3 Hari 2 Malam: Chiang Mai – Bangkok – Chiang Mai

Sudah beberapa hari ini nulisnya draft doang. Sebenarnya ada banyak sekali yang ingin diceritakan, sampai tidak tahu mau mulai cerita dari mana. Ibaratnya kalau kejadiannya adalah cerita dalam drama, semua terasa ingin dituliskan secara detail.

Banyak cerita, sedikit tenaga

Masalah terbesar kenapa akhirnya tidak dituliskan adalah, karena tenaga untuk menuliskannya tidak ada. Dengan begitu banyaknya hal yang terjadi dan ingin dituliskan, akhirnya malahan menuliskannya seadanya doang.

Tapi, kalau tidak dituliskan pasti nanti jadi lupa. Jadi, kalau ada yang gak ngerti juga nggak apa-apa, karena tulisan ini sekedar catatan buat kami tentang perjalanan yang baru dilakukan dalam 3 hari 2 malam kemarin.

Selasa, 14 September: Chiang Mai – Bangkok

Dengan situasi pandemi seperti sekarang, ke Bangkok itu jelas bukan masuk dalam daftar rencana perjalanan. Kalau boleh memilih, saya akan memilih di rumah saja deh.

Tapi, ada hal yang tidak bisa diwakilkan dan harus dilakukan sendiri. Maka, mau tak mau kami harus berangkat ke Bangkok sekeluarga.

Pilihan transportasi yang biasanya naik pesawat sebenarnya bisa saja dilakukan. Tapi dengan pertimbangan akan bertemu lebih banyak orang kalau naik pesawat, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil van beserta supirnya untuk perjalanan Chiang Mai – Bangkok dan kembali ke Chiang Mai.

Perjalanan Chiang Mai ke Bangkok yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam kalau naik pesawat, jadi 10 jam dengan mobil van. Tapi, itupun sudah termasuk berhenti beberapa kali untuk ke toilet ataupun termasuk karena Joshua sedikit mabuk di jalan dan muntah.

Kami bersyukur dapat supir yang baik dan sigap, dia langsung membantu membersihkan bagian yang kotor dan tidak komplain karena mobilnya jadi kotor.

Untungnya perjalanan berlanjut dengan lancar. Kami berangkat sekitar jam 7.30 pagi dari Chiang Mai dan tiba di Bangkok sekitar jam 5 sore.

Menginap di Mandarin Hotel Bangkok

Kami menginap di Mandarin Hotel Bangkok 2 malam. Review hotelnya mungkin lain kali dituliskan. Secara umum sih tempatnya bagus dan bersih. Kami tidak melihat tamu hotel lain selain kami.

Selama masa pandemi ini, mereka tidak menyediakan sarapan seperti biasanya. Mereka juga tidak buka restorannya sama sekali. Tapi tidak masalah sih, karena tempatnya dekat dengan berbagai tempat di mana kami bisa membeli makanan dengan mudah.

Yang perlu dicatat dan ingin saya ingat adalah, di hotelnya kami mendapat mask dan semprotan alkohol seorang satu. Lalu untuk complimentary set nya, kalau biasaya hanya kopi dan teh saja, ada mie dalam cup yang pas banget deh buat sarapan pagi, hehehe.

Sayangnya, waktu memesan kami lupa memilih yang ada bath tubnya. Untungnya anak-anak mengerti dan tidak jadi kecewa. Sebenarnya ada kolam renangnya, tapi karena misi ke Bangkok bukan untuk liburan, kami sengaja tidak membawa baju berenang, karena pasti sudah terlalu capek untuk berenang setelah perjalanan dengan mobil.

Rabu, 15 September 2021: Di Bangkok

Misi utama ke Bangkok dilakukan hari Rabu. Bangun pagi, sarapan dan jalan ke tempat tujuan. Di tempat tujuan melalukan misi utama ke Bangkok terkait urusan visa. Setelah menunggu dari jam 8 pagi, puji Tuhan urusan beres jam 4.15 sore.

Urusan beres, reward anak-anak yang sudah mau bekerjasama menunggu berjam-jam dan harus menggunakan masker sepanjang hari dengan es krim swensen.

Kamis, 16 September 2021: Bangkok – Chiang Mai

Hari ini perjalanan lancar, kami berangkat jam 9 pagi dari hotel dan sampai di rumah sekitar jam 6 sore.

Perjalanan pulang relatif lebih lancar. Anak-anak juga sangat antusias karena tujuannya pulang ke rumah. Ternyata kami semua orang rumahan. Walaupun sepertinya jalan-jalan itu menyenangkan, tapi ya namanya jalan-jalan itu melelahkan dan masih lebih enak di rumah saja.

Home Sweet Home

Itulah kata yang kami ucapkan ketika tiba di rumah. Semua lelah perjalanan masih terasa, tapi tentu saja karena sudah sampai rumah dan semua urusan beres, rasanya kelelahannya sedikit terangkat.

Rasanya, selama pandemi ini, 3 hari terakhir adalah masa di mana saya paling lama menggunakan masker. Sungguh saya bisa merasa empati dengan orang-orang yang tidak punya pilihan harus tetap mengenakan masker karena tuntutan pekerjaan.

Keluhan terbesar dari menggunakan masker yang saya rasakan bukan lagi susah bernafas, karena sekarang ini saya sudah terbiasa menggunakan masker berlama-lama asalkan maskernya memang pas. Masalah yang terasa kurang nyaman adalah di bagian belakang telinga yang ketarik tali masker. Kalau kata Joe, mungkin nantinya belakang telinga kita bisa jadi kapalan kalau terus-terusan menggunakan masker.

Yay, catatan singkatnya beneran bisa singkat. Cukuplah cerita hari ini. Fotonya ditambahkan kapan-kapan aja.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.