Delapan tahun memakai Raspberry Pi

Raspberry Pi adalah komputer mini, atau istilah resminya: Single Board Computer (SBC). Raspberry Pi ukurannya kecil, bisa dihubungkan dengan keyboard dan monitor untuk menggantikan PC, atau bisa juga digunakan untuk mengendalikan robot serta otomasi lain. Harganya relatif murah, mulai dari 5 USD untuk Raspberry Pi Zero, 35 USD untuk Raspberry Pi standard terbaru, dan 70 USD untuk Raspberry Pi 4 versi 8 GB.

Beberapa hari lalu Raspberry Pi 4 dengan RAM 8GB dirilis, saya jadi ingat bahwa saya sudah memakai Raspberry Pi sejak sekitar 8 tahun yang lalu. Di posting ini saya ingin menuliskan berbagai oprekan yang pernah saya lakukan dengan Raspberry Pi dari dulu sampai sekarang.

Pertengahan tahun 2015 saya pernah menuliskan berbagai hal yang saya lakukan dengan Raspberry Pi saya. Posting ini adalah rangkuman pemakaian sejak Raspberry Pi pertama, dan sekaligus update untuk posting lama tersebut (dulu hanya sampai Raspberry Pi 2).

Raspberry Pi 1 (2012)

Saya membeli Raspbery Pi pertama saya Desember 2012, waktu itu modelnya Raspberry Pi 1B. Raspberry Pi ini sangat menarik karena saya bisa dengan mudah bereksperimen, baik itu software (Linux dan berbagai OS lain) dan juga hardware (dengan General Purpose Input Output/GPIO). Karena sangat puas, pada April 2013 saya membeli dua lagi Raspberry Pi 1B. Inilah awal saya memiliki banyak Raspberry Pi.

Raspberry Pi pertama yang saya terima

Tidak seperti Linux yang dikeroyok banyak orang pengerjaannya, Banyak OS alternatif tidak punya cukup sumberdaya orang untuk membuat driver, sehingga jumlah driver yang ada untuk OS tersebut terbatas. Hasilnya: berbagai OS alternatif ini jadi sulit dijalankan di berbagai PC karena hardware PC sangat beraneka ragam, jadinya kebanyakan OS alternatif hanya jalan di emulator. Karena Raspberry Pi ini cukup populer dan hardwarenya sudah pasti sama, jadi banyak OS alternatif yang diport ke Raspberry Pi dan bisa dinikmati di hardware beneran, bukan hanya sekedar di emulator.

April 2013, testing RISC OS for Pi

Saya sempat memakai Pi versi pertama ini untuk jadi Media Center (dengan XBMC, sekarang namanya Kodi) di rumah. Saya sempat membuat mainan Joshua (berbasis RFID + Bluetooth) yang saya tuliskan di posting blog ini. Raspberry ini juga pernah saya masukkan ke mobil agar bisa ditonton dalam perjalanan ketika Jonathan belum homeschool.

Raspberry Pi di mobil

Saya juga sempat iseng untuk menyalakan LED merah jika udara sedang buruk di Chiang Mai agar ingat memakai masker ketika keluar rumah.

Raspberry Pi 2 (2015)

Di versi kedua, Raspberry Pi makin dilirik berbagai perusahaan komersial. Microsoft juga membuat versi Windows 10 IOT (bukan Windows 10 versi full). Saya sempat memakai Windows 10 IOT dan sempat iseng memporting aplikasi Alkitab saya dalam C#, tapi proyek ini tidak saya teruskan.

Ketika Joshua lahir, Raspberry Pi versi 2 ini saya bawa ke Rumah Sakit supaya Jonathan punya hiburan selagi kami menginap di rumah sakit.

Raspberry Pi untuk memutar film selama di rumah sakit untuk kelahiran Joshua

Sampai saat ini saya masih memakai Raspberry Pi 2 di meja kerja saya untuk ngoprek. Sekaligus ini juga saya pakai untuk access point Alphasmart Dana (pernah saya tuliskan di sini). Contoh oprekan yang saya pernah lakukan dengan Raspberry Pi ini adalah dengan hardware NFC untuk membedah e-KTP.

Selain NFC, saya juga memakai ini untuk bermain-main dengan smart card. Saya senang bisa meninggalkan USB smart card reader di Pi, dan ketika terpikir sesuatu di jalan, saya bisa SSH ke rumah dan mengetes ide tersebut.

Salah satu Raspberry Pi 2 juga saya pakai untuk mengontrol Printer 3D dengan menggunakan Octoprint (ini pernah saya tulis di sini). Pernah juga saya memakai Raspberry Pi untuk printing wireless (printer biasa, bukan 3D), tapi sekarang printer di rumah sudah mendukung WIFI, jadi saya tidak memakainya lagi.

Raspberry Pi Zero (2015)

Di akhir tahun 2015, Raspberry Pi Foundation merilis Raspberry Pi Zero yang harganya cuma 5 USD dan berukuran sangat kecil. Saking kecilnya, ketika merilis ini, mereka menyertakan Pi-nya sebagai bonus majalahnya.

Saya memutuskan membeli majalah Raspberry Pi versi cetak untuk mendapatkan satu Raspberry Pi gratis yang disertakan di majalah tersebut (harga majalahnya: 15 USD sudah termasuk ongkos kirim).

Saya sempat memakai Pi Zero ini untuk menjadi kamera pengawas ke luar rumah. Raspberry Pi-nya mengambil foto berkala dan dikirim via telegram.

