarannya sedikit sih, apalagi mulai dari pengenalan angka 1, ini sih dia udah bisa sejak masih balita, hehehe…
Herannya, kalau saya mungkin akan segera bosan mengerjakan hal yang saya sudah tahu, tapi Joshua nggak begitu. Dia tetap saja mengerjakan semuanya dengan senang hati.
Keesokan harinya, pagi-pagi dia melanjutkan mengerjakan beberapa pelajaran. Hari ini, tanpa disuruh dia duduk mengerjakan dan bilang ke saya kalau ini waktunya dia mengerjakan tugas sekolahnya.
Saya tentu saja dengan senang hati langsung mendampingi dia mengerjakan buku pelajarannya.
Oh ya, Joshua akan mengerjakan kurikulum yang sama dengan yang dipakai Jonathan. Tapi, karena dulu Jonathan mulai dari kelas 2, saya belum pernah menggunakan bahan ini untuk mengajar kelas 1.
Semoga pelajaran kelas 1 ini akan berjalan lancar untuk Joshua. Bahan yang sudah saya beli untuk Joshua itu ada pelajaran Math, Reading, Language Art dan Bible. Semua pelajaran dalam bahasa Inggris.
Sebenarnya Joshua sudah bisa membaca, tapi dia belajar sendiri dan saya tidak tahu apakah dia masih akan mau mempelajari segala bunyi phonics yang dikenalkan di buku belajar membaca.
Kalau sekedar membaca bahasa Inggris, saya dulu juga belajarnya ga pakai phonics. Tapi, kalau Joshua tidak diajarkan dengan benar phonicsnya, bisa-bisa di kelas 2 repot ketika belajar Language Art dan ketemu dengan segala bentuk phonics. Makanya saya akan tetap mengajari bahan yang ada di buku, walaupun Joshua sudah bisa membaca.
Kurikulum dan Improvisasi
Sebenarnya Joshua ini lebih cocok belajar tanpa struktur. Tapi, seperti halnya kekhawatiran orang tua lainnya yang tidak percaya diri kalau tidak mengirimkan anaknya ke sekolah (walau akhirnya belajar di rumah dan ketemu guru lewat layar), saya memilih menggunakan buku tertentu supaya saya yakin tidak ada yang terlewatkan.
Main game di Nintendo dan tablet juga salah satu cara Joshua belajar. Joshua senang main game yang sifatnya menciptakan level sendiri. Kami perhatikan, cara dia memberi nama setiap level juga cukup mewakili level yang dia buat.
Homeschooling yang terbaik saat ini
Untuk pelaksanaan homeschooling saat ini kami masih fleksibel. Biasanya sih pagi-pagi waktunya untuk mengerjakan lembar kerja dari buku, sisanya belajar dari mainan apapun.
Salah satu yang kami syukuri memutuskan menghomeschool anak-anak adalah, kami tahu dengan baik apa saja yang anak-anak pelajari dan apa yang mereka belum ketahui. Di masa pandemi begini, kami tidak ada dilema membayar uang sekolah tapi tetap harus mengajar anak di rumah.
Sebenarnya, ada banyak penelitian yang bilang unschooling sebagai salah satu metode homeschooling dan bisa berhasil tanpa buku kurikulum. Akan tetapi ini kembali lagi ke tipe anaknya juga.
Untuk anak rajin seperti Joshua, yang tiba-tiba suka menciptakan sendiri permainannya dan suka mengajarkan apa yang dia ketahui, unschooling dengan panduan sepertinya masih baik-baik saja.
Setiap anak tidak sama, setiap keluarga pun punya pertimbangan masing-masing dalam mendidik anaknya. Buat kami, homeschooling adalah yang terbaik saat ini.
Untuk para orang tua yang harus menemani anak di masa pandemi, tetap semangat ya!