Sudah seminggu pulang dari liburan, waktunya menuliskan di sini sebelum terlupakan. Kesempatan kali ini merupakan kali ke-2 kami pergi ke theme park. Sebelumnya di tahun 2018 kami jalan-jalan ke Disneyland Hongkong, sekalian Joe mengikuti kegiatan BEVX Conference.
Liburan kali ini agak berbeda dengan liburan lainnya, kalau biasanya kami liburan itu sekalian mudik atau sekalian yang lain, sekali ini bersengaja pergi untuk liburan.
Walau nyaris gagal liburan, akhirnya semua bisa menjadi kenangan indah buat kami. Ini cerita versi singkatnya, pastinya masih akan ada cerita versi lebih detailnya.
Contents
Perencanaan
Wacana untuk pergi ke Legoland sebenarnya sudah ada sejak pulang dari Disneyland. Tentunya, habis liburan harus menabung dulu sebelum bisa pergi liburan lagi. Niatnya pergi sebelum anak-anak terlalu besar. Akan tetapi pandemi Covid melanda, otomatis karena nggak bisa berperjalanan, kami menunda perginya.
Pasca Pandemi Covid, kami mulai merencanakan kembali pergi ke Legoland. Di tahun 2022 kami mudik agak lama karena sekailan membantu kegiatan IOI di Jogja. Tahun 2023 kami mudik 2 kali, yaitu ke Depok dan Medan. Awalnya direncakanan untuk liburan awal tahun 2024 ke Legoland, tetapi karena ada adik yang mau berkunjung ke Chiagn Mai, akhirnya diputuskan untuk menunda dan memutuskan ke Legoland bulan April 2024 bertepatan dengan libur Songkran dan anak-anak juga libur dari berbagai kegiatannya.
Kami memesan tiket di awal Maret 2024 untuk perjalanan 10 April – 15 April 2024. Ternyata 10 April itu pas banget dengan hari lebaran, sedangkan 15 April itu pas banget dengan perayaan Songkran di Thailand. Tapi ya ternyata tiket Chiang mai – Singapura untuk tanggal tersebut masih cukup murah dibandingkan pilihan tanggal lainnya.
Rute pilihan untuk ke Legoland yang berada di Johor Baru adalah melalui Singapura, lalu lanjut dengan sewa mobil privat yang ada supirnya. Kami merasa beruntung mendapatkan jadwal pesawat yang berangkat pukul 11 siang dari Chiang Mai, dan langsung sampai di Changi pukul 3. Dengan perkiraan Changi -Johor Baru sekitar 1 jam, kami yakin perjalanan akan santai dan cukup istirahat untuk mulai main di Legoland di hari berikutnya.
Setelah memesan tiket pesawat, kami juga mulai memesan hotel untuk di Johor Baru dan di Singapura. Saya juga sudah memesan mobil yang akan membawa kami Changi ke Johor Baru. Tak lupa tentunya memesan tiket Legoland.
Selama liburan, kami juga mempersiapkan paket internet dengan menggunakan internet roaming True, selain menggunakan paket eSIM.me.
Drama Tiket Pesawat
Sehari sebelum berangkat, seperti biasa kami check-in online. Ternyata ada keanehan karena nomor booking kami yang sebelumnya sudah confirmed semuanya (termasuk bagasi, makanan dan pemilihan nomor tempat duduk) tidak dapat ditemukan. Katanya sih booking tidak memiliki penerbangan dan diminta menghubungi pusat bantuan maskapai.
Saat menghubungi maskapai melalui aplikasi chatnya, disebutkan booking dihapus karena pembayaran gagal, kami disarankan untuk menghubungi pihak bank. Pihak bank menyatakan semua transaksi berhasil dan tidak ada pengembalian dana. Kami diminta menanyakan ke maskapai, tanggal berapa mereka mengembalikan dananya, untuk diperiksa kemudian. Setelah kami klaim lagi ke maskapai, mereka berjanji akan mengembalikan duit kami. Sampai saat dituliskan, belum ada tanda-tanda pengembalian dilakukan oleh pihak maskapai.
