Selama beberapa Minggu terakhir ini, saya dah Jonathan menonton serial Star Trek di Netflix. Ini merupakan serial lama yang dulu tayang di tahun 1995-2001. Serial ini tayang setelah Star Trek: The Next Generation (1987 – 1994).
Serial lama ini saya tonton bersama Jonathan karena saat ini tidak banyak film serial yang:
- Ceritanya menarik untuk anak-anak tapi juga orang dewasa
- Memiliki pesan moral yang baik
- Cukup bersih (tidak terlalu banyak adegan kekerasan atau seksual)
Star Trek the Original Series sudah terlalu tua dan special effectnya terlihat aneh (seperti mainan). Star Trek Voyager yang dibuat di tahun 90an memiliki special effect yang bagus dan tidak terlalu berbeda dengan berbagai film baru saat ini.
Tidak seperti The Next Generation yang kerjaannya keluyuran nggak jelas ke sana ke mari di Kuadran Alfa, Voyager punya satu tema utama: pulang ke rumah. Di dua episode pertama diceritakan mengapa mereka bisa terlempar ke Kuadran Delta, dan sisanya sampai episode terakhir adalah kisah perjalanan mereka pulang ke bumi.
Selama dalam perjalanan mereka bertemu banyak spesies baru, walau ada beberapa yang lama juga (yang karena satu dan lain hal sampai juga ke Kuadran Delta). Selama beberapa season awal, bahkan mereka tidak bisa sama sekali menghubungi Starfleet untuk menyatakan bahwa mereka masih hidup dan berusaha pulang. Perjalanannya seharusnya butuh waktu 75 tahun, tapi mereka berusaha menemukan berbagai jalan pintas agar sampai lebih cepat.
Contents
Karakter yang menarik
Tokoh dalam Voyager masih serupa dengan Star Trek sebelumnya, tapi beberapa hal cukup berbeda. Tentunya saya tidak akan menceritakan semua tokohnya, terlalu banyak dan tulisan ini akan jadi panjang.
Captain (saya akan memakai istilah asing untuk pangkat, karena tidak bisa dipetakan ke nama yang sama dalam bahasa Indonesia) di Voyager adalah seorang wanita (Captain Janeway). Di tahun 90an, tidak banyak film dengan tokoh wanita sebagai karakter utama. Commander-nya adalah seorang pria, dari suku India (Native American). Di sepanjang film, semua awak kapal menghormati wanita tidak ada bedanya dengan menghormati pria. Walau kadang ada spesies alien yang tidak percaya bahwa wanita bisa menjadi pemimpin.
Tidak ada tokoh Android seperti Commander Data yang super pintar dan kuat, tapi ada Doctor yang merupakah Emergency Medical Hologram. Kalau di Star Trek enterprise mereka ingin mempertanyakan: apakah Android bisa dianggap mahluk hidup, di sini juga ada pertanyaan yang sama: apakah hologram bisa dianggap mahluk hidup, kalau mereka bisa berpikir, walau mereka tidak punya wujud fisik?
Ada tokoh yang kemampuannya biasa saja (Neelix) yang jadi koki, morale officer dan tidak punya training khusus. Walaupun tokohnya sangat berbeda, digambarkan bahwa mereka selalu berusaha menghormati dan belajar dari yang lain.
Menghibur
Walaupun serial ini sering bertema serius, tapi banyak komedinya juga, terutama dalam bentuk kata-kata. Jonathan memiliki kemampuan berbahasa yang menurut saya cukup baik, sehingga bisa memahami banyak leluconnya.
Beberapa contohnya: waktu mereka time travel ke bumi di tahun 90an menyamar dengan pakaian era itu, tapi ternyata bertemu dengan banyak orang yang pakaiannya aneh-aneh.
Tuvok: We could’ve worn our Starfleet uniforms. I doubt if anyone would’ve noticed.
Seven Of Nine adalah tokoh manusia yang sempat diasimilasi oleh Borg ketika masih kecil sampai dewasa. Kata-kata yang dipilih seperti robot/komputer. Misalnya ketika ingin minta bantuan memotong sayur:
Slice these vegetables transversally in five-millimeter increments.
Atau ketika memutuskan hubungan cinta:
Chakotay: We are on intimate terms.
Seven of Nine: Not anymore.
Chakotay: What the hell is going on?
Seven of Nine: I’ve decided to alter the parameters of our relationship.
