Suka Duka Hidup di Apartment (di Chiang Mai)

Posting kali ini mungkin masih related dengan nggak enaknya hidup di luar negeri. Ga pernah sebelumnya memikirkan akan tinggal di apartment, karena selama ini mikirnya ga akan sanggup bayar. Sewaktu pindah ke Chiangmai, yang terbayang di kepala tinggal di komplek perumahan gitu, baru belakangan mengetahui kemungkinan tinggal di apartment. Awalnya rada penasaran, soalnya di Indonesia ga pernah masuk ke apartment manapun *orang kampung sih*, sekilas mikirnya: mirip hotel kali yah. Awalnya mikir: wah enak dong ada yang bersihin tiap hari, ada yang ngurusin ini dan itu bla bla, ternyata pikiran saya salah.

Sebelum membahas gak enaknya, mungkin ada baiknya membahas enaknya dulu atau plusnya. Semua ini sifatnya subjektif berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak ada penyesalan sedikitpun dari pilihan kami ini hehehe. Awal pindah ke Chiang Mai, kami menempati sebuah apartment studio yang ukurannya saya lupa persisnya. Apartment studio ini ga ubahnya seperti tempat kost, di mana tempat tidur, ruang tamu dan dapur semua berada dalam sebuah ruangan yang sama. Satu-satunya pintu yang ada dalam unit tersebut adalah pintu ke kamar mandi (yaa mungkin ada juga yang apartmentnya ga pake pintu ke tempat showernya).

Lanjutkan membaca “Suka Duka Hidup di Apartment (di Chiang Mai)”

Tiga Tahun di Chiang Mai

Postingan yang hampir terlupakan :D, bulan ini tepat kami 3 tahun di Chiang mai dan memasuki tahun ke 4. Tahun ke-3 ini merupakan tahun terbanyak kami terima tamu dari Indonesia, walaupun bisa dibilang kami ga bisa full service nganterin ke tempat-tempat wisata yang ada, tapi kami senang karena tamu-tamunya pada bawain 1 atau 2 hal yang dikangenin dari Indonesia.

Tamu pertama datang di bulan Januari 2010, adiknya Joe yg nomor 2: Aris, datang membawa sedus indomie dan beberapa teh celup sosro *hip hip hurrah*. Karena kunjungannya cuma singkat dan dia juga ga mau jalan sendiri, jadinya dibawanya ke tempat-tempat yang agak “kota” instead of wisata alam ataupun wisata kuil. Bisa dibilang dia agak-agak wisata kuliner deh hehehe.

Tamu kedua datang di bulan April 2010, mama saya dan namboru dame. Nah tamu ke-2 ini datang bawa rendang dan ikan teri medan. Asiknya tiap hari dimasakin makanan rumah, perbaikan gizi anak rantau deh sekalian belajar masak menu-menu masakan gampang dan enak (yg mana belum dipraktekin dengan sungguh-sungguh). Mama dan namboru kebanyakan tour berdua aja, sayangnya Chiang Mai lagi super panas, udaranya bener-bener deh minta ampun, di kantor juga lagi sibuk banget, jadilah kami ga bisa anter jalan-jalan. Mereka tapi enjoy juga sering-sering ke pasar tradisional, belanja dengan gaya bahasa tarzan, ikut tour sampe ke laos dan myanmar segala (padahal kami aja belum sampe sana).

Tamu ketiga datang di bulan Mei 2010, kakak istri sepupu (kak Aderini). Kak rini bawain coklat gede 2 biji *nyam*, biar kata ga khas Indonesia tetep aja doyan hehee. Kak Rini datangnya bentar doang di rumah kami, karena tujuan utamanya ikutan training yang kebetulan diadakannya di Chiang Mai (jarang-jarang ada training begini di Chiang Mai).

Dan tamu terakhir temen kuliah Joe beserta mamanya. Kami dibawain tempe goreng sambel dan indomie plus sambel abc *cihuuy*, pas lagi kangen tempe tapi lagi malas bikinnya, pas pula dibawain tempe. Ida dan mamanya juga datang cuma sebentar, dan mereka ikut tour yang ada (ga kami anterin hehe).

Oooh ada yang hampir kelupaan, ada juga kak Meinar dan Desi yang datang ke Chiang mai bulan Februari, ga nginep di rumah sih, tapi sempet ketemuanlah dan nganterin ngider Airport plaza.

Dari semua tamu yang datang, pastinya bagian menemani membeli oleh-oleh merupakan hal wajib dilakukan. Bahasa Thai semakin terasah kalau buat tawar menawar, tapi tetep aja ga tegaan kalau mau menawar serendah mungkin. Harga barang-barang juga udah berubah dibanding tahun pertama kami disini. Dalam waktu beberapa bulan terakhir ini merupakan rekor terbanyak kami ke night bazaar dan sunday market buat nemenin beli oleh-oleh. Barang-barang jenis oleh-olehnya juga semakin beragam. Lucunya setelah bertahun-tahun di Chiang Mai akhirnya kami mengeksplor bagian lain dari night bazaar dan menemukan tempat yang lebih murah. Beberapa tukang jualan di Sunday market aja sampe hapal sama kami, enaknya jadinya ga usah repot-repot tawar menawar lagi sih.