Peristiwa drama tiket ini sebenarnya bikin perasaan campur aduk. Semua sudah dipesan dan nggak mungkin batal berangkat. Mau beli lagi dengan maskapai yang sama, kok ya sudah kehilangan kepercayaan. Aneh sekali rasanya sudah confirmed, tau-tau dihapus, katanya gagal pembayaran tapi akhirnya mereka berjanji mengembalikan dana. Dalam hati jadi kepikiran, ini pasti tiketnya dijual lagi karena sedang masa liburan lebaran dan juga Songkran.
Maskapai yang tidak memberi notifikasi sama sekali baik melalui aplikasi, e-mail atau SMS, membuat kami jadi kehilangan kepercayaan dengan maskapai tersebut. Baru sekali ini nih, pengalaman memesan tiket melalui aplikasi resmi, sudah confirmed lalu tiba-tiba terhapus begitu saja. Nggak berharap kejadian ini terjadi lagi, jelas-jelas maskapai ini sudah kami blacklist.
Drama tiket masih berlanjut, karena kami tetap harus mencari penerbangan lain menuju Singapura. Pilihan lain semuanya harus transit dan tidak ada yang langsung ke Singapura. Jam penerbangan juga tidak ada yang sangat nyaman. Akhirnya mau tak mau (dan bersyukur masih dapat), penerbangan jam 7 pagi dari Chiang Mai menuju Bangkok, lanjut ke Singapura yang akan tiba jam 2 siang. Positif thinkingnya: bisa tiba lebih awal di Singapura yang artinya lebih awal tiba di Johor Baru juga.
Membeli tiket H-1
Pembelian tiket pesawat H-1 ini juga ada dramanya. Karena sepertinya yang kami pilih ini benar-benar sisa untuk 4 penumpang saja. Kalau kami agak lama, pilihan ini hilang. Beli di mobile app, entah kenapa harus memasukkan lagi semua data penumpang walaupun kami sudah login dan sering membeli dari maskapai tersebut. Akhirnya berhasil beli dari komputer.
Yang juga bikin dag dig dug, untuk pembelian kurang dari 24 jam, pembayaran harus menggunakan kartu kredit, tidak bisa menggunakan kartu debit lainnya. Kami harus menaikkan limit kartu kredit terlebih dahulu, sebelum bisa membayarnya.
Drama lanjutan dari perubahan jadwal terbang, tentu saja saya harus berkemas lebih awal dan malah jadi nggak bisa tidur karena takut terlambat bangun. Penerbangan jam 7 kurang sedikit dari Chiang Mai, dan masa menjelang Songkran. Pengalaman kalau datang agak siang, antriannya panjang. Kami harus bangun jam 3.30, ganti baju, menyiapkan bekal makan anak-anak di jalan, memanggil grab, dan akhirnya tiba di bandara sekitar pukul 5.
Untungnya antrian belum banyak, semua cukup lancar mulai dari check-in, drop bagasi, sampai melewati imigrasi. Setelah imigrasi lewat, baru deh membuka bekal untuk sarapan. Penerbangan pagi, artinya belum banyak tempat jualan makanan buka di bandara.
Chiang Mai – Singapura
Perjalanan Chiang Mai ke Singapur ini transit sebentar di Don Mueang, Bangkok. Karena penerbangan Chiang Mai-Bangkok sangat singkat, kami tidak memesan makanan di pesawat. Perjalanan berjalan lancar. Entah kenapa, penerbangan hari itu tidak menggunakan belalai di Don Mueang. Kami turun dari pesawat menggunakan bis dan naik lagi ke pesawat untuk ke Singapura menggunakan bis lagi.
Perjalanan Bangkok ke Singapura kami sudah memesan makanan. Lumayan akhirnya bisa mulai tenang. Saya rasanya bisa tidur sedikit dalam perjalanan ke Singapura.
Tiba di Singapura, proses imigrasi menggunakan autogate dan sangat cepat, tentunya sebelumnya sudah isi form imigrasinya melalui aplikasi. Selesai imigrasi, kami ambil bagasi dan langsung menunggu mobil yang akan membawa kami ke Johor Baru.
Singapura – Johor Baru
Saya baru bisa merasa tenang setelah naik mobil yang sudah dipesan dari Changi ke Johor Baru. Untungnya saat kami mengubah penerbangan, jadwal tiba yang lebih awal tidak berubah banyak.