Terlalu banyak hal-hal lucu, dan sudah ada yang merangkum (sebagian) moment-moment lucunya di Youtube:
Tema yang menarik
Dalam perjalanannya Voyager bertemu dengan banyak Planet dan kebudayaan yang berbeda. Di hampir semua episode, penulis cerita berusaha membuat kritik sosial terhadap masalah bumi, dengan menggunakan alien sebagai cermin masalah kita.
Misalnya dalam episode Critical Care, mereka bertemu dengan masyarakat di mana orang yang kaya dan skornya tinggi bisa mendapatkan pengobatan modern, dan bahkan untuk memperpanjang umur, sementara yang miskin kadang bahkan tidak bisa mendapatkan pengobatan. Hal seperti ini yang terjadi di bumi saat ini, banyak orang miskin yang tidak bisa mendapatkan pengobatan untuk menyelamatkan hidup mereka dan orang kaya mudah sekali mendapatkan perawatan.
Episode lain berhubungan dengan ketidakadilan rasial, etika dalam menggunakan hasil riset yang dilakukan secara kejam (seperti Unit 731 dalam sejarah bumi), rekayasa genetik untuk bayi, dan berbagai topik sulit lain. Topik sensitif seperti agama juga dibahas. Bahkan topik mengenai kematian dan afterlife juga dibahas.
Mereka bisa bebas membahas topik-topik seperti itu karena tidak sedang membicarakan manusia lain. Kalau sekarang kita membuat topik yang menyindir agama atau negara tertentu, maka kritiknya akan tajam. Tapi karena yang dibahas adalah kebudayaan alien, maka penulis cerita bisa aman.
Dalam kebanyakan cerita, penulis juga tidak menyarankan harus memihak ke pihak tertentu. Sebagian besar diserahkan ke pemirsa untuk berpikir sendiri.
Pesan moral
Dalam perjalanannya pulang, Voyager selalu berusaha untuk mematuhi Prime Directive (tidak ikut campur dalam urusan dan kebudayaan bangsa lain) dan nilai-nilai Star Fleet lain (misalnya menjunjung tinggi aturan bangsa lain). Sering kali ini sulit sekali dilakukan dan menjadi dilema, bahkan kadang sebagian awak ingin melupakan saja prinsipnya.
Yang bisa saya tangkap dari ini adalah: dalam perjalanan hidup, kita harus punya prinsip dan nilai yang harus kita pegang, dalam keadaan sesulit apapun untuk jadi pedoman bagi diri kita. Kita harus fleksibel, tapi dalam batasan prinsip kita.
Tokoh Seven Of Nine pernah diasimilasi oleh Borg, dan Borg bisa beradaptasi terhadap berbagai senjata dengan cepat. Kata Adapt ini sering sekali diutarakan dan diaplikasikan ke berbagai hal: You will adapt.
Dan tentunya masing-masing orang bisa menyimpulkan sendiri pesan moral dari berbagai episode.
Teknologi dan Technobabble
Jonathan suka sekali dengan bagian aksi Voyager, terutama ketika mereka memakai technobabble (incomprehensible technical jargon), seperti: warp manifold, triaxilating frequency, dsb. Secara umum ini tidak berguna, tapi Jonathan jadi lebih tertarik juga dengan berbagai istilah sains yang benar.
Setelah melihat film ini, Jonathan juga jadi ingin bermain game Kerbal Space Program. Game ini menurut saya cukup rumit, dan agak membosankan.Kalau tidak melihat Voyager, mungkin Jonathan tidak berminat main game itu.
Dibandingkan Star Trek: The Next Generation, di Voyager, pemakaian teknologi juga lebih optimal. Misalnya jika seseorang terluka, maka akan segera ditransport dengan teleporter ke Sick Bay, tidak perlu menunggu dokternya datang.
Penutup
Seiring bertambahnya usia, saya jadi lebih memperhatikan pesan moral di film Star Trek. Dulu juga mulai memperhatikan, tapi banyak informasi yang tidak saya ketahui, sekarang dengan membaca Wikipedia dan Memory Alpha untuk sebuah episode, saya jadi lebih mudah mengerti.
Ketika menonton film ini, sesekali saya akan menghentikan filmnya dan bertanya atau memberitahu Jonathan mengenai fakta-fakta sosial saat ini. Semoga ada hal-hal yang akan dia ingat sampai dia dewasa nanti. Sekarang ini rencananya kami akan meneruskan dengan melihat Star Trek: The Next Generation.