Tulisan hari ini mau melanjutkan cerita tentang computational thinking (CT). Kira-kira berapa orang yang sudah membaca bagian sebelumnnya dan menonton rekaman webinarnya ya. Kalau belum menonton webinarnya, saya akan mengulangi apa itu CT. CT adalah proses berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan landasan komputasinal.
Tulisan kali ini saya akan menceritakan tentang pembelajaran CT dan bagaimana kalau tertarik untuk belajar lebih lanjut.
Pembelajaran Computational Thinking
Di dalam webinar dibahas cara membuat mie goreng instan plus telur mata sapi. Sekilas kalau kita ditanya bagaimana cara membuat mie goreng instan plus telur mata sapi? Mungkin kita akan bilang: ya gampang, masak mie nya, masak telurnya, hidangkan. Tapi jangan lupa, pertanyaan di dalam CT itu membutuhkan jawaban yang bisa diproses berdasarkan informasi yang diberikan sebelumnya.
Anggaplah kita sedang menyusun langkah-langkah instruksi yang perlu diikuti oleh robot yang tidak tahu apa-apa. Kita bahkan harus mendefinisikan memasak mie goreng instan itu seperti apa. Kalau kita pakai asumsi, menggoreng itu pakai minyak goreng, tapi kita juga tahu kalau indomie goreng itu direbus bukan digoreng, hehehe.
Untuk lengkapnya penjelasannya silahkan kembali lagi ke rekaman webinar yang ada di posting sebelumnya. Persoalan yang menjadi bagian CT adalah bagaimana mengkomposisikan persoalan menjadi langkah yang jelas seperti memberi instruksi kepada komputer.
Kalau mau melihat contoh apa yang terjadi ketika kita salah memberi instruksi, bisa dilihat di video berikut ini. Ceritanya seorang ayah meminta anaknya menuliskan instruksi untuk mempersiapkan sesuatu, dan instruksi harus ditulis sedetail mungkin. Ayahnya akan mengikuti instruksinya dan kita bisa lihat kalau menuliskan instruksi secara detail itu tidak selalu mudah.
Melakukan instruksi untuk mempersiapkan sesuatu seperti ini butuh berkali-kali direvisi. Latihan seperti ini sudah termasuk salah satu latihan CT. Ketika menuliskan instruksi untuk komputer, kita tidak bisa membuat asumsi, semuanya harus didefinisikan terlebih dahulu dan terkadang butuh direvisi beberapa kali.
Dalam webinar kemarin, diberikan beberapa contoh lainnya. Terkadang kesalahan yang sering terjadi dalam CT adalah kita membuat asumsi sendiri tanpa memperhatikan kalau batasan yang dibutuhkan sudah disebutkan dalam pertanyaan. Belajar CT ini kita harus belajar untuk teliti membaca persoalan.
Sebenarnya, karena CT itu proses berpikir, jawaban itu bisa saja tidak mutlak benar salah seperti matematika. Akan tetapi, dari beberapa kemungkinan jawaban, misalnya saja dalam menyiapkan selai roti, kadang ada langkah yang tidak diperlukan dan bisa dihilangkan untuk membuat instruksi lebih optimal.
Belajar CT itu adalah belajar untuk berpikir mencari solusi yang optimal. Bisa optimal global atau optimal lokal. Solusi yang diharapkan bukan hanya akurat, tapi juga efisien. Langkah penyelesaian persoalannya menjadi hal penting bukan jawaban akhir.
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita sering berhadapan dengan persoalan yang membutuhkan CT. Misalnya saja persoalan harus sekolah dari rumah di kala pandemi dengan keterbatasan jumlah gadget yang bisa dipakai belajar daring.
Kalau sebuah keluarga ada 3 anak dengan tingkatan kelas yang berbeda dan hanya mempunyai 1 laptop dan 1 handphone yang bisa digunakan untuk belajar daring, bagaimana alokasi waktu supaya semua bisa belajar sesi daring? Ini akan menjadi persoalan penyusunan jadwal. Kalau ada yang bentrok jadwalnya, bagaimana supaya bentroknya tidak membuat anak ketinggalan pelajaran banyak?