Kami menggunakan jasa Nusa Transport untuk perjalanan dari Changi ke Johor Baru. Di perbatasan Singapura – Malaysia, kami perlu turun dari mobil untuk imigrasi keluar dari Singapura. Akan tetapi memasuki Malaysia, kami tidak perlu turun dari mobil dan hanya perlu menyerahkan paspor melalui pemeriksaan sejenis drive thru. Oh ya, memasuki Malaysia juga ada aplikasinya yang bisa diisi online sebelum perjalanan.
Legoland
Perjalanan Changi – Johor Baru terasa singkat. Di perjalanan hujan cukup deras menyambut kami di Johor Baru. Baru menyadari kalau kami tiba di saat JB sedang sering hujan.
Cerita Legoland akan saya tuliskan terpisah lagi, intinya sih anak-anak senang karena akhirnya jadi juga liburan ke Legoland. Di Chiang Mai memang tidak ada theme park, jadi memang pengalaman ke theme park itu sangat sedikit. Bahkan sepertinya Joshua tidak ingat sama sekali tentang perjalanan di Disneyland.
Johor Baru – Singapura
Setelah menginap 2 malam di Johor Baru, kami kembali ke Singapura dengan jasa transportasi yang sama. Bedanya, kalau ketika pergi kami kena biaya tambahan 20 persen karena sedang lebaran, ketika kembali ke Singapura sudah harga normal.
Tadinya berharap bisa 2 hari main di Legoland, tetapi karena hari ke-2 hujan turun dari pagi, akhirnya ya kami batalkan. Tidak mengapa, toh hampir semua permainan sudah dimainkan kecuali roller coaster.
Jalan-jalan di Singapura
Cerita jalan-jalan di Singapura ini juga akan saya tuliskan terpisah. Intinya sih kami benar-benar banyak berjalan kaki selama 3 malam di sana. Anak-anak senang naik MRT, di Chiang Mai nggak ada sih, hehehe. Kami juga sempat bertemu dengan beberapa teman dan keluarga yang tinggal di Singapura.
Tiga tempat yang paling banyak dihapal anak-anak selama di Singapura adalah Science Center, Havelock dan Gardens by the Bay.
Satu hal yang juga menarik perhatian anak-anak adalah adanya mesin penjual jus jeruk otomatis yang tersedia di banyak tempat di Singapura.
Ceritanya tunggu posting berikutnya aja ya.
Singapura – Chiang Mai
Penerbangan Singapura ke Chiang Mai untungnya tidak terlalu pagi. Kami bisa check out sebelum pukul 7 pagi dari hotel. Proses check-in sempat agak lama, entah kenapa kami nggak bisa check-in menggunakan mesin yang tersedia banyak di sana. Setelah check-in dan drop bagasi, kami sarapan dulu di Changi.
Dari Singapura ke Bangkok, kami sarapan lagi di pesawat. Transit sebentar di Bangkok, sekalian proses imigrasi, lalu lanjut terbang ke Chiang mai. Semua berjalan lancar, bahkan tidak perlu lama menunggu bagasi. Taxi yang membawa kami ke rumah juga tidak ada kenaikan harga dan memberikan harga biasa, padahal hari itu sudah termasuk masa Songkran. Mungkin taksi nya senang karena rute dari airport ke rumah kami sangat dekat, dan tidak melalui area super macet karena orang bermain air.
Sekitar pukul 3 siang, kami sudah tiba di rumah. Home Sweet Home.
Drama Penutup
Awalnya kami berencana ke Night Safari sore hari setelah tiba di Chiang Mai, tetapi karena ada sedikit hujan (yang kami pikir akan deras), kami membatalkan rencana tersebut.
Hari Selasa sore, kami berencana untuk ke Night Safari lagi. Kali ini batal lagi karena ternyata mobil tidak bisa menyala. Drama yang kami pikir sederhana penyelesaiannya ternyata butuh waktu agak lama. Nanti ceritanya dituliskan terpisah saja.
Saat saya menuliskan tulisan ini, untungnya semua sudah normal lagi. Semua aktivitas sudah kembali normal seperti sebelum libur, termasuk kegiatan saya menulis harus dimulai lagi.