Betah di Chiang Mai? tentu saja betah. Kota ini kota kecil, ga macet, bersih walaupun belakangan ini ada polusi udara dan udara yang panasnya sampe 40 derajat celcius. Beberapa teman bertanya: sampai kapan kami akan tinggal di Chiang Mai? well itu semua belum bisa kami jawab, selama masih memungkinkan kayaknya kota ini jadi lebih nyaman daripada Bandung. Masalah bahasa tetep masih jadi masalah paling besar apalagi sampai sekarang masih buta baca tulis, tapi kalau untuk ngobrol sih udah lumayan lah (lumayan = pas pas an).

Banyak orang yang heran, kok lama amat sih sampai 3 taun ga lancar2 bahasanya. Yaa jelas aja ga lancar, di kantor pakai bahasa Inggris, di rumah bahasa Indonesia, bahasa Thai cuma kalau di warung makan, pasar atau beli oleh-oleh. Jadi yaa, karena ga terpaksa jadilah ga memaksakan diri belajar hehehe.

Sayangnya situasi politik negeri ini tetap masih kacau, walaupun efeknya ga terasa sampai Chiang mai, tapi rasanya tetep agak kuatir. Semoga semuanya membaik deh yang di Bangkok, biar rasanya tambah betah aja.

Perawatan Gigi

Sejak dulu saya orangnya malas banget ke dokter gigi. Umumnya ketemu dokter apapun malas rasanya. Uhm mungkin awalnya takut, takut ini dan itu lalu jadi malas untuk bertemu dokter. Ada banyak ketakutan yang sebenernya kurang beralasan sih. Tapi setelah bertemu dengan dokter gigi di Chiang Mai kesan itu berubah.

Setiap kali saya cerita saya ada jadwal ke dokter gigi, teman saya akan bertanya-tanya: emang giginya kenapa? ya mungkin sayapun dulu hanya akan ke dokter gigi kalau giginya kenapa napa. Bahkan sudah tau giginya kenapa-napa aja suka malas untuk bolak-balik ke dokter gigi. Malas membayangkan suara bor dari luar ruang praktek dokter dan malas membayangkan harus duduk menunggu berjam-jam untuk menyelesaikan masalah gigi yang ada.

Lanjutkan membaca “Perawatan Gigi”

Selamat Natal 2009 dan Tahun Baru 2010

Seperti halnya tahun lalu, tahun ini kami melewati Natal dan pergantian tahun baru 2010 di Chiang Mai Thailand. Tidak ada kegiatan yang khusus, hanya menantikan sajian kembang api yang sebentar lagi pasti bisa dinikmati dari balkon. Romantis ga tuh duduk berdua di balkon menatap pergantian tahun sambil menikmati homemade cookies.

Setahun berlalu sudah, tahun 2009 merupakan tahun yang penuh dengan pelajaran hidup. Banyak hal yang terjadi yang mungkin tidak sempat dituangkan ke dalam blog ini.

Buat saya pribadi, walau banyak yang bilang 1 tahun itu tidak terasa dan cepat berlalunya, tapi tahun 2009 terasa banget. Hobi aja bisa nambah 2, di awal tahun saya mulai belajar jahit dan di akhir tahun mulai menjajal baking  (Natal tahun ini ga perlu beli kue lagi deh). Yang jelas, airmata cukup banyak tertumpah di tahun 2009 dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Well..mengutip apa yang ditemukan Joe hari ini dari Abraham Lincoln): “And in the end, it’s not the years in your life that count. It’s the life in your years.”

Oke, selamat datang 2010. Semoga pengharapan dan kegembiraan tetap hadir ditengah apapun yang terjadi dalam kehidupan ini. Dan semoga semakin banyak bisa menghasilkan karya-karya yang berarti dalam tahun-tahun kehidupan yang di anugerahkan Tuhan pada kita.

Gajah Santa

Masih ingat gajah santa ini? Foto ini diambil tahun lalu pake HP Nokia E51

Dan tahun ini gajah yang sama menjadi santa lagi. Tapi dekorasinya agak sedikit berbeda. Bisa dilihat di foto dibawah ini yang diambil beberapa hari lalu pake HP Nokia 5800

Tanpa terasa setahun hampir berlalu, udah mau natal lagi.

Fish Spa

Pertama kali tau soal fish spa ini di film Ugly betty. Alkisah salah seorang tokoh ingin memiliki kaki yang baguuuus, jadi dia merelakan dirinya digigitin ikan. Lalu beberapa waktu lalu melihat di chiang mai ada juga tanda fish spa. Jadi penasaran rasanya kayak apa sih. Kebetulan kulit mati di kaki saya sudah waktunya dibersihkan hehehe.

Begitu kaki dicelupkan, ikan-ikan langsung datang rebutan

Lanjutkan membaca “Fish Spa”

Dua Tahun di Chiang Mai

Bulan ini genap 2 tahun hidup di Chiang Mai. Rasanya semakin betah saja tinggal di sini walaupun keadaan politik negeri ini kurang stabil. Bulan April yang lalu kami pulang ke Bandung setelah 2 tahun meninggalkan kota Bandung. Setelah melihat keadaan Bandung yang cukup semrawut, kok ya rasanya kota Chiang Mai jauh lebih nyaman buat ditinggali ya. Walaupun beberapa bulan terakhir ini ada polusi udara dan juga hawa yang sangat panas, tapi rasanya masih sedikit lebih baik daripada polusi asap rokok dan kenderaan bermotor yang ada di Bandung, belum lagi cuacanya yang berubah tak menentu ketika kami berkunjung.

Lanjutkan membaca “Dua Tahun di Chiang Mai”