Contoh lain yang terpikir adalah, dengan ada banyaknya penawaran paket data dari berbagai provider yang ada, bagaimana memilih paket data yang paling ekonomis dan bisa memenuhi kebutuhan keluarga terutama untuk kebutuhan belajar daring.
CT itu ada di mana-mana, contoh dalam pelajaran bahasa Indonesia. Misalnya ketika kita mengajarkan mengenali pokok pikiran dari atau mengenali mana subjek kalimat, secara tidak langsung anak-anak sudah diajarkan berpikir dengan CT.
Untuk anak-anak, tentunya persoalan yang diberikan disesuaikan konteksnya dengan dunia anak-anak. Biasanya untuk belajar CT, kita bisa mencoba memberikan anak-anak latihan dari yang tersedia di situs bebras.
Gerakan PANDAI dan Bebras Challenge
Gerakan PANDAI ini merupakan pelatihan pengenalan CT kepada 22.000 guru di Indonesia, dengan harapan agar 2 juta siswa SD dan SMP dapat mulai mengenal CT melalui guru yang sudah dilatih. Kegiatan ini disponsori oleh Google.org dan dijalankan oleh kurang lebih 70 Biro Bebras.
Tujuan dari gerakan PANDAI ini, dengan melatih guru-guru mengenal CT dan berlatih melalui Tantangan Bebras, diharapkan bisa membuat CT diintegrasikan ke dalam rencana pelajaran berbagai mata pelajaran seperti Matematika, Sains (IPA dan IPS) juga bahasa.
Kegiatan Gerakan PANDAI ini sudah dimulai sejak Februari 2020 dan direncanakan sampai Desember 2021. Untuk para guru yang tertarik untuk dilatih (yang nantinya melatih siswa). Program PANDAI untuk siswa akan berlangsung sampai tahun 2022.
Guru yang bisa mengikuti kegiatan ini terbuka untuk semua guru dengan catatan punya motivasi tinggi untuk mengajarkan kembali apa yang sudah dipelajari dari kegiatan PANDAI. Guru yang ikut kegiatan ini akan memiliki kompetensi untuk mengajarkan CT kepada siswa dan mengenal pemanfaatan CT untuk semua.
Salah satu capaian dari belajar Gerakan PANDAI, nantinya tentunya bisa lebih banyak siswa dari Indonesia bisa mengikuti Tantangan Bebras. Tantangan Bebras ini merupakan kegiatan yang dilakukan Bebras setiap tahun baik di tingkat Nasional maupun Internasional di mana siswa diminta menyelesaikan persoalan jenis CT. Untuk soal latihan dalam bahasa Indonesia bisa dilihat di situs ini.
Untuk guru-guru yang berminat dalam Gerakan PANDAI ini, bisa menghubungi BIRO Bebras terdekat di kota anda.
Penutup
Semoga setelah membaca tulisan saya ini, pembaca tidak perlu berpikir rumit lagi kalau dengar kata Computational Thinking dan mulai mau melatih diri mengaplikasikan diri berpikir dengan CT.
Kalau kata bu Inge, CT itu ilmu kepepet, sangat dibutuhkan untuk memiliki pola pikir CT di masa pandemi ini. CT bukan mrogram atau coding, tapi cara berpikir untuk menemukan solusi optimal. Contoh CT di masa pandemi tentang protokol kesehatan yang harus disusun dengan teliti. Protokol kesehatan yang tidak bagus susunannya hanya membuat masyarakat jadi bingung dan tujuan tidak tercapai.
Acara webinar ini tidak berhenti sampai di sini. Ada rencana dilanjutkan dengan webinar series berikutnya, saya sih menantikan sekali pelatihan-pelatihan seperti ini.
Dalam webinar kemarin juga dibicarakan peluang untuk membuat Bebras Biro Virtual untuk memfasilitasi umum seperti kami keluarga homeschooler yang merantau dan tidak ada Bebras Biro dekat sini. Semoga segera terealisasi.