Hari ini istirahat dulu dari belajar bahasa Thai. Saya mau cerita pengalaman ikutan KulWAP (Kuliah WhatsApp) dengan topik Matematika SD Kurikulum Cambridge VS Kurikulum Nasional yang diadakan oleh komunitas #emak berbagi.
Beberapa waktu lalu, saya dapat informasi mengenai kulwap ini dari salah satu teman yang saya tahu menghomeschool anaknya sejak dulu. Kami sendiri tidak memakai kurikulum Cambridge ataupun kurikulum Nasional, tapi saya merasa perlu tahu untuk membandingkan dengan kurikulum yang kami pakai.
Sebelum kulwap dimulai, materi sudah diberikan beberapa hari sebelumnya untuk dipelajari. Narasumbernya merupakan guru-guru yang memang berpengalaman mengajar dengan menggunakan kurikulum Cambridge dan juga mempersiapkan murid-murid menghadapi ujian Cambridge, Ujian Nasional maupun untuk homeschooler yang akan mengikuti ujian kejar Paket A.
Mengikuti kulwap begini, saya jadi belajar banyak hal-hal baru juga dan menyadari kalau di Indonesia ada sekolah yang memakai kurikulum lain selain kurikulum nasional. Sebagai ibu homeschooler, saya memilih membeli kurikulum yang sudah jadi karena rasanya tidak sanggup untuk menyusun kurikulum sendiri dan sering ada kekuatiran ada bagian yang terlewat.
Setelah membaca garis besar kurikulum Cambridge maupun kurikulum nasional untuk pelajaran Matematika, saya bisa lihat kalau kami masih di jalur yang benar karena pada akhirnya bukan kurikulumnya yang penting, tapi meletakkan fondasi belajar Matematika yang benar supaya anak bisa mengerti dan tidak masalah dengan soal-soal yang lebih kompleks nantinya.
Dalam materi yang diberikan di awal, ada contoh soal untuk ujian akhir Cambridge maupun Kurikulum Nasional. Ada 1 soal yang bikin saya sempat berpikir lama dan bingung hahaha, karena saya tidak bisa langsung melihat relasi dari 2 buah angka dengan pasangan 2 angka lainnya. Tapi sebelum panik karena merasa “loh masa saya ga bisa ujian anak SD!”, saya udah bisa menemukan jawabannya dan jadi teringat inilah pentingnya untuk memberikan variasi contoh soal dari kurikulum lain ke anak, karena bisa saja notasi yang diberikan berbeda dengan yang dia sudah biasa pelajari.
Jonathan sekarang ini masih akan naik kelas 4 SD, masih ada 2 tahun lagi sebelum ujian akhir untuk ke tingkat SMP. Kemarin saya sudah memberikan sedikit contoh soal ujian matematika dalam bahasa Indonesia yang saya dapatkan dari pinjeman di ipusnas. Masalah paling besar bukan dia tidak bisa mengerjakan karena tidak mengerti konsepnya, tapi lebih karena dia tidak mengerti kosakata yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Di dalam kulwap ada juga dibahas, kalau anak perlu dibiasakan dengan kosakata yang digunakan di kumpulan soal matematika baik itu berbahasa Inggris maupun bahasa Indonesia.
Peserta kulwap Matematika ini bukan hanya kalangan homeschooler saja, tapi kebanyakan ya homeschooler. Dari pengalaman hari ini saya jadi kepikiran, kira-kira kalau kami tidak homeschool, saya akan mikirin gak ya kurikulum yang dipakai itu garis besarnya seperti apa? atau saya akan terima beres saja apapun metode yang diajarkan sekolah? Hebatnya, ada beberapa peserta itu anaknya bahkan belum mulai homeschool karena anaknya masih kecil tapi sudah merencanakan akan homeschool.
Dari tanya jawab yang ada selama 3 jam, walaupun saya gak bisa menyimak 100 persen di saat kulwap berlangsung, saya mendapatkan beberapa masukan baru juga untuk cara mengenalkan konsep matematika ke Jonathan dan Joshua. Ada 1 link yang dibagikan yang bisa dicoba dikerjakan bareng anak, tentang melipat dan gunting kertas untuk belajar tentang luas bidang. Nah biar tidak lupa, linknya akan saya sertakan di sini.
Setelah kulwap utama bubar, seperti biasa grupnya belum langsung dibubarkan. Nah kesempatan ini saya pakai untuk mencari teman sesama homeschooler yang anaknya seumuran. Hasilnya? saya dapat banyak teman baru dan komunitas baru. Ternyata memang di Indonesia sudah semakin banyak orang yang memilih Homeschool daripada jalur sekolah formal. Senang rasanya karena punya banyak teman untuk bertanya terutama seputar kurikulum Nasional dan ujian persamaan.