Raspberry Pi 3 (2016)

Bulan Maret 2016 saya memesan Raspberry Pi 3. Raspberry Pi 3 memiliki WIFI dan bluetooth built in, sehingga makin mudah dipakai di mana saja, tidak butuh USB WIFI atau kabel ethernet jika ingin diletakkan di tempat sulit.

Untuk mengurangi beban ketika ke Bangkok, saya pernah membawa Raspberry ini dan keyboard. Kabel HDMI dan monitor disediakan di tempat AirBNB yang kami sewa. Dengan memori hanya 1 GB, ternyata banyak hal yang masih sulit dilakukan dengan Raspberry PI 3.

Raspberry Pi memiliki DMA yang bisa mengakses GPIO, ini bisa digunakan untuk menjadi transmitter FM, tanpa perlu hardware tambahan (opsional: seutas kabel bisa digunakan sebagai antenna untuk memperluas jangkauannya).

Saya pernah mengerjakan proyek AI dengan Raspberry Pi 3, dan sempat menuliskan tentang penggunakan GPU pada Raspberry Pi 3 . Masalahnya Raspberry Pi 3 ini nakan cepat panas, jadi saya pernah menuliskan bagaimana mendinginkan Raspberry Pi 3.

Raspberry Pi juga sangat berguna untuk debugging masalah server di kantor. Dengan mengeluarkan log ke serial port, saya jadi tahu kenapa sistem AMD di kantor sering crash (saya bahas di sini).

Google membuat Kit Voice AIY, dan kitnya menjadi bonus majalah Raspberry Pi. Dengan ini kita bisa menjadikan Pi sebagai Google Assistant. Saya membeli ini dan sampai saat ini masih menghibur Jonathan dan Joshua.

Raspberry Pi Zero W (2017)

Bulan Maret 2017 saya membeli Raspberry Pi Zero W dirilis dengan tambahan fitur Bluetooth dan Wifi. Kelebihan Raspberry Zero Pi dibandingkan versi lainnya adalah: ada kemampuan OTG. Artinya dengan Raspberry Pi ini bisa berpura-pura jadi device USB device apapun (USB keyboard, USB disk, USB network, dsb).

Beli Pi Zero sekalian Micro Bit

Dengan kemampuan OTG, Pi Zero W bisa saya set sebagai USB network agar ketika dihubungkan ke komputer via USB maka langsung bisa diakses via SSH (secure shell). Secara praktis: dengan Pi Zero W ini saya bisa membawa-bawa oprekan hardware jika diperlukan. Dengan PCB khusus, saya bisa langsung menghubungkan ini ke komputer tidak butuh kabel.

Pi Zero W dengan PCB USB

Raspberry Pi 4 (2019)

Kelemahan Raspberry Pi sebelum versi 4 adalah masalah RAM-nya yang terbatas (hanya 1 GB untuk Raspberry Pi 3). Di versi 4, memorinya ada beberapa model: 1 GB (untuk kompatibilitas dengan hardware lama, tidak diteruskan), 2 (standar), 4 GB, dan 8 GB. Versi 8 GB ini baru saja dirilis beberapa hari yang lalu.

Dengan RAM yang besar, hardware pendukung Raspberry Pi juga semakin baik. Ethernet bawaan akhirnya mendukung kecepatan gigabit, dan Raspberry Pi mendukung USB C dan USB 3. Baru-baru ini kamera resolusi tinggi dengan replaceable-lens juga baru dirilis untuk Raspberry Pi ini.

Saat ini saya sudah memiliki dua Raspberry Pi 4, dengan memori 4GB dan 8GB. Pada Pi4 ini yang RAM-nya 8GB saya memakai Manjaro karena ingin memakai ARM64 bit (versi resmi 64 Bit dari Raspberry Pi Foundation masih beta sampai saat ini).

Penutup

Saat ini saya sudah memiliki banyak SBC, tapi Raspberry Pi sangat spesial bagi saya:

  • Ini SBC pertama yang saya pakai
  • Harganya masuk akal, tidak terlalu mahal, walau tidak terlalu murah juga
  • Support softwarenya sangat banyak
  • Support hardwarenya sangat banyak, dari yang murah sampai yang mahal

Berbagai hardware dan kit untuk Raspberry Pi ini dijual dari mulai harga murah (dari Aliexpress) sampai mahal (dari berbagai situs di Eropa dan Amerika). Sesekali saya masih memesan berbagai hardware untuk Raspberry Pi ini, misalnya beberapa waktu lalu saya membeli keyboard + mouse Raspberry pi dan kamera resolusi tinggi.

Saya masih terus mengikuti berbagai berita dan proyek yang memakai Raspberry Pi ini, dan bahkan kadang juga masih mencoba. Jumlah oprekan yang bisa dilakukan dengan Raspberry Pi ini nyaris tak terbatas.

Dari ngoprek Raspberry Pi ini saya merasa mendapatkan banyak ilmu, dan secara materi secara langsung maupun tidak langsung sudah memberikan hasil yang banyak. Sebagai bentuk terima kasih saya kepada Raspberry Pi Foundation, saya sesekali membeli aksesori resmi (dan sampat juga berlangganan majalah cetaknya) dan menuliskan hasil oprekan saya.

Semoga koleksi hal-hal yang sudah saya lakukan ini bisa jadi pertimbangan untuk yang ingin membeli Raspberry Pi, atau menginspirasi untuk mengoprek kembali Raspberry Pi-nya bagi yang sudah punya. Happy Hacking.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.